Di kantornya, Hillary dibuat frustasi lantaran sahamnya yang bernilai 1 T dicuri entah oleh siapa. Bukan hanya itu, beberapa cabang perusahaannya pun ikut bermasalah karena para tikus berdasi. Destian ada di sana untuk membantu, tapi tidak dengan Mahendra yang memilih fokus pada kantornya sendiri.
Sebenarnya Mahendra tahu ini ulah siapa, karena ayahnya sendiri yang menghubunginya dan memberitahu semua yang dia ketahui. Mahendra marah pada Hillary namun dia meredam semuanya. Dia juga senang saat tahu jika Kara aman di mansion ayahnya.
"Sialan! Siapa yang bermain bermain main denganku! Awas saja, saat sudah ku temukan, akan kupastikan dia tewas dengan cara mengenaskan! "
Berpindah pada Kara yang saat ini tengah menelpon seseorang. Dia tak mengucapkan sepatah katapun, yang dia lakukan hanya mendengarkan hingga seseorang membuka pintu kamarnya. Kara langsung mematikan telpon dan seketika riwayat panggilan itu terhapus, bahkan nomor orang yang menghubunginya juga terblokir.
"Kak Kara, ayo turun. Bunda sudah menunggu. Kakak juga harus sekolah kan? "
Kara membalikkan tubuhnya menatap Zion yang masih berdiri di pintu dengan kedua tangan yang memegang handle pintu.
"Baiklah, Zion duluan saja ya, kakak akan ganti pakaian. Nanti kakak langsung turun kok. " ucapnya sambil tersenyum ramah.
"Hm? Baiklah, Zion tunggu di luar ya. Nanti kita turun bareng. Zion ga mau kakak terluka. "
Pintu kembali tertutup, dan detik itu juga pandangannya kembali datar. Kara menghubungi seseorang, tak lama panggilan itu terhubung dengan seseorang di seberang sana.
"Jangan bertindak, sebisa mungkin rahasiakan identitas kalian. Biarkan tuan Keandra yang bertindak. Aku akan turun tangan kalau rencana ini gagal. "
Kara langsung mematikan telfonnya. Sama seperti tadi, riwayat panggilan dan nomor yang tadi dia hubungi terblokir. Kara laku menaruh HP nya di atas nakas sementara dirinya bersiap mengenakan seragam.
Tak berselang lama Kara keluar dari kamar dengan pakaian yang rapih. Tidak hanya itu, tas sekolah juga dia sudah stand by di pundaknya. Zion yang melihat Kara keluar langsung menghampiri dan menggandeng tangan Kara.
"Ayo kak. Bunda pasti sudah lama menunggu. "
.
.
.Mansion Mahendra nampak mencekam. Semua anggota keluarga berkumpul di satu ruangan yang sama dan semua mata tertuju pada Hillary yang tengah memijit pangkal hidungnya.
Vanessa melemparkan sebuah map coklat pada suaminya dengan perasaan marah. Hal itu jelas membuat Hillary semakin kebingungan.
"Apa ini? "
"Buka saja sendiri" ucap Vanessa ketus.
Hillary pantas membuka mao coklat itu. Matanya membola tak percaya saat ada beberapa foto dirinya dengan seorang wanita tengah melakukan hubungan intim. Bahkan ada harddisk di dalam map itu. Hillary nampak geram dengan apa yang diterimanya siang ini. Belum beres dia dengan urusan kantornya, sekarang malah ada masalah baru.
"Siapa yang mengirimkan ini? "
Semuanya diam tak menjawab. Hal itu membuat Hillary semakin geram. Dia menggebrak meja kaca di depannya hingga pecah. Beruntungnya tidak ada satupun serpihan kaca yang menebar mereka.
"Saya tanya siapa yang mengirimkan ini sialan!! "
"Saya yang mengirimnya"
Tatapan Hillary teralih pada Keandra yang baru saja masuk sambil menggendong Zion. Dia bergabung bersama yang lainnya, duduk di sofa panjang. Begitupun dengan istri, anak, dan juga menantunya.
![](https://img.wattpad.com/cover/346085529-288-k747255.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ankara Si Antagonis Polos [ END √ ]
Teen FictionWARNING ⚠️ Di sarankan jika ingin menikmati cerita ini, jangan pakai logika! Jangan berpikir tentang alur yang ada. Nikmati saja tanpa banyak berpikir. Anggap aja cerita ini kayak air yang mengalir melalui banyak pertigaan atau perlimaan. Entah kali...