"KARA"
Teriakan itu menggema di lorong kelas 11 MIPA 1. Kara yang tengah mengerjakan tugas mendongak menatap teman adiknya yang datang dengan tergesa padahal jam pelajaran belum usai.
"Kara! Adek lo berantem sama si Rafli"
Brak
Kara langsung keluar kelas begitu tahu apa yang membuat Bastian terburu buru. Sementara itu guru dan teman sekelasnya hanya bisa maklum. Toh siapa sih yang bisa ngatur si jenius Kara, apalagi dia anak dari donatur utama sekolah.
Kara berlari menuju lapangan tengah dimana para guru terlihat kesulitan memisahkan Rafli dan Kana.
"KANA! "
Pertengkaran terhenti tepat saat Kara berteriak. Dia mendekati kerumunan, menatap datar kedua musuh bebuyutan itu.
"Sekarang apa lagi? "
"Kara, dia menghinamu! Kalau dia tidak membicarakanmu aku pasti akan diam"
"Memangnya apa yang dia katakan sampai kau marah? "
"Dia bilang kau ceroboh, penakut, bahkan tidak bisa berjalan dengan benar"
"Lalu? "
Kana menatap ke arah Kara yang nampak tak emosi sama sekali. Kadang dia juga merasa heran dengan reaksi Kara yang terlampau tenang.
"Lalu apa dia salah? Dengar kana, "
Kara mendekap tubuh kana yang lebih tinggi lima centi darinya, mengusap punggung kelar itu lembut berharap emosi Kana sedikit mereda.
"Yang dia katakan itu fakta. Aku memang tidak bisa berjalan dengan benar, aku juga ceroboh, mungkin memang ada salah kalau dia bilang aku penakut, tapi alasan itu tidak dibenarkan jika kamu sampai bertengkar. Selama lawanmu tidak bermain fisik maka jangan di ladeni paham? "
Kana mengangguk samar. Dia tidak mau mengakui itu tapi ucapan Kara ada benarnya. Inilah kenapa dia sangat menjaga perasaan Kara meski Kara sendiri tidak terlalu mempedulikan ucapan orang lain.
"Baiklah, sekarang semuanya bubar, Rafli dan Kana, kalian berdua ikut dengan guru bk. Aku akan menjemput mu kalau sudah pulang"
Kara kembali ke kelasnya ditemani Bastian, takutnya dia malah tersandung atau terjatuh saat berada di lorong kelas.
"Kara, bukannya lo terlalu baik? Gue kalo jadi Kana juga pasti emosi apalagi si Rafli itu mengolok olok kekurangan lo"
"Gue? Ah menurut lo gue terlalu lama mendiamkannya ya? Tapi menurut gue dia terlalu lemah kalo gue turun tangan. Gue juga masih punya sisi manusia btw"
Bastian tanpa sadar menelan ludahnya sendiri. Dia tahu apa yang dimaksud oleh Kara, tentang Rafli yang terlalu lemah untuk menjadi lawan Kara. Ah dia jadi ingat musuh Kara waktu di SMP, anak sombong yang hampir setiap hari membuat Rean terluka sekarang sudah tidak bernyawa di tangan seorang remaja bertampang polos dan menggemaskan dengan segala kecerobohannya tapi memiliki kepribadian psikopat yang bahkan lebih kejam dari ketua gangster.
"Iya gue tau sih kalo itu, tapi apa lo kepikiran gimana perasaannya Kana? Dia marah karena abang kembarnya yang ceroboh ini direndahkan"
"Ya ya ya, gue ga pedu- akh"
Bruk
Bastian kaget melihat Kara yang sudah jatuh tersungkur di Koridor padahal barusan semuanya berjalan normal.
"Eh Kara, lo gapapa? "
"Ah gue gapapa kok"
Speechless, mungkin hanya itu ekspresi yang bisa Bastian tunjukkan sekarang ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/346085529-288-k747255.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ankara Si Antagonis Polos [ END √ ]
Fiksi RemajaWARNING ⚠️ Di sarankan jika ingin menikmati cerita ini, jangan pakai logika! Jangan berpikir tentang alur yang ada. Nikmati saja tanpa banyak berpikir. Anggap aja cerita ini kayak air yang mengalir melalui banyak pertigaan atau perlimaan. Entah kali...