18

15.6K 1.3K 66
                                    

🔞WARNING!⚠️
TERDAPAT ADEGAN YANG TIDAK COCOK UNTUK ANAK DIBAWAH UMUR  HARAP BIJAK

Thanks






Sinar matahari memaksa masuk lewat celah gorden membuat Anka menggeliat tak nyaman. Matanya perlahan terbuka, pandangannya menelisik seisi kamar yang cukup asing baginya.

"Anka udah bangun? "

Anka menengok pada Jean yang juga baru terbangun. Mungkin karena terusik olehnya.

"Jean, kamar mandi mana? "

"Hm? Itu di pintu kiri, sini Jean antar"

Dengan langkah gontai Jean menuntun Anka menuju kamar mandi, sekalian dia juga harus segera mandi bukan? Yah meski ini hari sabtu dan tidak ada kegiatan lain.

Selang beberapa menit keduanya turun dan disambut hangat oleh yang lainnya.

"Putra bunda udah pada ganteng. Sini kalian sarapan dulu. Jean sama Anka mau makan apa? Biar bunda ambilkan"

"Jean nasi goreng aja bund"

"Anka mau ikan, tapi ga boleh ya? "

"Anka kan alergi ikan. Yang lain aja ya?"

"Um, terserah bunda aja"

Acara sarapan berlangsung dengan tenang. Selesai dengan sarapan mereka pergi dengan urusan masing masing begitu juga dengan Anka yang beranjak menuju dapur, meracik air garam.

.
.
.

Anka menatap datar ruangan pengap yang penuh dengan darah yang sudah mengering. Alat yang kemarin dia gunakan juga masih tersimpan apik di pojok ruangan sementara Sherly tertidur di lantai dengan keadaan kaki yang di rantai. Anka mendekat sambil membawa segelas air garam.

Ditatapnya kamar wajah Sherly yang nampak pucat dan lelah namun Anka tak peduli. Dia menyiram air garam tepat pada luka Sherly yang membuat gadis itu langsung terbangun.

"ARKHHH PERIH"

"Yo Sherly. Tadinya Anka mau nunda mainnya, tapi kata papa kamu akan mati besok. Jadi kita mainnya sekarang ya. "

Anka menyalakan lagi perapian yang semalam dimatikan. Lalu dia kembali menyiapkan mainan yang akan dia gunakan.

Asik menyiapkan, Anka malah dikagetkan dengan kedatangan Jean kedalam ruang bermainnya.

"Anka, Jean juga mau main laa"

"Jean? Nooo! Jangan! Sherly jatah Anka, bukan jatah Jean! "

"Eehh pelit! Jean bosen, Jean juga mau main. Anka tahu? Jean punya teknik seru loh. Jean jamin Anka suka".

"Teknik baru? "

Jean mengangguk semangat, apalagi melihat wajah Anka yang terlihat berbinar. Dia mendekat pada Sherly yang sudah tak berdaya. Bukannya iba Jean malah tersenyum psikopat. Dia senang karena Anka sama brutalnya seperti dirinya, mungkin lebih brutal? Entahlah. Dia saja lebih memilih cepat mengakhiri nyawa lawannya tapi Anka musti lebih suka menyiksanya terlebih dulu.

Jean berjongkok tepat di hadapan Sherly, mencengkram dagunya hingga terlihat membiru.

"Anka, Jean minta pisau yang udah dibakar nya dong"

Anka tak tahu apa yang direncanakan Jean namun dia menurut saja, mengambilkan pisau yang sudah dia panaskan dan menyerahkannya pada Jean.

Jean menekan rahang Sherly, memaksa gadis itu membuka mulutnya. Jean dengan santainya menempelkan pisau panas pada lidah Sherly, membuat gadis itu menjerit kesakitan.

Ankara Si Antagonis Polos [ END √ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang