Kara di dudukkan di kamar bernuansa abu abu gelap, dia menyamankan posisinya sementara Eksa pergi ke walk in close. Tak lama Eksa kembali setelah mengganti bajunya dengan piyama tidur. Di tangannya juga ada sepasang piyama bermotif bebek.
"Kita ganti dulu bajunya, baru setelahnya tidur"
Kara hanya pasrah saat Eksa melucuti pakaiannya. Tubuh Kara yang ramping tanpa otot perut membuatnya terlihat mirip dengan sosok wanita, apalagi wajahnya yang terlihat polos dan juga manis. Jika saja Kara memakai pakaian Calista mungkin banyak yang akan mengira jika Kara adalah seorang gadis.
"Baiklah, selesai. Nyamankan posisimu baby"
Eksa berbaring di sebelah Kara, dia memeluk pinggang kecil itu sambil mengelus kepala Kara agar segera terlelap.
"Kau keterlaluan bang, mereka kan juga ingin tidur dengan ku"
"..... Mereka sudah menghabiskan waktu siang bersamamu, sementara abang kan jarang. Jadi ini adil bukan? "
"Yah dibilang adil ga adil sih. "
"Sudahlah, sekarang tidur. "
Kara menurut, dia menyamankan posisinya di pelukan Eksa dan tak lama dengkuran halus terdengar. Eksa yang belum tertidur menatap wajah yang menurutnya sangat manis, terlepas dari sisi iblis yang dimilikinya. Kalau saja Kara itu gadis kecil, Eksa akan dengan senang hati melamarnya meski Kara itu adiknya sendiri.
Eksa menyingkirkan anak rambut yang menutup bagian mata Kara, bahkan saat tidur pun Kara sangat tenang dan juga menggemaskan. Berbeda dengan kedua adiknya yang lain yang hampir setiap hari bertengkar memperebutkan Kara. Eksa tersenyum tipis, dia mengecup bibir plum itu singkat, karena jika terlalu lama pasti Kana akan protes padanya tujuh hari tujuh malam.
"Sleep well my devil"
Sementara itu di kamar Kara, Kana fan Rean tengah merebahkan tubuh mereka di kasur king size yang jarang ditempati. Wajar karena penghuni aslinya hampir setiap malam tidur di kamar berbeda. Kana tengah membaca novel favorit Kara sementara Rean sendiri menonton youtube.
"Ini semua gara gara lo! Kalo aja ko ga nangis gue bisa bermesraan sama Kara"
"Lah kok gue? Itu mah salah lo sendiri. Siapa suruh kiss di depan gue? Gue kan iri anjir. Mana kalian lebih sering kiss dibanding sama mommy daddy"
"Ehh lo iri? Huhuhu mulai sekarang gue bakalan sering godain Kara biar lo makin cemburu"
Rean mendengar itu jadi berpikiran negatif, interaksi si kembar terlalu agresif dimatanya berbeda sekali jika sedang bersama dirinya. Meski Rean tau itu tidak benar tapi tetap saja terlalu agresif!
"Bangsat lo homo? Gay! Gile gile gue aduin sama mommy"
"Aduin aja sono, toh mereka maklum. Lagian nih ya, gue sama Kara itu keitungnya anak kembar jadi pasti ga akan ada yang curiga"
Rean hanya bisa ber oh ria, menghadapi mindset Kana membuat pikirannya yang suci ternodai. Lagipula memang benar adanya, kedua anak kembar itu selalu bersikap manis satu sama lain, bahkan mungkin saja bagi orang yang baru mengenal mereka menganggap kalau keduanya memiliki masalah sex padahal bukan.
Dua duanya masih suka lawan jenis, namun mencari wanita yang kriteria nya sama persis itu sangat menyusahkan. Apalagi mencari wanita yang tulus apa adanya tanpa memandang harta, wajah, atau kekurangan lainnya.
"Lo cari cewe gih Kana, biar gue bisa menghabiskan banyak waktu berduaan sama Kara"
"Males, ga ada cewe yang cocok sama kriteria gue, ga ada yang sempurna"
Rean memutar bola matanya malas. Dia juga tahu tidak ada makhluk yang diciptakan sempurna, apalagi jika di nilai dari sudut pandang woman, semua pasti akan dianggap kurang. Mau kaya ataupun tampan jika ada satu saja kekurangan yang bahkan tidak terlalu mencolok, wanita pasti akan menganggapnya sebagai kekurangan yang fatal. Sebagai contoh lo kaya plus ganteng tapi otak lo agak miring plus kelakuannya sengklek, apa ga minder? Ibarat lagu habis manis sepah dibuang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ankara Si Antagonis Polos [ END √ ]
Novela JuvenilWARNING ⚠️ Di sarankan jika ingin menikmati cerita ini, jangan pakai logika! Jangan berpikir tentang alur yang ada. Nikmati saja tanpa banyak berpikir. Anggap aja cerita ini kayak air yang mengalir melalui banyak pertigaan atau perlimaan. Entah kali...