Waktu berlalu begitu cepat. Tanpa sadar, kedekatan antara Khalisa dan Levin sudah beranjak tiga bulan. Bahkan Khalisa telah menjatuhkan hatinya pada Levin.
Saat ini Khalisa tengah berada di mall dengan Levin yang menemaninya. Kebetulan ini hari sabtu, jadi mereka banyak waktu senggang berdua.
"Vin, aku mau beli daleman, kamu mau ikut?" tanya Khalisa pelan yang lebih terdengar berbisik.
Levin tersenyum dan mengangguk atas jawaban dari pertanyaan Khalisa. Lalu, mereka pun berjalan ke arah toko berbagai macam dalaman.
Khalisa sebenarnya sedikit gugup. Lantaran Levin ikut dengannya untuk membeli sebuah pakaian dalam. Bahkan Levin sejak tadi mengikuti langkahnya ke mana ia pergi dan mencari. Tak ada rasa gugup dan jengah dalam diri Levin. Justru dia biasa saja. Seperti sedang menemani adiknya sendiri yang tengah membeli suatu barang.
Khalisa sempat melirik sebentar pada Levin. Ia tak menyangka, bahwa Levin hanya diam dengan raut datarnya. Seperti sudah terbiasa dengan hal ini.
"Mau beli apa lagi?" tanya Levin, saat mereka sudah keluar dari toko berbagai macam dalaman.
"Em, mau beli baju. Ada baju incaran aku, dan aku udah bilang ke pegawainya langsung biar dipisah. Kamu gak apa-apa nemenin aku ambil baju itu dulu?"
"Iya, gak masalah, kok. Tapi setelah beli baju, kita makan."
Khalisa tersenyum, seraya menggenggam tangan Levin. "Oke."
Setelah itu, mereka pun berjalan kembali menuju tempat yang dituju, yaitu toko pakaian yang sudah Khalisa incar.
***
"Gimana keadaan mama, papa kamu? Aku udah lama gak ke rumah."
"Mereka baik-baik aja. Kal, kalo ada apa-apa jangan sungkan buat cerita sama aku. Kemarin aku khawatir, loh, kamu tiba-tiba ngilang bahkan aku cari ke rumah pun gak ada."
Khalisa tertegun atas ucapan Levin. Memang, kemarin ia sempat bertemu dengan Agnan, bahkan ia ditahan olehnya dalam beberapa jam. Ia sempat berdebat dengan Agnan, perihal hubungannya dengan Levin.
Pasalnya, Agnan merasa kecewa saat dirinya memutuskan untuk dekat dengan Levin dan menjatuhkan hatinya begitu saja. Yang di mana, seorang Agnan sendiri tak bisa mendapatkan hati Khalisa seutuhnya.
"Iya, aku janji, kalo ada apa-apa aku bilang ke kamu. Maaf udah buat kamu khawatir." Khalisa menggenggam tangan Levin, ia tak mau jika Levin pergi dari jangkauannya begitu saja. Ia sungguh mencintai Levin.
"Ya udah, lanjutin lagi makannya!" titah Levin pada Khalisa.
Setelah makan, Khalisa dan Levin memutuskan untuk pulang. Karena mereka sudah lama berada di luar. Dari yang berbelanja hingga berakhir mengisi asupan perut.
Selama di perjalanan, Levin hanya diam fokus menyetir. Sementara Khalisa, entah sudah berapa banyak ucapan yang ia lontarkan. Ia bercerita apa saja, dari soal kerjaan, pertemanan, bahkan tentang adiknya yang suka menyebalkan.
"Memang adik kamu kerja di mana?"
"Di kafe. Dia punya kafe, namanya Athaya's Cafè. Kapan-kapan aku bawa kamu ke sana, deh. Makanannya enak-enak. Suasananya pun bagus. Worth it banget, si."
"Oke, kapan-kapan kita ke sana."
***
Setelah menghabiskan waktu dengan Levin, Khalisa segera memasuki rumah dan menaiki tangga menuju kamarnya. Lelah juga seharian ini. Namun, hal itu dapat membuatnya senang bukan main. Karena bersama Levin lah ia merasakan nyaman dan bahagia yang nyata.
Khalisa tengah memakai pakaian santainya, setelah beberapa menit tadi membersihkan seluruh tubuhnya. Tak lupa juga dengan serangkaian skincare yang akan membuat kulitnya tampak sehat dan segar.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu terdengar ke telinganya. Ia pun segera beranjak dari duduknya menuju daun pintu yang terkunci.
