Kara terbangun entah jam berapa karena kamarnya gelap. Matanya terasa panas serta kepalanya sangat pusing. Kara ingin bangkit namun dua tangan kekar menahan bagian perutnya. Dia menengok ke kanan dan kiri, senyum tipis tercetak di bibirnya. Sesaat Kara melupakan rada sakit kepalanya saat melihat kedua adiknya tertidur pulas.Kara ingin kembali tidur tapi rasa sakit dan tak nyaman memuatnya ingin kembali menangis. Kara heran dengan tubuhnya sendiri, dia hanya demam biasa tapi seluruh tubuhnya terasa sakit.
"Mommy hiks sakit"
Kana terbang mendengar gumaman Kara. Dia menempelkan punggung tangannya di pipi Kara, panasnya masih sama, tidak naik maupun turun tapi itu pasti tidak nyaman bagi Kara.
"Kara tidur lagi ya, biar sakitnya cepet hilang"
Kara memiringkan tubuhnya mendadak Kana. Wajahnya yang sembab dan basah karena keringat terlihat sangat menggemaskan di mata Kana. Kana yang gemas mencium pipi Kara, mengeratkan pelukannya di pinggang Kara sambil mengelus rambut yang sekarang lepek karena keringat.
Tak lama berselang, Kara kembali tidur. Kana tersenyum tipis lalu ikut menyusul Kara ke alam mimpi.
.
.
.Tiga hari telah berlalu, Kara sudah sembuh namun dia belum diizinkan sekolah. Karena itu Kara semarang berdiam diri di pinggiran kolam dengan seorang bodyguard di dekatnya. Kara memang tidak bisa berenang karena itu dia hanya bisa menikmati air kolam dengan cara merendam kakinya saja.
"Tuan muda, hari sudah semakin siang. Sebaiknya tuan muda masuk ke dalam"
Kara menatap Steve, bodyguard yang sekarang bertugas untuknya dengan tatapan malas. Dia merentangkan kedua tangannya dan Steve dengan sigap membawa Kara ke gendongannya.
Sampai di ruang tengah mereka bertemu dengan Vanessa, Kara turun dari gendongan Steve dan berjalan pelan menuju Vanessa yang sepertinya tengah sibuk menelpon seseorang sampai kehadirannya tidak diketahui. Langkah Kara terhenti saat dengar apa yang Vanessa bahas.
"Aku merawatnya kok"
".. "
"Tidak akan, aku tidak akan membiarkan Isabel terluka. Dengar, kita ini teman. Sudah jadi tanggung jawab ku menerima permintaanmu. Kau tenang saja, aku yakin tak lama lagi putra dan cucu ku akan menerima kehadirannya"
Kara mengurungkan niatnya mendekati Vanessa, dia memilih kembali mendekati Steve dan memintanya untuk membawakan teh dan cemilan ke kamarnya.
"Steve, tolong bawakan teh rosemary sama keripik buah ke kamar"
"Baik tuan muda, saya akan sampaikan pada maid. Mari saya antar tuan muda ke atas"
Kara menerima ukuran tangan Steve, melangkah pelan menuju lift. Di dalam lift hanya ada keheningan sampai keduanya sampai di depan kamar Kara.
"Saya akan segera membawakan teh anda tuan muda"
"Ya, tidak perlu buru buru Steve" ucap Kara sambil tersenyum tipis.
Steve pergi tepat setelah Kara masuk ke dalam kamarnya. Steve tersenyum tipis mengingat senyum yang Kara layangkan untuknya. Dia baru dua tahun kerja di sini, awalnya dia merasa aneh dengan sikap tuan mudanya namun sekarang dia paham kenapa para pekerja lama lebih suka jika harus melayani Kara padahal Kara punya sisi psikopat.
Selang beberapa menit Steve kembali sambil membawa pesanan Kara. Dia meletakkan nampan di atas meja pendek di depan sofa dimana Kara tengah duduk sambil membaca novel. Steve hendak pergi berjaga di depan pintu namun suara lembut Kara membuat langkahnya terhenti.
"Steve, apa kau tahu cara menyingkirkan sainganmu? "
"Maaf tuan muda, saya belum pernah memiliki saingan jadi saya tidak tahu bagaimana menyingkirkannya. Tapi jika tuan ingin saya menyingkirkan orang itu saya siap melakukannya"
![](https://img.wattpad.com/cover/346085529-288-k747255.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ankara Si Antagonis Polos [ END √ ]
Roman pour AdolescentsWARNING ⚠️ Di sarankan jika ingin menikmati cerita ini, jangan pakai logika! Jangan berpikir tentang alur yang ada. Nikmati saja tanpa banyak berpikir. Anggap aja cerita ini kayak air yang mengalir melalui banyak pertigaan atau perlimaan. Entah kali...