16. Athaya's Cafè

34 2 0
                                    

Khalisa terdiam memikirkan soal semalam selama di ruangan kerjanya. Ia tak bisa menampik, bahwa ia rindu sentuhan Agnan. Karena dia lah yang mampu membuatnya seakan bisa terbang melayang.

Agnan memberikan dirinya pesan via DM (direct massage) lewat aplikasi instagram semalam. Dia berkata bahwa rindu dan ingin bertemu kembali dengannya di lain waktu. Namun, itu hal yang tak mungkin terjadi. Karena dirinya ialah kekasih Levin.

Seorang Levin yang nyaris sempurna. Lantas, apakah akan membuatnya berkhianat dan kembali pada Agnan? Apakah itu hal yang benar? Pasalnya, Agnan dapat memberikan apa yang tidak ia dapatkan dari Levin. Untuk itu, ia begitu ingin bertemu kembali dengan Agnan dalam jangka waktu yang panjang.

Helaan nafas menguar dari mulutnya. Memikirkan Agnan mampu membuatnya berkeinginan di luar nalar.

***

Khalisa sampai di lobi dengan mobil yang sudah siap di sana. Baru saja kakinya ingin melangkah memasuki mobil, netranya teralihkan oleh seorang pria yang kini berdiri seraya bersandar di kaca pintu mobilnya, dengan jas yang masih melekat di tubuhnya.

Bibirnya menyunggingkan senyuman, kala pria itu merentangkan tangannya seperti ingin memeluk. Sontak saja dirinya segera berjalan cepat dengan tubuh yang menyambut hangat tangan kekar tersebut.

"Sayang, kok gak bilang mau ke sini? Aku pikir kamu masih di kantor, loh." Khalisa  bertanya pada kekasihnya, yakni Levin, yang kini masih dalam keadaan berpelukan.

"Kejutan. Selesai kerjaan tadi aku langsung ke sini. Karena aku juga inget sama janji kamu yang mau bawa aku ke kafe adik kamu itu. Kamu ... belum sempet ngisi makanan sore ini, 'kan? Aku sekalian mau ajak makan bareng di sana."

Khalisa melepas pelukannya pada Levin. Ia menjawil hidung kekasihnya itu dengan gemas.

"Emang gak apa-apa mampir ke sana dulu? Kamu gak cape?"

"Aku gak cape sayangku Khalisa."

Khalisa tersenyum lebar mendengar Levin memanggilnya dengan sebutan sayang. Seketika ia menjadi salah tingkah dibuatnya.

"Oke, kita ke sana. Kebetulan aku emang belum sempet ngisi apa-apa lagi sehabis makan siang."

Seusai percakapan tersebut, mereka pun mulai pergi dengan mengendarai mobil masing-masing. Karena supaya nanti ketika pulang dari kafe, mereka tak susah payah untuk mengantar siapa dan ke mana dahulu.

***

Sesampainya di Athaya's Cafè, Khalisa dan Levin mulai memasuki pintu kafe tersebut, yang langsung disambut hangat oleh para karyawan yang ada.

Khalisa dan Levin berjalan menghampiri bangku kosong dengan meja yang sudah bersih. Kemudian mereka mulai duduk seraya melihat salah satu waitress yang tengah membawakan menu.

"Dilihat-lihat dulu, Mbak, Mas, menunya!"

Khalisa menatap waitress tersebut dengan lekat. Ia mengenal dengan karyawan adiknya itu. Karena ia memang cukup sering berkunjung ke kafe ini.

"Win, tolong panggilin Athaya, ya! Aku mau dia aja yang ke sini dan nyatet menu pesanan aku."

"Baik Mbak Khalisa, nanti akan saya sampaikan." Waitress dengan nama Wina itu, mulai pergi menuju ruangan Athaya  berada. Karena Khalisa ingin adiknya lah yang melayaninya.

Beberapa menit menunggu, akhirnya Athaya datang dengan apron yang hinggap di tubuhnya.

"Selamat siang, ada yang bisa saya  bantu?" Athaya menghampiri Khalisa dan kekasihnya dengan membawa buku catatan.

"Hai, Ta. Duduk dulu, lah!" Athaya mau tak mau duduk di samping kakaknya, dengan membawa kursi di sebelahnya yang kebetulan kosong.