"Athaya? Kenapa, tumben?"
Athaya menghela nafasnya melihat kakaknya itu sudah tampak lebih segar. "Makan malem. Mau ke bawah atau enggak?" tanyanya seraya bersandar ke dinding dengan menyamping.
"Gue masih kenyang, tadi abis makan di luar. Tolong bilangin mama, papa, ya. Kali ini gue gak ikut makan malem."
Athaya pun mengangguk atas ucapan Khalisa. Setelah itu, dirinya melenggang pergi meninggalkan Khalisa yang menatapnya hingga hilang dibalik anak tangga.
Khalisa masuk ke dalam kamar kembali, ia ingin menghubungi Levin meski terdengar basa-basi. Ia hanya ingin bisa banyak berkomunikasi dengan Levin. Pasalnya, Levin jarang sekali memberi pesan padanya apalagi dengan serentetan kalimat yang banyak, itu bukan Levin sekali. Jadi, memang harus dirinya lah yang lebih aktif dibandingkan dengan Levin.
Belum sempat ia mengirim pesan, sudah ada yang mengetuk pintu kamarnya kembali. Mulutnya berdecak seraya bangkit dan membuka pintunya.
"Apa lagi? Lo baru aja nyuruh gue makan dan gue tolak tadi."
"Ada tamu di bawah."
"Siapa? Cowok atau cewek?"
"Cowok, namanya Agnan." Setelah mengucapkan hal itu, Athaya pergi meninggalkan Khalisa dengan kening yang berkerut. Ada apa Agnan datang ke sini lagi? Tidak cukup 'kah, kemarin dia menahannya mengobrol dengan waktu yang lama? Lalu sekarang?
Setelah berdebat dengan pikirannya, Khalisa menuruni tangga dengan cepat untuk menemui Agnan.
Netranya langsung menatap Agnan dengan lekat. Bokongnya mendarat di samping Agnan dengan berbagai macam pertanyaan di otaknya.
"Ada apa?"
Agnan diam dengan menatap Khalisa cukup lama. Ia tak bisa menampik, bahwa dirinya tak bisa merelakan Khalisa begitu saja pada pria asing yang bernama Levin. Ia yang dekat dengan Khalisa duluan, bahkan sudah bertahun-tahun sejak zaman kuliah hingga sekarang. Namun, yang ia dapat justru kekecewaan. Dengan Khalisa yang tak bisa menerima cintanya.
"Gue kangen sama lo. Kan, gak akan ada lo lagi di sisi gue. Makanya gue nekat ke rumah lo sekarang."
Khalisa menelan salivanya sedikit susah. Mengapa Agnan masih saja kekeuh pada pendirian dan perasaannya? Agnan tak pernah mau beralih pada orang lain selain dirinya. Apa yang Agnan incar darinya? Ia lebih banyak memberi kekecewaan dibandingkan sebuah kebahagiaan.
"Nan, jangan kaya gini lagi! Gue udah sama orang lain. Kita udah omongin ini kemarin, jadi gak ada yang perlu dibahas perihal hubungan kita."
Agnan terkekeh akan ucapan Khalisa. Bodoh memang jika masih mengharapkan cinta dari Khalisa. Seperti hal yang mustahil.
"Iya, Kal, gue tau. Gue sangat sadar akan hal itu. Gak tau kenapa, gue gak bisa berhenti buat sayang dan cinta sama lo. Gue gak rela lo sama orang lain, atau pun pria asing yang saat ini sama lo. Makasih buat waktunya, Kal. I love you." Setelah mengucapkan hal itu, Agnan pergi tanpa menoleh kembali pada Khalisa. Ia keluar rumah sendiri tanpa Khalisa yang mengikutinya. Lantaran, Khalisa masih terdiam di tempat duduknya dengan pikiran yang berkecamuk memikirkan ucapan Agnan. Ia merasa tak enak, tapi juga tak bisa memaksakan soal perasaannya sendiri. Karena dirinya telah jatuh cinta dengan seorang Levin.
________
Terima kasih ❤
19-08-2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesalahan Cinta (End)
RandomSpin Off Kebenaran Cinta Hidup yang Khalisa jalani, selama ini aman-aman saja. Ia begitu terpaku dengan Agnan yang mampu memberikan segala hasrat terpendamnya, yang tak pernah ia dapatkan dari sang kekasih. ••• Khalisa Meyriana Bahman. Memiliki oran...