Gedung yang menjulang, kini menjadi saksi seorang Khalisa yang tengah menyeruput coffe latte di ruangannya.
Sudah ada lima menit, yang Khalisa lakukan hanya diam seraya memandang gedung di seberangnya. Ia merehatkan tubuhnya sejenak dari banyaknya kerjaan. Ternyata bayangan tak seindah realita. Pekerjaan yang ia miliki tak pernah menyusut dari hari ke hari.
"Huft, jadi pengen main sama Mela. Bosen juga gue di sini." Monolognya, dengan netra yang terus saja mengarah ke depan.
Belum sempat ia pindah ke tempat duduknya, suara ketukan pintu mengalihkan atensinya.
"Masuk!" ujar Mela, dengan kaki yang melangkah menuju kursinya.
Aruna, yakni sekretaris Khalisa kini membawa tiga berkas yang harus Khalisa tanda tangani. Khalisa membaca berkas-berkas tersebut dengan teliti, sebelum ia menandatanganinya.
"Udah, Run."
"Terima kasih, Bu."
"Ada jadwal penting setelah ini?"
"Tidak ada, Bu. Hari ini tidak ada meeting atau pertemuan klien mana pun. Jadwal Ibu hanya sebatas pekerjaan kantor saja dan tanda tangan berkas."
Khalisa mengangguk paham atas ucapan Aruna.
"Kalau begitu, saya permisi, Bu."
"Iya, silahkan, Run!" Aruna pun keluar dari ruangan Khalisa. Sementara Khalisa mulai meregangkan ototnya sebelum melanjutkan pekerjaannya. Layar laptop dan setumpukan kertas memang kombinasi yang pas dalam bekerja. Hal itu membuat Khalisa harus ekstra siap pasang badan agar tidak tumbang untuk setiap melakukan pekerjaannya.
***
Kali ini Khalisa tak ingin makan di ruangannya. Ia harus bertemu Mela dan menjajakan kakinya ke lantai kantin. Sepertinya itu akan membuat rasa bosannya menyusut.
Kakinya mulai melangkah menuju lift untuk menuju lantai satu. Ia sudah menghubungi Mela sejak tadi untuk bertemu di sana.
Khalisa duduk diam seraya netranya mengedarkan ke sekitar. Banyak pasang mata dan menyapa ke arahnya, yang tentu saja disambut hangat olehnya. Ia bukan tipe wanita sekaligus atasan yang ketus dan kaku. Ia hanya wanita biasa dengan tak pelit dalam memberikan senyuman. Karena ia termasuk orang yang supel sejak dulu.
"Sa, sorry. Lama, ya?" ujar Mela merasa bersalah, sekaligus bertanya pada Khalisa.
"Apa, si, Mel. Gue baru ada tiga menitan di sini, gak ada lama-lamanya."
"Mau di kantin atau makan di luar?" Mela mengajukan pilihan pada Khalisa.
"Kantin aja, yang pasti sama lo. Gue bosen banget harus makan di ruangan terus."
"Ulululu, manis banget sobat gue satu ini, sampe pengen ditemenin sama gue segala." Mela dan Khalisa pun tertawa dengan kaki yang melangkah memasuki kantin. Mereka merasa lucu dengan tingkah seperti remaja. Padahal mereka sering bertemu dan masih dalam satu kantor, seharusnya kesan mereka tidak begitu. Namun, hal tersebut memang sudah lama tak mereka lakukan. Karena mereka sama-sama sibuk belakangan ini.
Khalisa dan Mela telah sampai di kantin, mereka menuju stand penjual ayam kremes. Itu makanan favorit Mela, dan Khalisa hanya mengikutinya saja. Karena ia juga bingung, makanan apa yang akan dirinya beli.
Mela memesannya dengan membayar menggunakan sistem scan barcode. Seusai itu, ia menatap ke arah sahabatnya yang masih menimang-nimang, apakah ingin memesan makanan yang sama atau berbeda.
"Mau ayam atau ikan kremes? Atau mau mesen yang lain?" tanya Mela pada Khalisa.
"Samain, deh." Mela mengangguk dan mulai memesan kembali milik sahabatnya. Khalisa pun mulai membayar seperti apa yang Mela lakukan tadi.
Susai pesanan selesai, mereka pun mulai mencari meja kosong untuk mereka tempati. Kaki mereka melangkah ke meja pojok yang kosong, dengan tangan yang memegang makanan dan minuman masing-masing.
"Lo beneran ke resto sendirian kemarin, Sa?" tanya Mela disela-sela kunyahannya.
"Hem, gue pikir lo bakalan dateng. Taunya pas lo ngabarin lagi, lo baru banget balik dari kantor. Ya udah, terima nasib."
"Maaf, Sa. Gue bener-bener sibuk sekarang. Gue juga selalu ambil lemburan terus akhir-akhir ini. Tim marketing kita kehilangan dua karyawan. Satunya resign abis lahiran, apalagi suaminya ngelarang dia kerja. Dan satunya lagi, resign karena nyokapnya sakit, dan sebagai anak satu-satunya dia memilih untuk berhenti. Itu juga suruhan bokapnya. Jadi lah kerjaan itu nambah, dan ngelimpahinnya pun ke gue sama rekan gue, Hasa."
"Iya-iya, Mel. Gue tau itu. Runa ngasih tau gue juga soal kondisi tim marketing. Gue sama pak Gafar, lagi nyari karyawan baru buat di tim lo. Jadi tenang aja, kerjaan lo nanti gak padet lagi kaya sekarang-sekarang ini."
"Wah, thank you my bestie. Gak tau lagi gue kalo gak ada karwayan yang bakalan gantiin mereka yang resign. Bisa abis gue sama Hasa lemburan terus."
Khalisa terkekeh akan ucapan Mela. Sahabatnya itu moodboster sekali. Obrolan ringan mengenai hal pekerjaan dan kegiatan sehari-hari bersama Mela, mampu membuatnya merasa lebih baik. Itu lah kenapa di saat seperti ini yang ia butuhkan, ya Mela, sahabat baiknya sejak dulu.
***
Khalisa menatap pria yang kini tengah berjalan ke arahnya. Ini adalah hal yang langka. Tahu kenapa? Seorang Agnan menghampirinya ketika pas jam pulang kantor seperti ini. Ada apa gerangan dia menghampirinya?
"Nan, lo ...."
"Hai, Kal. Gue tau respon lo pasti kaya gini. Gue lagi gak bisa nahan rindu, makanya gue ke sini."
Khalisa mencebik saat mendengar ucapan Agnan seperti itu. "Nan, serius!"
Agnan terkekeh akan respon Khalisa yang begitu agak ketus namun menggemaskan.
"Gue serius, Kal. Gak percaya?" Agnan berujar dengan nada yang jenaka. Ia melihat Khalisa dengan gemas. Ingin rasanya memeluknya saat ini juga.
"Gue mau pulang. Lo mau ikut gue ke rumah emangnya?"
"Boleh. Ide bagus, tuh."
"Nan, please! Serius dikit."
"Lo mau di seriusin? Gue sih, ayo. Gak akan berpikir dua kali kalo buat seriusin lo, Kal."
"Bukan saatnya kita bahas hal ini. Gue cape, mau pulang. Kalo lo bahas kaya gini lagi, gue tinggal sekarang."
Agnan menarik tangan Khalisa dengan cepat. Ia hanya ingin mengajak Khalisa untuk makan bersama. Sengaja ia pergi ke kantor Khalisa di saat jam pulang kantor seperti ini, karena kalau menyusul ke rumah, pasti Khalisa akan marah padanya. Dia tidak sesuka itu jika dirinya pergi ke rumahnya.
"Dinner with me tonight?"
"Are you serious?"
"Iya, Kal. Kalo lo mau, nanti gue jemput. And don't forget to wear the dress I gave you!" Agnan tersenyum seraya mengacak pelan puncuk kepala Khalisa. Seusai itu, dirinya pergi dan memasuki mobilnya.
Khalisa tertegun akan perlakuan Agnan. Mengapa saat Agnan mengucapkan itu ia menjadi salah tingkah seperti ini? Bahkan mampu membuatnya mati kutu. Apa iya, dirinya telah kalah oleh perasaan itu dan terjerat dengan sosok Agnan?
________Terima kasih ❤
09-08-2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesalahan Cinta (End)
RandomSpin Off Kebenaran Cinta Hidup yang Khalisa jalani, selama ini aman-aman saja. Ia begitu terpaku dengan Agnan yang mampu memberikan segala hasrat terpendamnya, yang tak pernah ia dapatkan dari sang kekasih. ••• Khalisa Meyriana Bahman. Memiliki oran...