3. Pertemuan Pertama

83 3 0
                                    

Khalisa mematut dirinya pada cermin. Ia membereskan riasan yang cukup berantakan akibat seharian bekerja. Bahkan ketika sedang dalam bekerja dengan setumpukan berkas, ia tak berpindah barang sejenak dari sana. Makan pun ia pesan lewat online. Hingga ia baru bisa bernafas lega ketika pukul 15:20 sore.

Kakinya melangkah keluar dari kamar kecil. Sudah cukup untuk waktunya membereskan riasan dan tampilannya saat ini. Kemudian, ia memilih keluar ruangan dengan tas yang ia pegang di tangan kanannya.

"Selamat sore, Bu." Salah satu karyawan menyapa Khalisa saat baru saja tiba di depan lift.

"Sore juga," jawab Khalisa dengan senyum tipisnya.

Beberapa menit kemudian, Khalisa dan satu karyawan tersebut sampai di lantai dasar. Mereka pun keluar dari lift dan saling sapa kembali untuk berpamitan.

Netranya mengedarkan ke sekitar, tidak ada tanda-tanda Mela ada di sana. Bahkan di sofa tunggu pun tak ada sama sekali. Akhirnya ia melangkah menuju lobi dengan mobil yang sudah siap di sana.

"Makasih, Pak Gun." Khalisa berujar pada supir kantor yang bernama Gunawan.

"Sama-sama, Bu."

Seusai dengan percakapan singkat, Khalisa memilih melajukan mobilnya, meninggalkan kawasan kantor yang masih ada beberapa karyawan di sana.

Khalisa sempat memberi pesan pada Mela, bahwa dirinya ingin mampir ke sebuah restoran langganannya. Bahkan ia juga sempat telepon, tapi tak ada jawaban sama sekali. Sepertinya Mela sedang sibuk, hingga ponsel pun diabaikan, begitu pikirnya.

Setelah menempuh kurang lebih sepuluh menit, Khalisa pun sampai di restoran. Mobilnya sudah terpakrir dengan rapi. Sebelum keluar dari kemudinya, ia menyempatkan untuk memeriksa tampilannya. Dengan kemeja biru laut yang masih dikenakannya, dan ia baluti dengan jaket jeans biru belel di sana. Jasnya sengaja ia tanggalkan di samping kemudinya, karena malas harus memakai itu. Ia pikir memakai jas akan terlihat begitu formal.

Khalisa pun turun dari mobil. Bagai gerakan slow motion, tampilan Khalisa dapat memukau bagi orang yang menatapnya. Bahkan ada beberapa pengendara yang baru saja tiba di area parkir terngaga dengan sosok Khalisa. Padahal pakaiannya sendiri adalah masih dalam setelan kantor. Apa kabar jika ia memakai dengan setelan gaun yang akan memerlihatkan bentuk tubuhnya yang ramping? Akankah mereka menatapnya seperti itu juga?

Kakinya mulai melangkah memasuki restoran dengan mata yang mengedarkan ke sekitar. Ternyata seramai itu di dalam.

"Selamat sore dan selamat datang, Kak. Meja lantai dua kami masih kosong dan ada privat room juga yang masih tersedia, atau Kakaknya sudah booking tempat?" tanya salah satu waitress pada Khalisa yang baru saja memasuki pintu restoran.

"Saya sudah booking atas nama Khalisa di lantai dua." Waitress itu tersenyum dan mengangguk pada Khalisa.

"Baik, mari Kak silahkan langsung saja ke lantai dua."

Khalisa tersenyum dan mulai melangkah menuju tangga ke lantai dua. Ada beberapa customer yang berkunjung, sehingga beberapa meja telah terisi.

"Silahkan dipilih menunya! Dan untuk dessert, kami menyediakan secara gratis selama dua hari ini, Kak. Mau diambil atau tidak?"

Khalisa mengangguk cepat tanpa menolak. Ia melihat menu-menu yang tersedia di buku. Saat sudah pasti akan pesanannya, ia segera mengucapkannya pada waitress tersebut.

Selama menunggu pesanan datang, Khalisa memilih menyibukkan diri untuk membuka ponselnya dan berselancar di sosial media pribadinya.

***

Khalisa membersihkan mulutnya menggunakan tisyu, ketika makanan yang ia pesan telah habis tanpa sisa. Ternyata selama itu pula ia menunggu kehadiran Mela, nyatanya sahabatnya itu tak kunjung datang.

Namun, baru beberapa menit ia melamun ketika memikirkan Mela, suara panggilan pada ponselnya bergetar nyaring.

"Sa, lo masih di resto?"

"Iya, Mel. Lo di mana, si? Kenapa dari tadi gue chat lo gak bales? Sesibuk itu, ya? Lo lembur?"

"Sorry banget, Sa. Pas lo hubungin gue tadi emang gue masih ada kerjaan yang harus gue urus. Terus sekarang gue baru balik banget, baru sampe rumah. Maaf gak bisa nyusul lo. Maaf juga yang mengharuskan lo untuk makan sendirian di sana. Maaf, ya, Sa."

Khalisa yang mendengar nada lirih dan menyesal dari mulut Mela, menggelengkan kepalanya tanda gemas. Padahal ia tak masalah jika sahabatnya itu tak bisa menemaninya. Hanya saja, ia sedikit khawatir karena sudah beberapa jam ia menghubungi tapi belum ada balasan. Itu yang membuatnya berpikir jika Mela begitu sibuk dan takut terjadi apa-apa pada sahabatnya.

"Iya Mel, santai. Justru gue khawatir sama lo. Gue takut lo kenapa-napa, karena dari tadi gue hubungi gak ada balasan apapun. Gue lega karena lo baik-baik aja."

"Makasih, Sa, udah khawatirin gue. Gue emang baik-baik aja, kok. Sa, udah dulu, ya. Gue mau bersih-bersih, lengket banget badan gak enak."

"Iya, sana! Bye Mel."

"Bye, Sa."

Khalisa bernafas lega, karena Mela sudah menghubunginya dengan keadaan baik-baik saja. Beberapa menit kemudian, ia mulai beranjak dari sana setelah membayar bil yang tersedia.

Ketika kakinya menapaki area parkir, Khalisa mulai meraih gagang pintu mobil dan memasukinya. Netranya mencari sesuatu di dalam tas, lantaran ingin menghubungi mamanya, Wendy.

"Sial! Ketinggalan di dalem." Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Khalisa mulai keluar dari mobil dan memasuki restoran kembali. Gawainya tertinggal di sana, tepatnya di meja yang ia tempati tadi.

Khalisa melihat meja yang ternyata sudah kosong dan bersih. Lantas, di mana ponselnya sekarang? Apa pihak pegawai restoran yang mengamankannya?

"Cari ini?" tanya seorang pria dengan tampilan formal pada Khalisa. Sesaat, Khalisa tertegun dengan wajah pria tersebut yang dapat dikatakan tampan, oh bahkan sangat. Ia tak bisa menampik bahwa pria dihadapannya ini begitu menarik.

"Maaf, ini milik anda?"

"Ah, iya, ini punya saya. Makasih, Mas." Khalisa meraih ponsel yang ada di tangan pria itu dengan cepat.

"Lain kali jangan ceroboh! Kita gak tau, ada aja tangan-tangan iseng yang akan buat barang-barang berharga kita lenyap seketika."

Khalisa tersenyum dengan lebar. Tutur kata dari pria itu membuatnya terkagum.

"Iya. Makasih sekali lagi, karena udah nemuin Hp saya."

"Sama-sama." Seusai mengatakan itu, pria tersebut pergi begitu saja keluar dari restoran. Sedangkan Khalisa, masih tak bisa menyembunyikan raut bahagianya ketika pria tersebut telah hilang dari pandangannya.

Khalisa menuju area parkir kembali dan mulai memasuki mobilnya. Kemudian, ia melesat pergi dari kawasan restoran. Sepertinya hari ini adalah hari yang beuntung baginya. Tak ditemani oleh Mela, namun dapat bertemu dengan pria kaku nan tampan itu. Betapa bahagia dirinya.

________

Terima kasih ❤

07-08-2023

Kesalahan Cinta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang