Pagi hari, Khalisa sudah berada di dapur dengan segelas susu putih hangat di tangannya. Posisinya duduk di kursi meja makan, dengan mata yang mengarah pada pintu kaca dapur ke arah halaman rumah.
Saat asiknya melamun, ada suara derit kursi yang kini melakukan posisi yang sama. Bedanya, ia telah rapi dengan setelan kasualnya juga polesan di wajahnya.
"Jam segini lo udah rapi?" tanya Khalisa ketika melihat Athaya yang sudah bertengger manis di kursi. Dengan sandwich dan teh hangat pada gelas.
Athaya mengerutkan dahinya ketika suapan pertama telah berada di mulutnya. Ia merasa heran dengan pertanyaan Khalisa.
"Ngapain heran sama gue? Kan, udah biasa juga gue rapi di jam segini. Gue kerja di kafe, yang mengharuskan nyiapin keperluan ini dan itu buat sebelum buka. Harusnya bukan suatu yang aneh buat lo."
Khalisa terus menatap Athaya yang masih santai dengan suapan sandiwchnya. Adiknya itu pekerja keras sekali.
"Inget kata mama. Sekali-kali lo gak usah rajin bisa kali, Ta."
Athaya tersenyum mendengar ucapan Khalisa. "Gue tau. Tapi ini udah jadi kewajiban gue sebagai pemilik kafe. Gue punya tanggung jawab penuh atas itu. Bukan cuma mengandalkan semua karyawan gue dari segala kerjaan yang ada. Gue tau tubuh gue. Jadi, lo gak perlu khawatir."
"Batu juga lo, ya, di bilangin."
"Dih. Gak ada hak lo ngomong kaya gitu ke gue!" ujar Athaya sedikit kesal dengan perkataan Khalisa.
"Lo gak inget sama peringatan mama kemarin? Lo jadi ngerasa abai gitu, si, sama nasihat mama? Padahal bener, loh. Dia itu khawatir sama lo, Ta."
Athaya bersidekap dada ketika sarapannya telah selesai. Ia menatap Khalisa dengan begitu lekat, dengan tubuh yang bersandar pada kursi.
"Gue bukan gak inget, tapi gue cuma gak bisa abai sama tanggung jawab gue. Ini konsekuensi yang gue jalani jadi seorang pengusaha." Athaya menghela nafasnya sebentar, sampai ia mulai bersuara kembali.
"Sebelum lo ngajarin gue, harusnya lo introspeksi diri dulu. Gue inget, bahkan inget peringatan dan nasihat mama ke gue. Gue juga bisa ngatasin tubuh gue sendiri. Tapi lo, apa lo bisa ngatasin masalah lo? Dengan segala kekhawatiran mama ke lo? Lo gak pernah tau 'kan, gimana khawatirnya mama sama lo? Lebih tepatnya bukan gak tau, tapi lo seakan gak peduli. Tanpa cerita dan ngomong apapun ke elo, harusnya lo tau gimana tatapan khawatirnya mama ke elo. Satu lagi, udah berapa kali gue bilang untuk gak main sampe pulang larut malam. Dan gue gak bodoh, ya, kalo lo semalem abis dari club. Bau alkoholnya nyengat."
Setelah mengatakan hal itu, Athaya meninggalkan Khalisa yang diam dengan raut yang cukup terkejut. Harusnya ia tahu, bahwa Athaya bukan cewek yang bodoh. Sehabis dari klub malam, ia tak mampir atau menetralisirkan bau mulutnya itu oleh sesuatu. Jadi, sudah pasti bau alkohol yang ia konsumsi itu merebak ke sekitar. Terlebih semalam Athaya berbicara padanya itu dengan jarak yang dekat. Ingin menyangkal pun nyatanya tak bisa. Lagi dan lagi ia dibuat bungkam oleh Athaya.
***
Hari ini adalah waktu santainya Khalisa. Yang ia lakukan sejak tadi hanya berdiam diri di kamar seraya menonton film di layar lebar depan ranjang.
Sejenak, ia teringat dengan pria yang saat itu menemui ponselnya. Seakan rasa rindu kian membuncah. Namun, ia tak memiliki kontak maupun sosial media pribadinya. Jadi akan susah untuk ia menghubungi atau sekedar mengucapkan sapaan hangat.
Khalisa memandang halaman dari balkon kamarnya. Di sana mendapati Wendy yang tengah membersihkan beberapa tanaman ditemani dengan bi Darsih.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10:00 pagi. Sepertinya, shopping adalah pilihan yang tepat. Lantas ia segera bergegas mengganti pakaiannya dengan dress putih gading berlengan pendek. Ditambah kalung emas berbandul bulan sabit di lehernya. Rambutnya ia gelung ke atas, dengan menyisakan anak rambut di depan. Kali ini ia memadu padankan dengan sepatu kets berwarna putih. Sentuhan make up dengan berbagai warna hingga terlihat menonjol bagi yang melihatnya. Ia memang seperfect itu jika urusan riasan wajah maupun penampilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesalahan Cinta (End)
RandomSpin Off Kebenaran Cinta Hidup yang Khalisa jalani, selama ini aman-aman saja. Ia begitu terpaku dengan Agnan yang mampu memberikan segala hasrat terpendamnya, yang tak pernah ia dapatkan dari sang kekasih. ••• Khalisa Meyriana Bahman. Memiliki oran...