21. Masih Dengan Perasaan Yang Ragu

38 1 0
                                    

Kini, Khalisa telah kembali ke rumahnya. Agnan mengantarnya tepat pukul sembilan malam. Tidak sampai mampir bahkan berpamitan pada Zaldy dan Wendy, melainkan Agnan dititah pulang olehnya. Karena mereka tidak boleh tahu perihal hubungannya dengan Agnan kembali. Pasalnya, selama ia mengenal Levin, tidak pernah sekali pun Agnan bertemu dengannya bahkan main ke rumah. Kalau mereka sampai tahu bisa habis dirinya di bombardir dengan berbagai macam pertanyaan.

Tangannya meraih ponsel di laci yang sejak kemarin belum ia buka. Sambil menaiki ranjang, layar itu menerang dengan penelusuran ke salah satu aplikasi.

Banyak notifikasi pesan yang mampu membuatnya memejamkan mata sejenak. Ternyata, hanya ditinggal seharian kemarin membuat ponselnya membunyikan suara nyaring yang berulang-ulang.

Matanya menatap lekat pesan yang dikirim dari Levin. Helaan nafas menguar sebelum ia membuka pesan tersebut.

Jari-jemari itu membuka pesan dari Levin dan membacanya dengan perlahan. Ternyata Levin ingin mengajaknya makan malam di luar. Tapi sayangnya ia tak mampu menyanggupi hal itu. Ia ingkar dengan janji dan hatinya, yang lebih memilih menemani Agnan dan bersenang-senang di sana.

Bukan hanya pesan, bahkan ada beberapa panggilan yang membuatnya lagi-lagi menghela nafasnya.

Panggilan segera ia tekan untuk menghubungi Levin. Ia hanya tak ingin membuat Levin semakin khawatir padanya.

"Halo, Kal? Baru sempet hubungi aku? Kemarin kamu ke mana aja? Kenapa gak bales chat dan jawab panggilan dari aku?"

"Maaf sayang. Kemarin aku lagi main di luar sama temen kuliahku dulu. Terus aku lupa bawa HP-ku. Maaf, ya." Khalisa menjawab dengan nada yang terdengar penyesalan. Awal kebohongan dalam hubungan mereka.

"Beneran? Kamu gak bohong, 'kan?"

"Aku beneran Levin sayang."

"Oke, aku percaya. Terus sekarang, kamu ada waktu?"

"Ada, kok. Emang kenapa?"

"Aku mau ajak kamu jalan, biar gak penat. Mau?"

"Iya, mau."

"Kalo gitu, tiga puluh menit siap-siap. Aku on the way ke rumah kamu."

Seusai percakapan selesai, telepon pun terputus. Khalisa terlihat sekali gamang akan perasaannya. Ia bahagia mendengar suara Levin. Tapi ia juga tak bisa menampik, bahwa dirinya begitu memuja Agnan perihal hubungan mereka hingga sejauh ini.

Setelah lama berpikir, akhirnya Khalisa siap-siap untuk bertemu dengan Levin. Ia akan meluangkan waktunya untuk kekasihnya itu.

***

Levin beranjak dari duduknya di atas ranjang. Ia akan menyiapkan sesuatu untuk Khalisa nanti. Ada beberapa barang yang akan ia beri pada Khalisa.

Ia memilih setelan simple dan terkesan maskulin. Yakni celana hitam panjang, dengan kemeja putih berlengan pendek juga terdapat motif naga di samping kiri dadanya.

Tangannya meraih jam tangan berwarna senada dengan celana. Ia memasangnya dan bercermin sebentar. Seusai dengan tampilan rapi, ia memilih menuruni anak tangga dengan beberapa barang di tangan kirinya.

Senyum itu tersungging, kala Levin tepat berada di halaman rumah dengan mobil yang sudah dipanaskan oleh satpam rumahnya, pak Sarto.

"Makasih, Pak."

"Sama-sama, Pak Levin. Mau ke rumah mbak Khalisa?"

"Iya Pak. Kalo gitu, saya langsung berangkat, ya."

Kesalahan Cinta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang