23

15.2K 1K 36
                                    

"AYAH BUKA! JEAN MOHON AYAH HIKS PAPA BUKA PINTUNYA HIKS JEAN INGIN ANKA PAPA HIKS... JEAN MOHON HIKS Abang buka pintunya hiks ARGHH"

Brak
Prang

Jean menggedor pintu kamarnya berharap doa bisa keluar dari sini namun sebanyak apapun mencoba Jean sama sekali tak bisa membukanya. Kemarin malam dia pingsan saat tahu Anka meninggal dan dia sudah terjebak di sini tanpa bisa keluar bahkan balkon kamarnya dikunci dan karena kaca balkon terbuat dari kaca anti peluru dia tak bisa memecahkannya bahkan meski dia pukul menggunakan kursi. Keluarganya hanya akan datang membawakannya makanan sambil berusaha menenangkan meski hasilnya Jean sama sekali tak mendengarkan.

Sementara itu di ruang tengah, Berlin tak juga berhenti menangis. Ini sudah dua hari sejak Anka dimakamkan namun dia masih tak menerima.

"Bunda sudah, pelakunya sudah di tangkap. Maafin Zodyk sama rahel mah. Kalau saat itu kami lebih hati hati pasti kejadian seperti ini ga akan terjadi"

"Kenapa kalian meninggalkan keduanya? "

"Pa, Zodyk saat itu merasa ada yang salah dengan para penjaga yang papa kirim jadi kita berdua pergi mengecek dan papa tau kan Zodyk liat mereka udah mati karena racun. Pas Zodyk sadar dan balik, Anka malah sudah-

Fernan menghela nafasnya. Dia tahu ini juga kesalahannya karena tidak memperketat keamanan di sekitar dan dia tidak terlalu mencurigai selingkuhan dari Damian.

"Maaf kami salah"

Rahel beranjak dari sana menuju ruang bawah tanah. Dia masuk ke salah satu ruang yang pernah digunakan Anka untuk menyiksa Sherly, bahkan potongan tubuh yang mulai membusuk itu masih tersimpan apik di sana. Ada juga seorang wanita yang telanjang bulat dengan tubuh yang lengket karena sp*rma.

"Bajingan! Ah siksaan apa yang cocok untukmu? Alric, kau punya saran? "

"Tentu ada, gue pengen melakukannya sendiri"

Kembali ke tempat Jean. Dia duduk diam menghadap cermin yang sudah tak berbentuk. Tatapannya kosong serta kantung matanya mulai menghitam. Gumaman kata maaf terus keluar dari bibirnya, dia terus menyalahkan dirinya sendiri yang tidak becus menjaga Anka.

Pintu terbuka dari luar menampilkan Sho yang datang sambil membawa makan siang.

"Jean"

Jean berbalik menatap Sho, pelupuk matanya sudah sangat panas ingin menumpahkan airnya dan benar saja Jean kembali menangis. Sho mendekat lalu memeluk tubuh ringkih itu sambil menggumamkan kata penenang.

"Bang Sho hiks maaf hiks Jean salah Jean hiks Jean harusnya jaga Anka hiks "

"Shut up baby, Jean ga salah, ini semua takdir jadi jangan menyalahkan diri sendiri"

"Tapi bang hiks Anka hiks kalo aja Jean menyadari nya lebih cepat hiks Anka ga akan ninggalin kita hiks harusnya Jean yang-

"Hust, Jean jangan seperti ini, Jean yang abang kenal itu selalu ceria. Anka pasti juga sedih liat Jean sedih. Sekarang Jean makan ya"

Jean sendiri tidak nafsu makan namun karena paksaan dia memakan beberapa suap. Setelahnya dia meminum susu yang dibawakan untuknya.

"Sudah? Baiklah sekarang Jean istirahat. Ingat jangan menyalahkan diri sendiri lagi"

Sho menidurkan Jean, menyelimuti nya sebatas dada lalu mengelus surai Jean pelan sampai anak itu tertidur. Sho memandang wajah Jean yang damai, kantung mata itu membengkak karena terus menangis serta hidungnya memerah.

Dia mengecup pelan kening Jean lalu beranjak dari sana. Tak lupa dia mengunci kembali pintu kamar Jean.

Jean sebenarnya tidak benar benar tidur, buktinya matanya kembali terbuka begitu pintu dikunci. Kakinya melangkah menuju kamar mandi, dia mengisi bathtub hingga penuh lalu merendam tubuhnya tanpa melepas pakaiannya terlebih dahulu.

Ankara Si Antagonis Polos [ END √ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang