3

41.7K 3.1K 137
                                    

Triple up, but besok ga ada up.

Vote sama komennya jan lupa loh

Seminggu berlalu setelah Anka kabur dari ruangan pengap itu, perlahan dia mulai terbiasa dengan kehidupan rakyat jalanan. Seperti hari ini, dia mengamen di lampu merah dengan pakaian lusuh dan penutup mata yang menutupi mata kirinya yang berwarna merah delima.

Anka banyak mendapatkan uang berkat tingkah lucu dan suaranya yang nyaris sempurna, mungkin jika dia mengikuti audisi nyanyi dia bisa saja meraih juara pertama.

Hari sudah mulai sore, Anka duduk seorang diri di taman kota sambil memakan nasi bungkus yang dia beli dari hasil mengamen. Pipinya tak henti bersemu merah saat lidahnya merasakan rasa nikmat yang tak pernah dia rasakan. Walaupun lauknya hanya goreng tempe dan semur jengkol tapi itu lebih enak daripada bubur hambar.

"Enak, haha Ian, Anka akhirnya bisa makan enak. Maaf ya Ian, Anka ninggalin Ian sama yang lain. Gimanapun keadaan kalian, Anka harap kalian tidak terlalu terpuruk haha. Anka bahagia kok di sini" batinnya.

Anka kembali menikmati makanan itu sambil melihat ke sekeliling. Tatapannya terhenti saat melihat seorang wanita paruh baya yang tengah dicegat dua orang preman. Tanpa pikir panjang Anka langsung saja menghampiri ketiganya, berbekal tekad dan pengalamannya melihat bodyguard keluarganya berlatih.

Anka berdiri tepat di antara wanita dan preman itu sembari merentangkan tangannya. Jelas saja aksinya membuat mereka terkejut.

"Heh bocah ingusan! Minggir lo! Mau jadi pahlawan kesorean? "

"Bukan begitu! Kembalikan tas tante itu! Kata Ian gak boleh mengambil barang milik orang lain, apalagi sampai menyakiti wanita! "

Dua preman itu bukannya mendengarkan ucapan Anka, malah menertawakan sikap Anka yang mirip anak dibawah sepuluh tahun. Tanpa berkata apa apa salah seorang dari mereka melayangkan tinju pada Anka, namun dengan gesit nya Anka menghindar dan mendaratkan pukulannya pada leher preman hingga preman itu tumbang.

Lagi, pipi Anka bersemu merah, pembelajaran yang Ian berikan padanya benar benar berguna. Padahal dia hanya mengerahkan sedikit tenaga, namun karena di menyerang titik saraf terlemah dirinya berhasil menumbangkan salah satunya.

Dia lalu memandang berbinar preman satunya. Dengan percaya diri Anka menendang selangkangan preman itu hingga kedua bibinya retak. Preman itu terkapar di jalanan sambil memegang masa depannya yang mendadak bengkok.

Anka tanpa rasa bersalah mengambil tas milik wanita itu lalu menyerahkannya kembali.

"Tante, lain kali hati hati, kalau bisa jangan pergi ke tempat ramai preman seperti ini seorang diri. Tante gapapa kan? "

"Terima kasih dek, tante ga papa kok"

"Kalo gitu Anka pamit. Dadah tante"

Wanita itu terdiam menatap Anka yang mulai menjauh, ada rasa rindu yang entah kenapa muncul kalau melihat wajah polos Anka. Dia terlalu fokus memperhatikan Anka sampai sebuah tepukan mengejutkannya.

Puk..

"ASTAGA, ZODYK! Hobi sekali kau mengagetkan bunda mu? Sifatmu itu menurun dari siapa sih? Perasaan ayah maupun opa dan oma mu tak ada yang hobi mengagetkan orang"

Remaja bernama Zodyk Noir Vincenzo hanya menanggapi ucapan spontan Vanesa Berlin Vincenzo dengan mengangkat bahunya acuh. Berlin tak mengindahkan tanggapan Zodyk, dia kembali melibatkan pandangannya ke sekitar kemudian berdecak kesal saat tak menemukan keberadaan Anka di sana.

Karena kesal dia menjewer telinga putra sulungnya yang berwajah datar itu hingga Zodyk meringis.

"Aw bunda sakit... "

Ankara Si Antagonis Polos [ END √ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang