WARNING ⚠️
Di sarankan jika ingin menikmati cerita ini, jangan pakai logika! Jangan berpikir tentang alur yang ada. Nikmati saja tanpa banyak berpikir. Anggap aja cerita ini kayak air yang mengalir melalui banyak pertigaan atau perlimaan.
Entah kali...
Kara masuk ke salah satu bar seorang diri. Pandangan pengunjung bar tertuju sepenuhnya kepada dirinya. Jujur Kara merasa malu, sangat malu malah, apalagi pakaiannya tidak ada yang benar benar cocok untuknya.
Lihat saja sekarang Kara mengenakan dres berwarna navy yang sangat amat pendek dan terbuka. Baju ini lebih cocok untuk anak usia 10 tahun menurut Kara. Dia memiliki tinggi 170 cm, meski dia yang paling pendek diantara semua anggota keluarganya yang rata rata memiliki tinggi 189 cm. Jadi baju sependek itu membuat tidak nyaman.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ilustrasi pakaian yg sering Kara pake
"Steve! Awas aja lo! Gue bisa bisa mati kedinginan ini mah bangsat! " batinnya.
Kara duduk di depan bartender dimana di sampingnya merupakan target yang dia incar.
"Aku ingin 1 gelas wine dengan alkohol paling rendah. " ucapnya dengan nada lembut.
Dalam batin Kara mengumpat, pasalnya tenggorokannya sampai kering hanya karena mencoba mengubah nada suaranya menjadi lebih lembut agar mirip wanita asli.
Kara melirik sekilas ke samping, dia sempat terkejut melihat adanya Isabel di sana. Isabel dibawa menuju salah satu meja di pojok ruangan yang memang sepi. Entah apa yang membawa Isabel ke sini, dia harus mencari tahu.
Kara tersenyum ramah, dia mengambil gelas itu lalu berjalan menuju tempat duduk yang tak jauh dari tempat Isabel.
Di sisi Isabel, dia terlihat gugup dan takut, apalagi pria yang masih belum dia ketahui namanya itu terus menerus memegang bagian tubuh sensitifnya.
"Jadi, lo tertarik, bukan? Tugasmu hanya menghasut orang orang agar mereka membenci Kara"
"A-aku tidak bisa, Kara bukan orang jahat, dia tidak pantas diperlakukan seperti itu. " ucap Isabel gugup.
Pria itu berdecak kesal, dia menggeser sedikit tubuhnya menjauh laku menghisap rokok yang sudah tinggal setengah. Dia membuang puntung rokok lalu menginjaknya, dicengkeramnya dagu Isabel kuat hingga Isabel meringis menahan sakit. "Iya, atau lo mati malam ini! " ucapnya penuh penekanan.