15. Pesta Berujung Kekesalan

40 1 0
                                    

Hubungan yang Khalisa jalani bersama dengan Levin, selama ini aman-aman saja. Bahkan dapat dikatakan sulit ada celah masalah. Karena jika Khalisa sudah mulai berbuat ulah atau merajuk, Levin segera menenangkan dan ia pasti akan mengalah.

Selama itu pula hubungan mereka masih dalam kata privasi. Karena Levin tidak pernah memublikasikan ke kantornya. Pun itu memang atas kehendak Levin sendiri, lantaran ia memang ingin jika bukan urusan perusahaan maka tidak akan pernah ia sangkut pautkan ke dalamnya. Perihal hubungan cukup ia, keluarga, dan Sadam saja yang tahu.

Levin berjalan menyusuri lorong kantornya di lantai lima. Ia ingin mengadakan rapat penting di sana. Diikuti Sadam di sampingnya yang membawa beberapa berkas.

Saat mereka tiba, langsung saja mereka disambut hangat oleh peserta rapat yang turut hadir dengan penuh hormat. Tentu saja Levin dan Sadam melakukan hal yang sama. Kemudian, mereka pun memulai rapat penting tentang proyek pembangunan suatu pasar grosir dengan detail. Suatu keahlian Levin yang mampu membuat karyawan terkagum akan segala inovasi yang dikeluarkannya. Belum lagi, setiap proyek yang ia bangun akan gol dengan baik.

***

Khalisa menyeruput iced lemon teanya dengan cepat. Rasa haus kian mendera, ketika ia baru saja menyelesaikan kegiatan proyek di luar ruangan. Ia terjun sendiri ke lapangan, karena orang yang bertanggung jawab saat ini tengah rapat penting di kantor. Lahan yang dipakai pun sudah hampir semuanya rata. Mungkin perkiraan 20% lagi untuk dimulainya suatu bangunan pusat perbelanjaan nanti.

Kakinya sudah terbalut oleh flat shoes. Karena high heels yang dipakai tadi hanya membuat kakinya lecet. Cuaca yang terik juga mampu mendukungnya menjadi lebih banyak mengeluarkan keringat dan merasakan dahaga yang berkepanjangan. Rasa-rasanya jika terjun terus ke lapangan akan mampu membuat kulitnya terbakar seketika. Bisa habis dirinya seperti dipanggang.

"Run, abis ini jadwal saya apa lagi? Saya gak tahan banget harus panas-panasan di sini. Kenapa juga harus terjun ke lapangan? Bikin mumet aja."

"Bu Khalisa harus ke kantor kembali nanti jam dua siang, karena ada pertemuan bisnis dengan ibu Grace dan pak Lucy, pemilik resto and cafè De'Voca."

"Hanya itu?"

"Iya, Bu."

Khalisa pun mengangguk mengerti. Hari ini cukup melelahkan baginya, karena jadwal yang padat. Ia kira setelah ini tidak akan ada pekerjaan yang berhubungan dengan orang luar kantor, ternyata salah. Ekspektasinya begitu tinggi, hingga ia lupa bahwa ia berada di posisi MD, yang di mana posisinya itu memiliki tanggung jawab penuh akan perusahaan milik papanya ini.

***

Khalisa berjalan menuju lobi. Mobilnya sudah siap di sana dengan tangan yang memegang ponsel pada telinga. Dari arah seberang ia berjalan, ada Levin yang tengah berdiri dengan bersandar di kaca pintu mobilnya. Kekasihnya itu terlihat tampan walau hanya diam dengan gaya monoton. Levin memang tak ada duanya.

Khalisa menghampiri Levin yang tengah melepas kacamatanya. Ia tersenyum dengan lebar kala melihat Levin yang merentangkan tangannya tanda sambutan pelukan hangat.

"Sayang, kenapa gak bilang mau ke sini?" tanya Khalisa, yang masih dalam pelukan Levin.

"Kejutan aja. Kamu kemarin janji, katanya mau ajak aku ke kafe adik kamu. Jadi aku ke sini jemput kamu. Kamu juga belum ngisi makanan apa-apa 'kan, sore ini?"

Khalisa melepas pelukannya pada Levin. Ia tersenyum dan menjawil hidung mancung kekasihnya itu.

"Sayang, maaf banget. Aku tadi baru aja abis makan sama Runa, pesen online. Untuk ke kafe adik aku besok aja gimana? Maaf banget, ya, sayang." Khalisa menatap Levin dengan raut yang sedih. Ia tak enak dengan Levin yang sudah menyusulnya ke sini untuk mengajak makan bersama, yang berujung penolakan darinya.

Kesalahan Cinta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang