Kenzie memandang tak suka pada Kana yang memonopoli Kara untuk dirinya sendiri. Padahal Kana sedang sakit tapi sifat menyebalkan nya masih melekat. Lihat saja sekarang, Kana memangku Kara sambil mendekap perut ramping Kara bak boneka.
"Jangan liatin bang Kara kayak gitu hiks. Bang Kara hiks cuma punya Kana hiks"
"Enak aja. Kara juga punya Ken ya! Ken jauh jauh ke sini buat Kara kau malah memonopoli nya"
"JANGAN! hiks abang jelek! Hiks bang Kara cuma punya Kana! Hiks huweee"
Kara yang diperebutkan hanya bisa menghela nafas lelah. Jujur saja tubuhnya terasa sakit tapi dia tak bisa berbuat apa apa.
"Kana sudah ya, abang ga kemana mana kok. Jangan nangis lagi oke? Biar Kana cepet sembuh"
Kana seolah tak mendengarkan. Dia masih terisak sambil memeluk Kara erat seolah ada yang akan merebutnya. Kara memiringkan tubuhnya, menangkup wajah Kana yang basah karena air mata. Tidak ada cara lain selain cara itu jika Kana sudah serewel ini.
Kara mendongak, mendekatkan wajahnya pada Kana. Dikecupnya bibir peach Kana cukup lama. Kenzie yang menyaksikan itu sampai tidak bisa berkata kata, pipinya bersemu merah, membayangkan jika yang diposisi Kana adalah dia. Bahkan Lindy yang tengah membuat makan siang dibuat terkejut.
"A-abang? "
Kara mengusap bibirnya yang basah sambil tersenyum ke arah Kana.
"Sudah kan? Jangan menangis lagi oke? "
Kana mengangguk samar dengan pipi yang memerah lantaran malu. Sementara si pelaku terlihat biasa saja seolah tidak melakukan apa apa.
"Sial! Ken kesini mau main sama Kara tapi kenapa Ken malah disuguhi pemandangan yang aaaaaakhhhh. Kara abang juga mau..."
"Ga boleh! Bang Kara cuma punya Kana! "
Kenzie beringsut tak suka. Meski dia lebih tua dari kedua adik sepupunya tapi tetap saja kenzie merupakan bungsu yang manja.
.
.
.Tiga hari sudah berlalu dan demam Kana juga sudah sembuh. Selain itu skorsing mereka juga sudah berakhir.
Sekarang ini keduanya tengah sarapan di kantin karena memang mereka tidak masak. Salahkan saja Kara yang bangun kesiangan karena begadang merapikan data perusahaan dan berakhir Kana juga kesiangan.
Kara menutup kedua telinganya menggunakan headset lantaran jengah oleh omelan Kana yang tak kunjung berhenti. Bahkan murid lain yang juga tengah sarapan di kantin hanya bisa tersenyum kikuk mendengar ocehan Kana.
"Sekali lagi kau mengoceh aku pulangkan kamu ke mansion daddy"
Kana langsung diam mendengar ancaman Kara. Dia masih sangat kesal tapi takut jika Kara memulangkannya apalagi Kara tidak pernah bermain main dengan ucapannya.
"Maaf"
Kara mengabaikan itu dan memilih pergi menuju kelasnya. Kana tentu saja merasa bersalah, dia mengikuti Kara jauh dari belakang. Kara tiba tiba berhenti membuat Kana juga menghentikan langkahnya. Kara menengok kearahnya dengan tatapan malas dan itu berhasil membuat Kana ilfil.
"Huh, kembali ke kelasmu. Dan mulai besok pulang saja ke mansion"
Kara melanjutkan langkahnya tanpa peduli dengan Kana yang hampir menangis di tempatnya. Kana menunduk menatap sepatunya sendiri
Kana berlari menuju kelasnya tanpa peduli jika di menabrak orang lain. Kara yang memang masih berada di lorong tersenyum tipis, saking tipisnya tidak ada yang menyadari senyum itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ankara Si Antagonis Polos [ END √ ]
Teen FictionWARNING ⚠️ Di sarankan jika ingin menikmati cerita ini, jangan pakai logika! Jangan berpikir tentang alur yang ada. Nikmati saja tanpa banyak berpikir. Anggap aja cerita ini kayak air yang mengalir melalui banyak pertigaan atau perlimaan. Entah kali...