17. Meyakinkan

29 2 0
                                    

Khalisa tengah melamun ketika dirinya memberhentikan mobilnya ditepi jalan. Ia ingin hubungannya dengan Levin berjalan mulus. Dengan kata lain, sebuah pernikahan. Pasalnya, Levin belum membahasnya hingga detik ini perihal hubungan mereka ke depannya. Ia jadi was-was kala Levin seolah tak acuh.

Helaan nafas berat menguar begitu saja dari mulutnya. Sepertinya pembahasan ini memang harus dibicarakan dengan yang bersangkutan, yakni Levin sendiri. Karena kalau tidak, ia akan kebingungan sendiri perihal hubungan yang mereka jalani ini arahnya akan ke mana.

Setelah lama melamun, Khalisa mulai menjalankan mobilnya untuk menemui Levin. Katanya juga, Levin saat ini tengah berada di luar rumah, tepatnya di taman kota. Jadi dirinya langsung saja meluncur ke sana setelah diberitahu di mana tempat kekasihnya itu berada.

Setelah kurang lebih dua puluh lima menit perjalanan, akhirnya Khalisa sampai dengan mobil yang kini telah terparkir rapi.

Ketika baru saja menapaki pijakan semen, sudah ada Levin yang menghampirinya dengan setelan kasual. Sepertinya Levin memang habis bersantai ria di taman ini.

"Hai, Kal," sapa Levin pada Khalisa.

"Hai, sayang."

"Kamu mau bahas soal apa, si? Mau bahas di mobil atau kita cari tempat nyaman di area taman?"

"Di taman kayanya gak terlalu buruk."

Levin mengangguk atas ucapan Khalisa. Setelah itu, mereka mulai berjalan beriringan ke dalam area taman mencari tempat nyaman untuk sebuah percakapan. Yang sepertinya akan ada pembahasan penting dari mulut Khalisa. Ia sungguh penasaran dengan kekasihnya itu.

Mereka menikmati semilir angin dan juga pemandangan indah air danau. Terlebih di area yang mereka tempati cukup senggang.

"Jadi, apa yang mau kamu bahas?" tanya Levin pada Khalisa.

Khalisa menatap Levin dengan lekat. Ia membawa tangan kekasihnya itu pada genggamannya.

"Sebenernya, hubungan kita ini serius gak, si?"

Levin mengerutkan dahinya tanda bingung. "Jadi menurut kamu aku main-main?" tanya Levin pada akhirnya.

"Kalo kamu emang gak main-main sama aku, kenapa gak bawa ke jenjang yang lebih serius?"

Levin melepas tangannya dari genggaman Khalisa. Ia mengusap wajah Khalisa dengan lembut. "Emangnya kamu udah siap?"

Khalisa mengangguk mantap. "Aku siap sayang."

Levin membawa Khalisa ke dalam dekapan hangatnya. Mereka menikmati itu dalam beberapa detik tanpa obrolan.

Usapan pada rambut Khalisa masih Levin lakukan dalam pelukan mereka. Sampai akhirnya Levin membuka suara, yang membuat Khalisa tersenyum lebar.

"Aku bakalan omongin ini sama orang tua aku secepatnya. Mungkin dua minggu ke depan atau bisa jadi minggu depan. Aku bawa keluarga aku ke rumah kamu, untuk melamar kamu secara resmi. Gimana?"

Khalisa mengangguk dengan cepat. Ia melepas pelukan Levin dan segera mengecup pipi Levin dengan cepat. Sebahagia itu dirinya ketika Levin mengucapkan kalimat tadi.

Levin tersenyum menatap Khalisa yang bahagia karenanya. Sudah cukup waktu mereka untuk mengenal satu sama lain. Ia juga tak mungkin hanya main-main dan menggantungkan hubungannya dengan Khalisa. Yang pasti, kedua orang tua kekasihnya itu akan marah dan kecewa jika itu sampai terjadi.

***

Malam hari yang indah bagi Khalisa. Sekembalinya dari taman tadi, perasaannya jadi membaik. Apalagi ketika Levin mengatakan ingin melamarnya secara resmi, hal itu mampu membuatnya senang bukan main.

Beruntung kekasihnya itu tidak susah untuk diajak bicara perihal hubungan mereka. Jadi ia aman saat membahas hal tersebut.

Khalisa memakai piyama satin berwarna biru langit tanpa lengan. Hanya seutas tali yang menghubungkan pada piyamanya. Piyama yang dipakainya pun hanya sebatas lutut. Sudah pasti ia terlihat menawan dan juga seksi di malam seperti ini.

Dering ponsel terdengar ke telinga sang empu, yang saat ini tengah duduk di kursi balkon kamarnya. Lantas, ponsel yang berada di atas ranjang segera ia raih dan mengangkat panggilan tersebut.

"Kak, lagi di rumah?"

"Iya, kenapa?"

"Boleh minta tolong? Fotoin notes yang ada di dapur, tepatnya di kulkas 1. Tolong banget, ya!"

"Iya. Nanti gue kirim."

"Oke, thanks. Gue tutup."

Khalisa segera menuruni anak tangga. Ia menuruti perintah Athaya yang memintanya untuk mengambil gambar sebuah notes yang berada di kulkas dapur alias kulkas 1, yang berisi sayuran, buah-buahan, serta bahan-bahan masakan lain. Kulkas 2 berada di dapur juga, hanya saja berisi makanan siap saji dan juga minuman. Kalau kulkas 3, tepatnya berada di ruang keluarga.

Sehabis mengambil gambar, Khalisa segera mengirimnya ke Athaya. Setelah itu, ia pergi kembali ke kamarnya. Karena ia juga tak melihat kedua orang tuanya di sekitaran ruang tamu maupun ruang keluarga. Sepertinya mereka sudah berisitirahat di kamar. Karena memang waktu sudah menunjukkan pukul 23:00. Sudah cukup malam bagi mereka jika masih berada di luar area kamar.

***

Seperti biasa, kegiatan Khalisa di kantor begitu sibuk. Banyak berkas dan juga kiriman e-mail yang harus ia salin maupun revisi. Belum lagi ada dua pertemuan dengan klien penting membahas soal bisnis kerja sama. Sontak saja membuatnya menjadi begitu fokus akan pekerjaannya. Bahkan saat jam makan siang pun tak ada waktu untuk keluar dari ruangannya. Ia memesan makanan dari kantin melalui cleaning service.

Karena pertemuan kedua ada di jam dua siang, ia harus siap-siap terlebih dahulu dan menyiapkan dokumen yang akan mereka bahas nanti. Tak lupa juga memberitahukan pada Aruna jika mereka akan berangkat jam setengah dua. Karena klien mereka meminta bertemu di luar kantor.

Khalisa dan Aruna saat ini sedang di perjalanan. Mereka menuju restoran tempat bertemunya dengan klien. Kali ini Aruna yang menyetir, lantaran Khalisa ingin rehat sebentar sebelum mereka akan dihadapi dengan pembahasan kerja sama. Beruntung klien pertamanya tadi bertemu langsung di kantor, tepat jam sepuluh. Jadi tak susah harus bolak-balik keluar kantor.

Ketika mereka sudah sampai, mereka langsung menuju privat room. Tempat itu sudah Khalisa booking sebelum mereka memutuskan untuk ke sini.

Selama menunggu, Khalisa dan Aruna menikmati minuman segar dengan beberapa makanan ringan yang memanjakan lidah. Lagi pula, masih ada waktu tiga puluh menit seraya menunggu klien tersebut datang.

Khalisa dan Aruna saling tatap setelah beberapa jam yang lalu membahas kerja sama mereka dengan klien. Setelah banyak uraian yang disampaikan, akhirnya mereka deal dan ada keuntungan sekitar 35% untuk awal pencapaian berhasil. Keuntungan bisa naik lagi menjadi 50%, jika memang lebih dari target pemasaran.

"Akhirnya, Run, lega banget."

"Iya, Bu. Akhirnya kerja sama kali ini berhasil dan berjalan baik. Dua klien dengan keuntungan yang bagus. Belum lagi, mereka dari perusahaan yang bonafid."

"Thanks, ya, Run, untuk hari ini."

"Sama-sama, Bu."

Seusai percakapan itu, mereka memilih untuk kembali ke kantor. Karena ada barang yang masih tertinggal di sana dan harus dibawa pulang untuk dikerjakan. Terlebih mobil Aruna juga masih berada di sana.

Dan kali ini Khalisa yang menyetir. Karena Aruna tengah sibuk mempromosikan penjualan milik temannya melalui instastory. Khalisa tidak melarang Aruna melakukan hal itu. Lantaran mereka sudah berada di luar dari pekerjaan kantor.

________

Terima kasih ❤

07-09-2023

Kesalahan Cinta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang