part 12 s2

5K 574 12
                                    

Di kediaman Olivier....

Rean tak hentinya melayangkan tatapan permusuhan pada Vanessa meski tangannya tengah memainkan konsol game. Eksa yang dapat giliran menjaga Rean sampai lelah sendiri. Adiknya ini selalu menunjukkan kekesalan dan ketidaksukaannya secara terang terangan bahkan kepada oma nya sendiri.

Rean mengalihkan pandangannya saat tatapan Vanessa tertuju padanya, seolah dia tak pernah curi pandang pada Vanessa.

"Rean, oma dengar kamu mengganggu Isa-

"Iya, memangnya kenapa? Lagian dia duluan yang berulah"

Vanessa menghela nafasnya. Cucu bungsu nya ini sangat suka memotong pembicaraan orang lain kecuali jika Kara yang bicara. Dia mendekat pada Rean, duduk di karpet bulu sambil mengelus rambut Rean.

"Jangan dibiasakan memotong pembicaraan orang Rean. Oma tidak pernah mengajari itu bukan? Kasih tau oma alasan kamu melakukan itu pada Isabel"

Rean seketika menepis tangan Vanessa padahal baru saja dia merasakan hangatnya.

"Oma kenapa sih selalu bela dia? Apa karena dia satu satunya cucu wanita yang oma punya? Dia kan bukan bagian keluarga kita oma! Kenapa hiks kenapa malah bukan dia yang oma singkirkan? Kenapa harus bang Kara hah? Hiks "

Vanessa diam tak menjawab, dia menunggu apa yang akan dikatakan Rean selanjutnya.

"Oma kayak bukan oma yang Rean kenal hiks, oma yang Rean kenal itu ga pernah luluh sama orang luar, hanya bang Kara hiks yang bisa buat luluh hiks. Tapi kenapa sekarang oma malah membela Isabel? Hiks. Keluarga kita dikenal bengis sama orang asing hiks, tapi kenapa oma malah luluh hanya karena Isabel? Oma ga tau kan gimana bang Kara terluka? Bang Kara ga sekuat itu oma! Hiks "

Vanessa masih diam mendengarkan, begitupun dengan Eksa dan Calista yang tak berani menenangkan Rean. Karena kalau dipaksa tenang Rean malah akan marah dan tak segan memukul orang yang menenangkannya. Pukulannya juga tak main main, Rean pernah membuat tulang rusuk salah satu bodyguard retak karena mencoba menenangkannya. Dan lagi lagi itu tak berlaku pada si kembar, karena hanya mereka berdua yang bisa membuat Rean tenang dan merasa aman.

"Rean hiks Rean benci Isabel hiks gara gara dia hiks abang kembar ninggalin Rean hiks huwaaaa. "

Rean melempar konsol game nya dan berlari menuju kamar Kara. Eksa menatap Vanessa dengan tatapan yang tajam meski di mata Vanessa itu bukanlah tatapan yang mengancam.

"Oma lihat kan? Sejak kedatangan Isabel keluarga kita jadi berantakan! Aku tidak yakin Rean akan diam saja setelah ini, entah apa yang akan dia lakukan, pastinya oma tidak bisa mencegahnya. Satu saran ku, oma pikirkan untuk mengembalikannya ke tempat yang seharusnya jika oma menyayanginya. Jangan sampai dia mati di tangan kami  oma. Kami diam karena masih menghargai keputusan oma, tapi kalau ini terus berlanjut jelas kami akan bertindak"

Eksa ikut pergi, menyisakan Vanessa dan Calista yang hanya diam.

.
.
.

Dua bulan sudah berlalu sejak si kembar pindah sekolah. Kepopuleran mereka terus berlanjut, bahkan murid sekolah lain juga mengagumi keduanya. Bukan hanya karena tampang mereka yang memikat, tapi juga prestasi yang mereka dapatkan. Kara berprestasi di bidang akademik sementara Kana di bidang non akademik, membuat nama mereka terdengar bahkan ke sekolah yang jauh dari sekolah mereka. Tapi tetap, fakta bahwa mereka anak dari keluarga Olivier masih tertutup rapat.

Siang ini Kara menonton pertandingan basket melawan sekolah lain dari pinggir lapangan. Bukan hanya dia, tapi banyak juga yang menonton terutama siswi. Biasalah cuci mata melihat para cogan keringetan.

Pertandingan itu berakhir dimenangkan oleh SMA pelita. Kana tersenyum senang karena dia banyak mencetak angka. Dia mendekat pada Kara yang sedari tadi duduk di sisi lapangan, tentunya dengan dikerumuni banyak siswa yang entah sejak kapan menjelma menjadi pawang Kara.

Ankara Si Antagonis Polos [ END √ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang