2. House Party

122 3 0
                                    

Sepulang dari kantor, Khalisa dan Mela memutuskan untuk menuju rumah teman mereka sejak kuliah dulu, namanya Frenda.

Frenda mengadakan pesta malam di rumahnya, untuk merayakan hari jadinya bersama sang kekasih yang ke-3 tahun. Sengaja mengadakan pesta di rumah, lantaran orang tua Frenda sedang berada di luar negeri bersama keluarga yang lain. Ia merasa itu lah hari kebebasan untuk mengadakan acara tersebut. Lagi pula, umur mereka juga sudah bukan belasan tahun. Jadi, sah-sah saja untuk melakukan sebuah pesta.

Makanan sudah memenuhi meja yang berada di ruang tengah, yang kini disulap menjadi ruangan pesta. Lampu kerlap-kerlip dengan nuansa merah namun gelap itu, seperti tengah berada di sebuah kelab malam. Mereka benar-benar mengubahnya sama persis. Belum lagi minum-minuman beralkohol juga ada di sana. Dari yang kadar rendah, hingga kadar tertinggi. Frenda dan kekasihnya memang benar-benar jagonya untuk hal satu ini. Mereka memang sangat suka sekali hal-hal yang berbau free and party.

Khalisa dan Mela telah sampai di kediaman Frenda. Sepertinya sudah ada tamu selain mereka yang datang duluan. Karena tertera satu motor dan mobil yang terparkir indah di halaman.

Khalisa menuruni mobil dan disusul oleh Mela di sampingnya. Mereka berdua saling menatap dan mengulas senyum lebar.

"We got a party!" Mela dan Khalisa berujar bersamaan. Setelah  mengucapkan hal itu, mereka memasuki rumah yang terlihat sepi di luar, namun cukup ramai di dalamnya.

"Hai guys." Mela menyapa mereka yang kini tengah berbincang seraya memakan camilan yang tersedia.

"Mel, Kal ... akhirnya kalian dateng juga. Enjoy this party guys!"

Khalisa dan Mela pun mulai begitu menikmati pesta tersebut. Sebelum acara puncak dimulai, mereka menyempatkan untuk memakan camilan yang tersaji. Tak lupa juga menenggak minuman alkohol pada kadar rendah. Karena mereka tahu aturan. Terlebih, Mela dan Khalisa hanya berdua pergi ke tempat temannya ini. Kalau mereka sampai teler, tak akan bisa kembali ke rumah dengan keadaan selamat. Yang ada bisa celaka mereka di jalan.

Pada pukul 00:10 malam, Mela dan Khalisa baru pulang dari kediaman Frenda. Mereka tak lupa mampir ke minimarket guna menetralisir bau mulut beraroma alkohol. Beberapa menit kemudian, mereka pun melajukan kendaraan kembali menuju rumah masing-masing, dengan khalisa yang mengantar Mela terlebih dahulu.

***

Saat Khalisa baru sampai mencapai daun pintu, sudah ada yang menghentikan langkahnya dari arah belakang tubuhnya.

"Dari mana? Kenapa jam segini baru balik? Lo gak tau, mama selalu khawatirin lo, Kak."

Khalisa menatap adiknya Athaya, yang kini menatapnya dengan tajam. Ia tahu, bahwa adiknya itu baru saja pulang bekerja di kafenya. Ia menghela nafasnya pelan, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Athaya.

"Gue abis dari rumah temen. Dia abis ngadain pesta kecil-kecilan di rumah, gue ke sana juga sama Mela, kok."

"Ya tapi kenapa harus jam segini pulangnya? Lo balik ngantor harusnya dari tadi. Kalo lemburan pun, gak akan lo balik jam segini juga. Kapan, si, lo berubah? Masih aja kaya anak kecil. Mama memborbardir gue dengan pertanyaan ke mana dan di mana elo tadi. Harusnya lo mikir!" Khalisa menatap Athaya lekat, ketika dia berjalan memasuki rumah. Sementara dirinya hanya berdecak dan menghela nafas berat. Adiknya itu selalu saja memarahinya jikalau pulang telat dari jam biasanya.

Seusai itu, dirinya memilih bangkit dari tempat berdirinya menuju kamar. Ia sudah lelah dan ingin merehatkan tubuhnya di atas ranjang empuknya.

***

Pagi menyambut tidur Khalisa yang begitu nyaman, sehabis pulang dari rumah Frenda semalam. Apalagi ketika ia sampai di dalam kamar, ia segera membersihkan diri dan berendam cukup lama. Hal itu dapat membuatnya tidur dengan nyenyak.

Kini Khalisa mulai bangkit dari ranjang empuknya dan berjalan membuka balkon kamar. Angin berhembus hingga menelan ke tulang-tulangnya. Cuaca pagi ini begitu dingin. Tubuhnya ia regangkan sejenak, sebelum akhirnya pergi ke kamar mandi.

Setelah 25 menit berada di kamar mandi, Khalisa keluar dengan tampilan yang segar. Kakinya melangkah menuju lemari dan mulai meraih setelan pakaian kantornya dengan lengkap.

Seusai dengan setelan rapi, Khalisa duduk diam dengan tangan yang memoles wajahnya dihadapan cermin. Riasan yang dipakainya tidak setebal ketika ia sedang berada di luar kantor/main. Karena di perusahaan juga memiliki peraturan khusus, bagi perempuan tidak boleh memakai riasan yang mencolok. Mereka akan dipanggil oleh bos mereka, ditindas, atau bahkan langsung dititah untuk segera menghapusnya dan digantikan dengan riasan baru. Terlebih, di kantor itu tujuannya untuk bekerja bukan untuk bermain atau seperti wanita penggoda. Jangankan riasan, bahkan pakaian pun harus pada porsinya. Tidak berlebihan dan terlihat seksi.

Kali ini rambutnya ia kuncir menjadi satu. Tak ada hiasan apapun di rambutnya selain karet kuncir yang terpasang. Setelah itu, ia memilih untuk turun ke bawah. Tujuannya kali ini ialah meja makan, terlebih di sana sudah ada Wendy dan Zaldy yang duduk dengan tenang.

"Pagi Ma, Pa." Khalisa menyapa kedua orang tuanya, dengan bokong yang mulai mendarat di kursi.

"Pagi, Lisa. Mau sarapan apa? Nasgor atau roti?" tanya Wendy saat melihat putri pertamanya itu sudah rapi dengan setelan kantornya.

"Nasgor boleh, Ma." Wendy pun segera menuangkan nasi goreng pada piring dengan porsi sedang. Lalu ia berikan pada Khalisa dengan senyuman juga ucapan terima kasih.

Wendy menatap Khalisa yang menyantap nasi goreng buatannya itu dengan lahap. Ia merasa tak tega jika membahas soal semalam, yang bahkan harus meneror Athaya dengan beberapa panggilan dan pesan. Terlebih, ini masih pagi dan sedang berada di meja makan. Sangat tidak sopan jika nanti ada keributan.

Beberapa saat Khalisa menyuap, netranya mulai mengedarkan ke sekitar. Menatap Wendy dan Zaldy bergantian.

"Ada apa, Lis?" tanya Zaldy yang tahu gelagat Khalisa seperti sedang mencari sesuatu.

"Athaya mana?"

Wendy tersenyum pada Khalisa. "Dia udah berangkat tadi jam setengah enam. Katanya di sana agak repot, soalnya ada kue yang harus dia buat dulu untuk stock display."

Khalisa mengangguk paham atas ucapan Wendy. Ternyata Athaya itu lebih sibuk darinya. Padahal semalam dia pulang sudah tengah malam, tapi tak menyusut rasa lelahnya dalam bekerja. Bahkan ia saja selalu mengeluh kalau sudah mulai banyak kerjaan, hingga mampu membuatnya ambil waktu lembur.

Beberapa menit kemudian, Khalisa telah selesai dengan sarapannya. Ia pamit pada Wendy dan Zaldy untuk pergi ke kantor. Lalu, ia melangkah keluar menuju mobilnya yang sudah dipanaskan oleh satpam rumahnya. Ia sengaja memakai sandal biasa, karena memang di mobil sudah tersedia oleh beberapa sepatu tingginya, tepatnya di dalam bagasi.

Khalisa pun segera melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Meninggalkan kawasan rumah dan akan menghadapi jalanan besar yang ramai kendaraan.

________

Terima kasih ❤

06-08-2023

Kesalahan Cinta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang