Hari ini Khalisa ingin menemui Levin kembali. Ia masih juga belum pulang ke rumah orang tuanya, jadi ia memilih menginap di sebuah hotel dalam waktu satu malam. Tekadnya kali ini ialah untuk meyakinkan kembali hubungannya dengan Levin.
Barang-barang yang kemarin ia bawa dalam ransel telah siap. Netranya meraih ponsel yang baru saja selesai diisi daya. Ketika dirasa sudah cukup, akhirnya ia mulai melangkah keluar meninggalkan kamar yang ia pesan kemarin. Sudah cukup untuk menginap di hotel ini, karena ia juga sebentar lagi akan menemui kekasih hatinya yang dulu dan juga kembali ke rumah orang tuanya, yakni Zaldy dan Wendy.
Beberapa menit setelah menaiki taksi online menuju kediaman Levin, akhirnya Khalisa turun dari sana. Ia memantau rumah yang begitu sepi namun asri.
Tak ada pergerakan darinya, melainkan hanya diam dengan netra yang terus saja mengedarkan sekitar.
Kini, kakinya mulai melangkah ke depan gerbang rumah Levin. Ia akan masuk menemui Levin. Karena masih banyak pertanyaan yang bercokol di otaknya.
"Mbak Khalisa." Satpam rumah Levin, yakni pak Sarto mengucap lirih kala melihat Khalisa yang diam di depan gerbang dengan mata yang terus menatap rumah majikannya itu. Baru saja kemarin di usir, apa tidak kapok?
Belum sempat Khalisa mengucap sapa dan bertanya pada pak Sarto, sudah ada suara intrupsi dari belakang tubuhnya.
"Maaf, kamu siapanya mas Levin, ya? Perasaan dari tadi saya perhatiin kamu tuh mantau rumah mas Levin terus. Jangan-jangan kamu penguntit?"
Khalisa memutar bola matanya malas. Sembarangan sekali orang ini. "Seharusnya pertanyaan itu buat lo. Lagian, siapa si lo pake nyebut nama Levin dengan panggilan mas segala? Lo pikir dia mas-mas ojek?"
Pak Sarto yang kini sudah tepat di depan gerbanghanya menghela nafasnya, kala dua wanita yang kini berada di luar itu terus ribut tiada henti.
"Maaf sebelumnya, Mbak-Mbak ini sudah mengganggu ketenangan majikan saya. Tolong kalau mau ribut jaraknya yang jauh, kalau perlu jangan di kawasan ini!"
Khalisa menatap wanita yang berbicara padanya itu dengan sinis. Ia kesal karena diganggu waktu pertemuannya dengan Levin.
"Gak bisa gitu dong, Pak. Bapak tau 'kan, siapa saya? Saya masih ada urusan sama Levin, Pak. Tolong bantuin saya bicara sama dia! Dari tadi saya perhatiin dia gak keluar-keluar rumah."
"Maaf, Non Khalisa, saya gak bisa panggil bapak. Untuk hari ini dia gak mau diganggu oleh siapapun."
Wanita yang bersama Khalisa dengan nama Okta itu, menatap remeh seraya bersidekap dada.
"Kamu tuh jangan jadi pengganggu, deh! Mas Levin tuh pasti lagi istirahat, karena selalu sibuk dengan kerjaannya."
Khalisa semakin geram kala wanita yang bernama Okta itu sangat mengatur. Memangnya dia siapa?
"Lo tuh siapa, si? Sok banget ngatur-ngatur gue. Sorry banget, ni, gue jijik sama orang kaya gitu. Sokab tau gak!"
"Mbak Khalisa, Mbak Okta, kalian lebih baik pergi! Kalau bapak marah habis kalian berdua."
"Pak, please biarin saya ketemu Levin. Saya butuh penjelasan dia, Pak. Dan saya juga mau bicara sama dia soal kami berdua. Bapak tau 'kan, masalah saya apa? Tolong banget, Pak!" Khalisa terus meracau dengan nada memohon pada pak Sarto.
"Gak bisa, Non Khalisa. Bapak gak mau diganggu hari ini, tolong hargai privasinya juga. Lebih baik Non pergi dari sini sebelum saya atau bapak murka dengan kelakuan Non Khalisa!"
"Nah 'kan, makanya jangan belagu kamu. Sok banget pengen ada hubungan, padahal enggak. Situ halu, ya?" Okta sejak tadi terus saja ikut campur dengan pembicaraan Khalisa dan pak Sarto. Ia seakan ingin menjadi kompor agar Khalisa tidak bisa bertemu dengan Levin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesalahan Cinta (End)
RandomSpin Off Kebenaran Cinta Hidup yang Khalisa jalani, selama ini aman-aman saja. Ia begitu terpaku dengan Agnan yang mampu memberikan segala hasrat terpendamnya, yang tak pernah ia dapatkan dari sang kekasih. ••• Khalisa Meyriana Bahman. Memiliki oran...