Sesuai janji Levin saat itu. Setelah dua minggu kemudian, Levin benar-benar ingin melamar Khalisa secara resmi dengan mempertemukan dua keluarga.
Levin sudah membicarakan pada Khalisa seminggu sebelum acara dimulai. Jadi, mereka juga bisa mempersiapkan dengan matang untuk acara lamaran secara resmi.
Dari soal pakaian hingga makanan yang akan disajikan. Semua itu sudah dibahas oleh mereka berdua. Jadi para orang tua hanya mempersiapkan untuk penyambutan saja.
Namun, berbeda dengan Wendy. Ia justru terlihat sibuk. Pasalnya, ia akan memasak sendiri di kediaman Manda, yakni adik dari suaminya Zaldy. Dari yang belanja hingga memasak, Wendy dan Manda yang mengatur semuanya.
Wendy sengaja mengerjakan di rumah Manda, karena Athaya akan memakai dapur ditemani dengan bi Darsih asisten di rumahnya untuk orderan yang cukup banyak. Ia lebih baik ke rumah Manda untuk mengerjakan semua itu, supaya tidak repot jika harus membagi area dapur bersama Athaya.
Khalisa saat ini tengah menemani Zaldy membeli camilan untuk acara nanti malam. Karena memang hanya mereka berdua saja yang tidak ada kerjaan. Beruntung saat ini ialah hari sabtu. Jadi Khalisa tidak di kejar waktu oleh kerjaan kantor.
Troli yang Zaldy dorong sudah cukup penuh. Khalisa nampak masih menimang, minuman apa yang akan ia isi di dalam kulkasnya.
"Kamu mau beli minuman buat stock kulkas?"
"Iya, Pa. Di kulkas dua kayanya udah sepi, deh, minuman. Kalo untuk nanti, kayanya kita buat es jeruk sama lemon tea aja. Nanti kita minta bantuan juga sama bi Darsih, gimana? Oh iya, habis ini sekalian beli es batu kristal dilangganannya Athaya, Pa."
"Ide bagus, Lis. Ya udah, ini kita selesaikan dulu. Baru habis itu ke tempat jual es batu langganan Yaya."
***
Hari sudah semakin sore, bahkan langit sudah mulai memunculkan rona gelapnya. Tepat pukul 17:45 sore, Athaya menjemput Wendy yang masih berada di rumah Manda untuk mengangkut beberapa masakan yang sudah siap.
Wendy yang menunggu sejak tadi meneror putrinya untuk segera menjemputnya. Karena Manda tidak bisa mengantar, suaminya baru pulang pada jam enam, kebetulan mobil pun dipakai oleh suaminya juga. Sementara makanan harus sudah sampai di rumah sekarang, sebelum diadakannya acara nanti, tepatnya di jam delapan malam.
Kurang lebih dua puluh lima menit Athaya sampai ke rumah Manda. Belum sempat mobilnya masuk, sudah dihadang untuk tetap di luar. Karena makanannya sudah terkemas dengan rapi dan langsung dimasukkan ke dalam bagasi mobil.
"Sejak kapan nyelesaiinnya?" tanya Athaya, seraya membantu memasukkan box-box berisi makanan ke dalam bagasi. Beruntung bagasinya kosong saat ini.
"Dari tadi, kok, Ta. Cuma ya nunggu dingin masakan, makanya baru dikemas. Kamu ini makin hari makin turun aja berat badan, pucetan lagi. Jangan terlalu diforsir, Ta. Kamu tuh masih muda, loh, masih bisa seneng-seneng. Usaha juga dibarengi sama healing. Jadi otak juga fresh, Ta."
"Iya, Tanteku yang bawel. Aku kaya gini juga biar bisa gaji karyawan-karyawanku, Tan. Kalo akunya juga malesan, ya usaha aku jalannya gitu-gitu aja. Aku cuma lagi berusaha biar semakin maju gitu, loh. Kafe yang ku bangun juga gak mudah awalnya. Itung-itung aku lagi mengemban ide gitu, Tan." Manda tersenyum mendengar ucapan Athaya. Ia juga menyempatkan mengusap surai Athaya dengan lembut.
Manda merasa kasihan pada keponakannya itu, dia terlalu memforsir tubuhnya untuk mengemban usahanya agar lebih maju lagi. Like father, like daughter memang, sih. Sudah tak heran lagi, keturunan Bahman itu sangat-sangat berjiwa ambis ketika mencapai sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesalahan Cinta (End)
RandomSpin Off Kebenaran Cinta Hidup yang Khalisa jalani, selama ini aman-aman saja. Ia begitu terpaku dengan Agnan yang mampu memberikan segala hasrat terpendamnya, yang tak pernah ia dapatkan dari sang kekasih. ••• Khalisa Meyriana Bahman. Memiliki oran...