part 31 s2

3.3K 381 9
                                    

"Apa daddy sudah di depan? Yohan? "

"Benar tuan muda. Keluarga tuan muda sudah berada di depan dan sekarang tengah melakukan perlawanan. "

"Apa kau yang melaporkan nya? "

"Bukan saya tuan muda, tapi Isabel yang sudah menghubungi mereka. "

Kara diam sesaat. Dia cukup geram karena Isabel sama sekali tidak mengindahkan ucapannya hari itu.

"Gadis itu... Sepertinya aku harus berterimakasih nanti. Yohan, katakan pada Rain untuk memastikan keselamatannya, anggap saja ini caraku berterimakasih."

Yohan diam mendengarnya dan keterdiaman yohan disadari oleh Kara yang langsung melontarkan pertanyaan. "Kenapa? "

"Tidak tuan muda, saya hanya terkejut karena setahu saya tuan muda sangat membencinya. "

"Ya, aku memang benci. Aku benci dia, karena setiap kali melihatnya, aku sekolah melihat diriku yang dulu. Aku yang lemah dan hanya bisa mengandalkan keluargaku. Meskipun begitu, aku masih tahu untuk berterimakasih kepada seseorang yang sudah menolongku. Apa aku salah? "

"Tidak tuan muda. Saya mengerti. Kalau begitu kita keluar dari sini tuan muda. "

"Tidak, kau bawa sana Kana keluar. Dua menit lagi mereka mendatangi tempat ini. Jadi sebaiknya kau cepat, "

"Tapi tuan muda-

" aku akan baik baik saja, jadi cepatlah. Ah satu lagi, katakan maafku pada Kana. "

Yohan sempat ragu mendengar perkataan Kara, apalagi keadaan Kara yang bisa dibilang jauh dari kata baik. Pergelangan tangan yang biasanya mulus tanpa cacat, kini lecet bahkan sampai berdarah. Tatapan yang biasanya tenang dan menenangkan, berubah menjadi tatapan kelam dan gelap. Bahkan netranya yang merah rubby terlihat semakin gelap. Ditambah posisinya seolah pasrah dengan apa yang terjadi beberapa saat lagi.

"Cepatlah, satu menit lagi. "

Holan langsung pergi dari ruangan itu, dan benar saja, satu menit setelahnya, Hillary, Arland, dan beberapa bawahan datang ke ruangannya.

"Kalian datang? Sudah siap mengeksekusi ku? Kalau iya, cepat lakukan. Itu lebih baik daripada menyaksikan adikku kesakitan. "

Bukannya mengabulkan perkataan Kara, Hillary justru mendekat, menjambak rambut Kara cukup tinggi, berharap akan ada teriakan kesakitan yang dia dengar. Namun keinginannya kandas karena Kara sama sekali tidak berteriak, Kara hanya menangis tanpa suara dan memandang Hillary dengan tatapan sayu.

"Terlalu cepat untuk kau mati, Kara! Kau sudah menghancurkan keluargaku, jadi nikmati hukumanmu. "

Bruk..

Hillary membenturkan tubuh Kara ke tempat di belakang sampai Kara merasakan ada cairan hangat yang merembes di belakang kepalanya.

"Begitu ya, kalau begitu, kau yang mati duluan bagaimana? "

Crack...

Hillary mengangkat sebelah alisnya saat dua orang dari sepuluh bawahannya menodongkan pistol pada dia dan Arland.

"Jangan bunuh dulu mereka, hanya perlu lumpuhkan, dan sisakan setidaknya lima dari mereka. Aku ingin sedikit bermain, kalian mengerti? Ian, Zero? "

"Dimengerti, tuan muda. "

Kara diam memperhatikan aksi tembak tembakan yang terjadi di hadapannya. Sekitar beberapa menit berlalu, perkelahian itu terhenti setelah Adrian dan Zero berhasil menumbangkan mereka.

Kara mengkode Zero untuk melepaskan lima orang tadi, sementara Adrian melepaskan borgol di tangan Kara. Kara mengusap pergelangan tangannya setelah borgol itu terlepas lalu menjilat darahnya yang terasa manis. Setelahnya sebuah seringaian tercetak jelas di wajahnya yang terkesan manis.

Ankara Si Antagonis Polos [ END √ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang