20. Awal Pengkhianatan

64 2 1
                                    

Kaki jenjang tanpa alas itu, kini menapaki lantai gedung apartemen. Setelan khas wanita masa kini, yakni mini dress dengan pilihan warna silver namun terdapat payet yang mengkilat dan terkesan mewah.

Wanita itu ialah Khalisa. Sejak keputusannya untuk meneruskan kembali perihal hubungannya dengan Agnan, ia akan terus menemani Agnan sesuai janji mereka.

Saat ini, mereka tengah menikmati waktu santainya di sofa dengan beberapa camilan memenuhi meja, serta televisi menyala menampilkan sebuah film romantis.

Posisi Khalisa yang duduk dengan Agnan tertidur di paha Khalisa sebagai bantalan. Mereka menikmati waktu santai berdua tanpa ada yang mengganggu.

"Kal, habis ini mau ke mana? Kita jalan keluar, mau?"

Khalisa menunduk menatap Agnan tepat di bola matanya. "Aku gak mau ke mana-mana, Nan. Cukup di sini aja sama kamu."

Agnan menggenggam tangan Khalisa dan mengecupnya berulang kali. Bahagianya berkali lipat sekarang. Dengan sosok Khalisa yang kini dapat menemaninya kapan saja.

***

Levin bersandar di kursi kerjanya, tepat di rumah miliknya. Yang sudah dua tahun ini ia tempati untuknya dan juga masa depannya.

Ia melihat pesan yang diberikan pada Khalisa namun belum kunjung dibalas. Pasalnya, ia ingin mengajak dinner di luar.

Baru saja ia meletakkan ponsel di meja, tiba-tiba ada suara notifikasi e-mail dari sekretarisnya, Sadam.

Segera ia lihat dan membacanya dengan teliti. Sebuah tulisan tentang proyek pembangunan vila di Bandung. Ternyata sudah mencapai 10% dalam bangunan awal. Hal tersebut membuatnya lagi-lagi harus menyelesaikan pekerjaannya kembali. Sepertinya hari sabtu bukan sebuah hari keberuntungan untuknya rehat dari sebuah kerjaan.

***

Khalisa duduk di ranjang dengan setelan celana pendek, juga kaos pas badan berwarna mocca bergambar beruang kecil. Ia tengah menyesap hot cappucino dengan mata yang menelisik ke seluruh ruangan.

Kamar Agnan adalah pilihan yang tepat untuknya beristirahat. Ia memang sengaja membawa pakaian ganti, agar mudah jika ingin sekalian menumpang tidur dan mandi.

Sang empunya kamar sedang berada di luar. Katanya tadi, ingin membelikan banyak camilan dan sesuatu yang akan membuat Khalisa terus bersamanya. Entah itu apa, hanya seorang Agnan yang tahu.

Setelah menikmati segelas hot cappucinonya, Khalisa segera keluar kamar menuju dapur. Gelas yang kotor ia letakkan di wastafel seraya mencucinya.

Baru saja ia membalikkan tubuhnya, sudah ada Agnan yang kembali dengan tiga kantong sedang di kedua tangannya.

"Nan, kamu belanja apa? Banyak banget?"

Agnan tersenyum seraya meletakkan tiga kantong itu di atas meja. "Aku belanja stock makanan buat kamu kalo ke sini. Dan aku juga beli sesuatu buat kita."

"Sesuatu buat kita? Maksudnya?" Khalisa mengernyit bingung atas ucapan Agnan.

"Ada, deh, pokoknya. Nanti juga kamu tau. Sekarang kita beresin belanjaannya dulu, baru setelahnya aku kasih tau kamu apa sesuatu itu." Khalisa memilih menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan. Ia akan mengikuti perkataan Agnan.

Beberapa menit kemudian, Agnan dan Khalisa memilih untuk rehat di dalam kamar. Khalisa duduk di tengah ranjang, sementara Agnan tengah berada di balkon bersama benda nikotin disela bibirnya.

Kesalahan Cinta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang