25. Bersama Agnan Kembali

39 2 0
                                    

Kaca yang tertutup gorden, kini terbuka oleh sang empunya pemilik kamar. Ia tersenyum kala cuaca pagi ini begitu cerah. Kaki yang dibalut sandal rumahan berbulu berwarna ungu, ia lepas kala tubuhnya mulai memasuki kamar mandi. Sepertinya berendam adalah pilihan yang tepat.

Sekitar tiga puluh menit di kamar mandi, akhirnya kegiatan itu selesai. Tubuhnya terbalut oleh bathrobe berwarna cokelat. Kakinya berayun menuju lemari dengan pakaian yang tergantung.

"Ini pilihan yang tepat buat gue dan Agnan. Semoga kehidupan gue setelah ini bisa lebih bahagia dengan Agnan di sisi gue. Ya, memang seharusnya, 'kan?" Monolog Khalisa, saat dirinya mematut di kaca besar dengan tubuh yang tengah mengenakan pakaian santainya. Celana pendek hitam dengan atasan kaos crooped berwarna mustard.

Tok tok tok

"Sa, masih tidur? Aku udah siapin sarapan buat kamu."

"Aku baru aja selesai mandi. Wait, Nan." Khalisa menjawab seraya menyimpan bathrobe juga handuk yang di atas kepala, di gantungan dekat pintu kamar mandi. Ia segera membuka knop pintu dengan senyum yang merekah.

Agnan meraih tangan Khalisa saat pintu itu terbuka dengan lebar. Kemudian, mereka berjalan bersama menuju dapur.

"Ini kapan belinya? Kok bisa udah siap semua?" tanya Khalisa, saat dirinya mendaratkan di kursi meja makan.

"Kamu ngeraguin kerja keras aku, Sa?"

Khalisa mengerutkan dahinya. "Maksudnya gimana?"

"Aku buat sendiri, loh."

Mata Khalisa membulat. Ia tak menyangka, bahwa Agnan ternyata pandai memasak. "Serius, Nan? Ini gak bohong, 'kan?"

Agnan terkekeh dan mengacak rambut Khalisa yang setengah basah itu. "Aku serius. Kamu gak sepercaya itu kayanya kalo aku beneran bisa masak." Agnan berujar seraya menuangkan nasi serta lauk-pauk pada wadah.

"Di makan! Biar tau masakan aku itu rasanya kaya apa."

Khalisa mengangguk cepat dan mulai menyantap makanan yang dimasak oleh Agnan. Cita rasa yang ada pada lidahnya begitu menyatu dengan bumbu yang pas.

"Enak banget, Nan." Hanya itu kalimat yang Khalisa lontarkan. Namun, dapat membuat senyum Agnan merekah. Kemudian, Agnan pun melakukan hal yang sama. Dan mereka kini tengah menikmati waktu sarapan bersama dengan hati yang bahagia.

***

Pada pukul 20:00 malam, Khalisa hanya diam di apartemen milik Agnan. Sementara sang empu belum juga memperlihatkan batang hidungnya seusai waktu sarapan tadi.

Padahal biasanya jam pulang kantor itu pukul 16:00 sore. Pesan pun tak ada yang dibalas oleh Agnan. Maka yang ia lakukan sejak tadi hanya menonton televisi saja di ruang tengah, bersama dengan beberapa camilan di atas meja. Beruntungnya lagi ia memiliki dua ponsel. Untuk itu, tak ada yang menerornya dengan segala pertanyaan bahwa ia kabur saat menjelang pernikahan tiba.

Suara pintu terbuka dari luar, di sana terdapat Agnan dengan tampilan kasualnya. Celana pendek hitam dengan atasan kaos biru gelap yang pas di badan.

"Kamu pulang kantor ke rumah?" tanya Khalisa pada Agnan.

"Iya. Maaf ya, gak sempet buka hp tadi. Pasti kamu bosen nungguin aku." Agnan berujar seraya merapatkan tubuhnya pada Khalisa. Dan Khalisa pun memeluk tubuh Agnan dari samping.

"No problem. Yang penting kamu udah di sini, di depan aku." Agnan mengecup kepala Khalisa berulang kali. Wangi rose menguar kala surai itu terhirup oleh hidungnya.

"Wangi banget kamu."

Khalisa melihat wajah Agnan dari samping. Ia tersenyum dan menjawil hidung mancung Agnan dengan gemas. "Aku emang selalu wangi tau. Tapi sekarang, khusus buat kamu."

Agnan membenarkan posisinya menjadi lebih nyaman. Ia semakin merapatkan tubuhnya pada Khalisa, dan wajahnya langsung bersembunyi di ceruk leher milik Khalisa tanpa ada rambut yang menghalangi. Karena Khalisa menggelungnya ke atas.

"I've always loved your scent, Sa." Agnan berujar disela kecupannya di leher jenjang milik Khalisa.

"And I've always loved your touch." Khalisa menjawab dengan nafas yang tersenggal. Ia tak kuat menahan hasrat yang ditimbulkan oleh mulut Agnan.

Agnan menatap Khalisa dengan lekat. Ia mengangkat tubuh Khalisa dan berpindah ke atas pangkuannya. Mereka seakan hanyut dengan segala hasrat masing-masing.

Tanpa bisa dicegah, bibir mereka kini bertemu. Lumatan penuh hasrat itu seakan tak mau terhentikan begitu saja. Bahkan tangan Agnan tak tinggal diam, ia menelusup pada gundukan besar yang menonjol di tubuh seksi Khalisa.

Gerakan tangan Agnan yang menelusup pada gundukan itu, mampu membuat Khalisa tak bisa diam. Ia menggeliat dengan desahan tertahan dari mulutnya. Bahkan pinggulnya tergoyang seperti ingin meminta sesuatu yang lebih.

"Desah aja, Sa. Jangan ditahan!" Agnan menitah Khalisa ketika ciuman itu sudah terlepas. Tak hanya sampai di sana, mulut Agnan langsung beralih pada leher Khalisa dengan hisapan-hisapan yang akan menimbulkan jejak di sana.

"Oh my gosh! I can't stand it." Agnan terkekeh mendengar hal itu. Kemudian ia mulai membawa Khalisa dalam gendongannya menuju kamar. 

Sepertinya malam ini akan menjadi malam yang panjang untuk mereka berdua. Khalisa adalah candunya. Kalau bisa, biar ia saja yang memilikinya, jangan yang lain.

Agnan tersenyum saat melihat tampilan Khalisa yang sudah tak ada balutan apapun di tubuhnya. Dan dirinya, kini tengah memakai benda kontrasepsi agar mereka dapat bermain aman. Padahal tanpa itu pun ia mau bertanggung jawab.

"You want this?" Agnan bertanya, seraya memegang miliknya di bawah sana dengan senyum jenaka.

"Yes, I want it. Hurry up!" Khalisa menjawab dengan menahan segala gairah yang ada.

Seusai itu, mereka mulai melakukan hal yang menjadi rutinitasnya belakangan ini. Sex before marriage dengan main aman, sudah mereka lakukan selama tiga bulan belakangan ini. Dan selama itu pula Khalisa bermain belakang bersama Agnan tanpa diketahui oleh Levin.

Perselingkuhan dengan unsur seks di dalamnya adalah bukan hal yang dibenarkan. Namun, Khalisa merasa nyaman dengan segala perlakuan Agnan padanya. Hasratnya selalu menggebu-gebu ketika hal itu bersama sosok Agnan. Orang yang mencintainya sejak dulu dan orang yang telah memberi banyak warna selain Levin.

Bersama Agnan adalah hal yang paling Khalisa sukai. Ia merasa bebas mengeksplorasi apa yang ada di pikiran serta hasrat dalam hatinya. Karena ketika dengan Levin ia tak mendapatkan itu semua. Sosok Levin itu seperti menjaga layaknya seorang kakak ke adik perempunnya. Hal tersebut mampu membuat hubungannya seakan monoton.

________

Terima kasih ❤

02-10-2023

Kesalahan Cinta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang