Terhitung satu minggu sudah Isabel tinggal di kediaman Olivier dan selama itu dia bertingkah seolah dialah ratunya. Padahal kan Kara raja serta ratu di kediaman Olivier. Kara selalu merasa emosi karena tingkah Isabel yang begitu ceroboh. Pernah beberapa kali Isabel memakan cemilan dan meminum teh yang dikhususkan untuknya.
Bukan hanya itu, Isabel bahkan tak jarang memecahkan beberapa barang. Tentu saja itu membuat Kara marah tapi semarah apapun dia tak bisa melukai Isabel, mengingat beberapa hari lagi oma nya akan datang.
Kara saat ini duduk seorang diri di bangku taman. Semburat senja menghiasi langit dan itu berhasil meredam amarahnya. Dia melirik ke arah gerbang yang sedikit terbuka, disana dia lihat Isabel yang baru saja datang sambil menenteng paper bag lebih dari satu.
"Harus gue apakan kepala itu? Terlalu biasa kalau harus menumbuk kepala gadis itu menggunakan lesung batu"
Kara kembali mengalihkan pandangannya ke arah senja yang terhalang rindangnya pepohonan sambil menyeruput teh lavender. Sekitar tiga puluh menit Kara berada di sana, dia memutuskan untuk masuk karena selain sunset yang sudah menghilang udara juga mulai dingin.
.
.
.Kara keluar dari lift bersama kedua adiknya. Langkah mereka terhenti saat menyadari keberadaan Vanessa yang tengah digelayuti oleh Isabel di ruang makan. Mereka bertiga kembali menata raut wajah menjadi tenang dan mendekat pada mereka.
"Oma, kapan datang? "
"Ah cucu kesayangan oma, apa kabar baby hm? "
Vanessa memberi isyarat agar kata mendekat setelahnya dia mengangkat tubuh kata untuk duduk di pangkuannya. Meski umur Vanessa sudah masuk usia senja tapi dia masih kuat menggendong kara yang memang cukup ringan jika dibandingkan dengan Kana ataupun Rean.
Kana dan Rean duduk di kursi mereka sendiri, menatap tajam Isabel yang terlihat tidak suka dengan kehadiran Kara.
"Kenapa badan baby makin ringan? Perasaan dulu tidak seringan ini"
"Oma, berat badan aku masih sama kok, malah naik beberapa ons "
"Tapi tetap sana tubuh baby lebih ringan dari Kana. Bahkan Rean saja lebih berat loh"
"Oma jangan begitu, nanti Kara insecure"
Kara melayangkan tatapan tak suka pada Isabel yang selalu menyela pembicaraannya. Segitu ingin diperhatikan nya kah? Tapi bukan hal orang asing harus tahu batasan diri?
"Sudahlah, Kara lapar oma"
"Haha iya, mari kita makan. "
Makan malam berlangsung tenang, bahkan Kana dan Rean yang biasanya menggoda Kara hari ini tidak berulah lantaran mood Kara yang nampak buruk.
Selesai makan malam mereka berkumpul di ruang tengah, bercerita banyak hal tentang pengalaman mereka hari ini. Namun cerita dari orang yang mereka tunggu tidak juga berbicara. Kara hanya diam menyimak sambil menatap tajam Isabel dengan tatapan tak suka.
Biarlah orang lain menganggap Kara sebagai antagonis atau apapun itu. Yang jelas dia sangat membenci orang yang mengusik kenyamanannya. Bahkan jika yang mengusik masih satu keluarga dengannya, Kara akan menghancurkan orang itu dengan tangannya sendiri.
Kara dengar dari banyak orang kalau Isabel berhati lembut dan pemaaf layaknya tokoh utama wanita dalam novel romance. Kara sendiri merasa sangat jijik dengan orang yang dicap berhati baik dan lembut, Kara bahkan merasa heran bagaimana bisa tokoh utama di banyak cerita maupun novel selalu digambarkan dengan hati yang lembut. Sekalipun mereka berhadapan dengan antagonis mereka akan tetap menolong antagonis yang suatu hari akan membuat hidup mereka berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ankara Si Antagonis Polos [ END √ ]
Teen FictionWARNING ⚠️ Di sarankan jika ingin menikmati cerita ini, jangan pakai logika! Jangan berpikir tentang alur yang ada. Nikmati saja tanpa banyak berpikir. Anggap aja cerita ini kayak air yang mengalir melalui banyak pertigaan atau perlimaan. Entah kali...