Atas penolakan dan telakan ucapan dari Levin, Khalisa seakan tengah menelan banyak pil pahit. Kalau sudah seperti ini apa yang ia harapkan lagi?
Selama di taksi ia hanya melamun. Memikirkan Levin yang sudah terikat oleh Athaya tanpa mau menerimanya kembali. Ia jadi ingat ketika pertemuannya pertama kali dengan Levin. Pria tampan dengan wajah yang datar. Pria yang ia pikir kaku, nyatanya bisa memberikan kesan romantis. Sosok pria yang baik tanpa mau menyentuhnya sembarangan.
Beberapa menit kemudian lamunan itu langsung buyar. Karena ada suara intrupsi dari supir taksi yang mengatakan, bahwa mereka telah sampai di tempat tujuan.
Pandangan Khalisa mengedarkan sekitar, lalu tangannya mengambil uang dengan nominal yang tertera di argo taksi tersebut. Setelah itu ia keluar, karena ia ingin sekali segera mengistirahatkan tubuhnya di ranjang.
Khalisa memandang gerbang kediamannya sebentar, sampai ia menyapa dan menitah satpam rumah untuk segera dibuka 'kan.
Bukan hanya satpam yang ada di sana, bahkan ada beberapa pria dengan pakaian serba hitam yang duduk di kursi dengan tegap.
"Selamat malam, Nona. Akhirnya Nona pulang sekarang. Tuan dan Nyonya sudah menunggu di ruang keluarga. Mereka begitu khawatir dengan keadaan Nona. Dan saya menyampaikan apa yang saya lihat ketika saya mengikuti Nona selama ini."
Khalisa menghela nafasnya dengan berat dan mengangguk dengan lesu. Pikirannya masih kacau sekarang.
"Makasih udah jagain bokap dan nyokap. Sorry baru bisa pulang sekarang, karena gue baru siap."
"Silahkan masuk Nona, jangan sampai mereka menunggu terlalu lama!" Khalisa pun memasuki pintu utama dan mencari keberadaan kedua orang tuanya.
Saat Khalisa menapaki lantai ruang keluarga, di sana terdapat Zaldy dan Wendy yang sedang berbincang dihadapan televisi yang menyala.
Wendy sadar, ada suara yang menghampirinya. Ia pun segera berbalik dan langsung dibuat terkajut, karena putri pertamanya yang sempat kabur itu telah kembali.
Seusai dari keterkejutannya, Wendy segera menghampiri Khalisa yang kini sudah dibanjiri air mata. Ia memeluk putrinya dengan dekapan hangat seorang ibu. Orang tua mana yang tak khawatir jika putrinya itu kabur begitu saja? Terlebih anaknya itu berjenis kelamin perempuan. Rasa khawatir berlebih juga berpikir macam-macam selalu memenuhi otaknya.
"Lisa." Zaldy memanggil lirih seraya menghampiri Khalisa dan Wendy yang masih berpelukan. Dan dirinya juga mengikuti mereka berdua, berbagi pelukan bersama. Ia mana tega memarahi Khalisa begitu saja di saat putrinya itu terlihat seperti sedang kelelahan.
***
Entah sudah berapa banyak helaan nafas yang keluar dari Zaldy. Ia pusing melihat kamar Khalisa yang masih terkunci. Sejak tadi Wendy sudah mencoba untuk membujuknya tapi tidak ada hasil. Khalisa seakan tak mau diganggu oleh mereka berdua.
Padahal Zaldy dan Wendy begitu penasaran, apa alasan Khalisa yang kabur begitu saja di hari pernikahannya? Dan apa yang menjadi pemicu hingga dia kembali ke rumah tapi dengan keadaan yang kacau? Apa yang terjadi dengan Khalisa selama ini?
"Besok aja, Ma. Besok aja kita bujuk dia lagi supaya mau keluar kamar. Lagi pula kalau dia lapar pasti akan keluar juga." Zaldy berujar seraya mengusap tangan putih milik istrinya, Wendy.
"Iya, Pa. Kayanya emang besok aja, kalo sekarang dipaksa untuk dia keluar, ya tetep gak akan ada hasilnya. Kayanya Lisa lagi menjernihkan pikirannya juga. Kita 'kan, selama ini gak tau apa yang terjadi sama Lisa di belakang kita. Selama pengawasan bodyguard kemarin rasanya belum puas kalo gak langsung denger cerita dari mulut Lisa."
Seusai dari percapakan tersebut, Zaldy dan Wendy pun memilih untuk masuk ke kamar dan beristirahat. Sudah cukup untuk hari ini memikirkan Khalisa, biar besok saja mereka membahasnya kembali.
***
Di dalam kamar, Khalisa menangis soal dirinya yang tak ada kesempatan lagi untuk dekat kembali dengan Levin.
Baju yang ia pakai tadi sudah ia robek-robek seperti lap kaki. Kini dirinya hanya memakai pakaian tidur, yakni celana pendek dengan kaos pas badan berwarna merah muda.
Pakaian yang ia robek adalah sebuah pelampiasan. Karena ia tak mungkin menghancurkan barang-barang yang ada di kamar, ia masih punya otak untuk hal satu itu.
Khalisa menatap dirinya di cermin besar. Ia meneliti rambut yang berantakan dan wajahnya yang kini sembab dan merah. Sekacau itu dirinya.
Agnan telah membuatnya kecewa, dan kini Levin pun membuatnya kecewa. Bahkan rasanya lebih sesak dibandingkan saat ia dihabisi oleh Agnan kemarin.
Apakah ia bisa merebut Levin kembali? Apa jika ia meminta bantuan pada Zaldy dan Wendy semua itu akan dituruti? Sepertinya hal tersebut mudah dilakukan, bukan? Pasalnya Levin begitu menghargai kedua orang tuanya. Dengan ia yang meminta kembali seorang Levin ke pelukannya bukan hal yang salah 'kan?
"Khalisa emang pinter," gumam Khalisa, saat dirinya masih terus menatap wajahnya di cermin besar. Bahkan tubuhnya ia putar-putar seperti tengah kedapatan sesuatu.
Ide tersebut memang benar-benar gila. Tapi bukan Khalisa namanya jika tidak melakukan hal yang di luar nalar.
________
Terima kasih ❤
14-10-2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesalahan Cinta (End)
SonstigesSpin Off Kebenaran Cinta Hidup yang Khalisa jalani, selama ini aman-aman saja. Ia begitu terpaku dengan Agnan yang mampu memberikan segala hasrat terpendamnya, yang tak pernah ia dapatkan dari sang kekasih. ••• Khalisa Meyriana Bahman. Memiliki oran...