Khalisa menatap gerbang yang menjulang tinggi dari dalam mobil. Apa ia harus masuk sekarang? Pasalnya, jantungnya kini berdebar tak karuan. Apa yang akan ia katakan nanti pada orang tua Levin?
Belum sampai lima menit melamun, dirinya terkejut dengan suara klakson mobil yang menitah membukakan gerbang pada satpam yang berjaga. Ia menatap mobil itu dengan lekat. Seperti familiar dengan warna dan jenisnya.
Setelah melihat mobil itu masuk dan menjauh dari gerbang, baru lah ia turun dari mobil menemui satpam.
"Permisi, Pak. Saya boleh masuk?" tanya Khalisa.
"Non Khalisa? Boleh Non, boleh. Silahkan!" Satpam tersebut mempersilahkan Khalisa masuk dengan gerbang yang masih terbuka lebar. Khalisa pun kembali ke mobil dan masuk ke dalam gerbang menjulang tinggi itu dengan cepat. Ia hanya ingin mendapat kepastian dari Levin, yang beberapa hari ini tak ada kabar.
Kakinya melangkah mencapai daun pintu dan memencet bel rumah. Belum sempat mulutnya bersuara, tiba-tiba tangannya diraih oleh pria yang sudah berdiri tepat disamping kanannya.
"Levin?" tanya Khalisa terkejut dengan kedatangan Levin yang tiba-tiba.
Tanpa kata, Levin menggeret Khalisa dan berjalan ke halaman samping rumah. Dan Khalisa hanya diam mengikuti langkah Levin yang berjalan cukup cepat.
Levin menitah Khalisa untuk duduk di bangku, dengan ia yang mengikuti di sampingnya.
"Apa kabar?" tanya Levin setelah mereka terdiam dalam beberapa menit.
Khalisa duduk menyamping dan menatap Levin dengan lekat. "Aku gak baik-baik aja, Vin. Tiga hari ini gak ada kabar dari kamu buat aku uring-uringan gak jelas. Aku takut kamu pergi dan gak peduli lagi sama aku. Aku tau, aku bukan siapa-siapa kamu, tapi ... aku sayang sama kamu Levin."
Levin menggenggam tangan Khalisa dan tersenyum dengan tipis. Ia mengusap lembut pipi Khalisa dengan perlahan.
"Maaf gak kasih kamu kabar tiga hari ini. Beberapa hari ini aku sibuk ngurus proyek yang hampir aja gagal. Tapi semuanya bisa diatasi. Maaf juga bikin kamu jadi cemas."
"Aku kangen sama kamu, Vin." Khalisa langsung menghambur ke dalam pelukan Levin, dan sang empu tentu saja menyambutnya dengan hangat. Dibalik sikap manjanya Khalisa, mampu membuat Levin merasa ingin melindungi.
"Makasih karena udah kangenin aku, Kal." Khalisa mengangguk di dalam dekapan Levin. Ia tak kuasa menahan rasa senang ketika Levin menyambut pelukannya yang tiba-tiba ini. Namun, ia juga tak mengerti, apakah Levin memiliki perasaan yang sama atau tidak?
***
Levin menghembuskan nafasnya dengan berat. Ia tak bisa menolak ajakan Khalisa untuk pergi jalan-jalan. Padahal dirinya sangat lelah, baru saja rehat dari kerjaan. Inginnya istirahat saja di rumah tanpa melakukan kegiatan apapun. Namun, ucapan Khalisa bagai magnet yang tak mampu ia abaikan.
"Aku mau makan seafood, deh. Kamu mau?"
Levin tersenyum menatap Khalisa. "Aku alergi, Kal."
"Ah, sorry, Vin. Aku gak tau."
"Santai, Kal. Makanya aku kasih tau dari sekarang, sebelum kita terlanjur ke tempat itu. Aku gak bisa konsumsi apapun berbau seafood."
"Ke resto Italian, gimana? Aku tau tempatnya dan makanannya enak-enak. Mau?"
Levin mengangguk atas ucapan Khalisa. "Iya, kita ke sana aja." Dan Khalisa pun tersenyum senang atas jawaban Levin. Kemudian, mereka pun kembali melajukan mobilnya dengan Levin yang mengemudi menuju restoran khas Italia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesalahan Cinta (End)
RandomSpin Off Kebenaran Cinta Hidup yang Khalisa jalani, selama ini aman-aman saja. Ia begitu terpaku dengan Agnan yang mampu memberikan segala hasrat terpendamnya, yang tak pernah ia dapatkan dari sang kekasih. ••• Khalisa Meyriana Bahman. Memiliki oran...