"Oh iya, kenalin Ta, ini cowok gue namanya Levin. Sayang, ini Athaya adik aku."

Athaya tersenyum tipis untuk menghargai kakaknya atas perkenalan singkat tersebut. Ia tidak mau terlalu berbasa-basi pada kekasih kakaknya itu.

"Pesanannya gimana?"

"Nih, gue udah catet. Oh iya, temen gue titip cake redvelvet cheese, sama garlic bread dua, ya. Nanti dia yang ambil ke sini. Paling jam tigaan, lah."

Athaya mengangguk mengerti, "Atas nama?"

"Laura Tressia. Gue udah kirim nomornya sama screenshoot-an dia, biar jadi bukti." Athaya mengangguk lagi sebagai jawaban. Ponselnya tadi ia tinggal di ruangan, tepatnya di tas miliknya. Maka dari itu, ia tak mengecek apapun lagi selain kertas yang ia genggam. Kemudian, Athaya berlalu pergi untuk membuat pesanan Khalisa dan Levin.

Selama menunggu pesanan, Khalisa sempat membuat instastory dengan foto tangan miliknya dan Levin yang saling menggenggam. Ia juga tak lupa menambahkan lokasinya saat ini untuk menarik minat pengikutnya. Karena siapa tahu saja dari mereka ada yang ingin mampir ke kafe milik Athaya.

"Kamu baru ini ke sini?" tanya Khalisa pada Levin.

"Sebenernya, aku udah beberapa kali ke sini. Waktu itu aku sama orang tuaku habis dari acara keluarga. Karena papaku agak pemilih soal makanan, jadi mereka mampir ke sini pas kita arah pulang. Mesen makanan berat dan ringan juga. Pas pulang, mama gak lupa beli beef toast sama cheese bread, dan itu makanan rekomendasi banget. Jujur aku lupa sama nama tempat ini apa, karena biasanya mama beli untuk di take away aja, dan aku cuma nunggu di mobil. Padahal namanya terpampang jelas dan besar, tapi tetep aja aku gak tau."

"Jadi gitu ceritanya. Berarti ini bukan pertama kali kamu ke sini, dan kamu udah pernah ketemu sama adikku dong?"

"Iya pernah. Tapi cuma papasan aja, tanpa ada interaksi apapun. Karena memang kami gak saling mengenal juga. Waktu di rumah kamu pun pernah sekali papasan, itu aja pas dia yang lagi mau ambil barang dengan terburu-buru. Kayanya dia sibuk banget, ya, di kafe ini?"

"Dia emang sesibuk itu di kafe. Bahkan di saat kita udah pulang dan bisa rebahan di kasur, paling lama lemburan kantor jam 9 'kan. Nah, dia bisa sampe tengah malam. Apalagi kalo ada yang booking untuk acara-acara gitu, udah pasti bisa pulang dini hari bahkan pagi."

"Sekeras itu dia kerja."

"Emang. Kaya papaku dulu sebelum diganti orang kepercayaannya beliau dan ada aku di kantornya. Papa orang yang sibuk banget, bahkan mama selalu marah kalo papa itu udah telat pulang ke rumah. Sampai akhirnya semua itu berakhir. Papa lebih sering di rumah dan hanya sesekali aja pergi ke kantor. Sementara Athaya, malah ikut jejak papa sekarang."

Levin mengangguk atas respon dari ucapan yang Khalisa lontarkan. Ternyata, adik kekasihnya itu sangat pekerja keras. Dan dia sedikit cuek ketika pertama kali berinteraksi langsung padanya. Tak ada jabatan tangan perkenalan seperti pada umumnya, namun hanya sebuah senyuman yang sedikit memaksa saat dihadapannya tadi.

Nampaknya, Athaya bukan tipe wanita yang menye-menye dan cengeng. Terlihat dari gelagat dan gayanya. Dan lagi, sepertinya Levin mulai aneh memikirkan seorang Athaya saat ini. Yang jelas-jelas ada Khalisa di sisinya dengan status mereka sepasang kekasih. Agaknya ia sedikit tidak waras dengan pemikiran aneh yang terus bercokol di otaknya.

________

Terima kasih ❤

03-09-2023

Kesalahan Cinta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang