"REAN!!! "
Kara melemparkan tas nya sembarang dan langsung berlari menuruni tangga, tak peduli berapa kali dia hampir terjatuh karena tidak bisa menyeimbangkan langkahnya. Tepat di anak tangga terakhir Kara tersandung kakinya sendiri hingga jatuh tersungkur. Dia tak mengindahkan rasa sakitnya dan memeluk Rean dengan tubuh yang bergetar.
"Rean buka matamu hey! Katakaan sesuatu Rean! Jangan buat abang khawatir! Hiks mommy! "
Mahendra yang baru datang setelah mendengar teriakan Kara tentu saja terkejut melihat Kara yang memeluk Rean dengan darah yang menggenang.
"Astaga Rean kenapa? "
"Daddy hiks Rean hiks "
"Baby tenang, kita bawa Rean ke rumah sakit"
Mahendra dengan rasa cemas menggendong Rean ala bridal ke luar diikuti Calista yang juga merasa terkejut sekaligus cemas. Sementara itu Kana yang baru saja keluar kamar langsung turun dan memeluk Kara.
"Sttt it's okay Kara, semua akan baik baik saja. Rean akan cepat sembuh"
Kara bukannya tenang dia malah mengencangkan tangisannya. Kara memeluk erat tubuh kekar Kana, menyalurkan rasa keterkejutan yang hinggap. Tatapan Kara tertuju pada Isabel yang masih mematung di tempatnya dengan tubuh yang bergetar ketakutan.
Kara melepas paksa pelukan Kana lalu mengambil vas bunga berukuran kecil yang ada di dekatnya. Dengan menahan sakit Kara menaiki satu persatu anak tangga hingga dia sampai di hadapan Isabel.
"Lo memuakkan. Padahal gue udah peringatkan lo buat menjauh dari hidup gue tapi lo malah mendorong Rean. Lo kayaknya emang bosen hidup ya?"
"Ka-kara ma-maaf aku hiks aku sungguh tidak sengaja. Rean dulu yang menyudutkan aku hiks"
"Lo pikir gue peduli dan luluh? Apa lo lupa beberapa waktu lalu gue bilang apa? "
Kara memecahkan vas ke pagar pembatas tangga. Dia mendekat pada Isabel yang juga memundurkan langkahnya.
"Lo pernah baca novel kan? Meski cuma sekali. Seorang villain ataupun antagonis tidak akan sekalipun membela protagonis. Lo tau alasannya kenapa? Karena protagonis hanyalah serangga yang selalu berlindung dan mengandalkan sikapnya yang memuakkan"
Kara mengangkat tangannya hendak memukul kepala Isabel dengan vas bunga tapi aksinya dihentikan oleh seseorang. Kara menengok ke belakang melihat siapa pelakunya. Tatapan terkejut sekaligus kecewa tercetak jelas di wajah Kara.
"Jangan menyakiti wanita Kara! Oma tidak pernah mengajarimu berbuat seperti itu"
"Tapi oma, DIA DORONG REAN SAMPAI TERJATUH hiks"
Vanessa melirik ke bawah yang kotor karena genangan darah lalu menatap Isabel yang terlihat sangat ketakutan.
"Apa itu benar Isabel? "
"Ti-tidak oma hiks a-aku hanya membela diri hiks. Rean memojokkan aku saat aku berusaha menanyakan alasan Kara membenciku hiks aku sedikit mendorongnya menjauh tapi dia malah terpeleset hiks, oma percaya sama Isabel hiks"
Vanessa beralih menatap Kara yang tengah menahan emosi.
"Hah, Kara tenangkan dirimu. Dan kamu Isabel, untuk sementara waktu menjauhlah dari Kara. "
Kara makin emosi dibuatnya. Vanessa seolah berbalik menyayangi Isabel daripada dirinya.
"OMA APA APAAN! APA HUBUNGAN OMA DENGAN DIA SAMPAI OMA MAU MEMBELA DIA YANG BUKAN BAGIAN KELUARGA KITA! hah hah"
"Jangan berteriak di hadapan yang lebih tua, Kara. Tenangkan dirimu, setelah semuanya jelas oma akan pikirkan hukuman untukmu"
Kana yang mendengar itu tak terima. Dia ingin marah dan protes tapi tatapan Vanessa membuatnya urung. Kara kembali ke kamarnya dan menguncinya dari dalam. Vanessa hanya bisa memijat pangkal hidungnya menyikapi sikap Kara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ankara Si Antagonis Polos [ END √ ]
Novela JuvenilWARNING ⚠️ Di sarankan jika ingin menikmati cerita ini, jangan pakai logika! Jangan berpikir tentang alur yang ada. Nikmati saja tanpa banyak berpikir. Anggap aja cerita ini kayak air yang mengalir melalui banyak pertigaan atau perlimaan. Entah kali...