Hai Anka balik, pada kangen Anka kan? Yo dah met baca, sorry kali typo, mataku agak picek
Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam dan semua anggota keluarga Vincenzo sedang berkumpul di ruang tengah kecuali Anka yang sudah naik ke kamarnya setelah makan malam.
"Papa, bunda"
Mereka menengok ke asal suara dengan pandangan yang berbeda.
"Anka sayang, ini sudah malam kenapa belum tidur? Lalu kenapa pakaianmu seperti ini? "
"Bunda, Anka tadi siang lupa mengabari kalau Anka akan menginap di rumah teman Anka malam ini boleh kan? "
Berlin sempat terkejut dibuatnya, dia ingin melarang Anka namun mengingat perjanjian yang mereka buat akhirnya Berlin mengangguk.
"Baiklah, jika ada apa apa hubungi kami ya, ingat istirahat yang cukup dan jangan keluar sendirian, minta temanmu menemani kalau ingin pergi keluar paham? "
Anka mengangguk sebagai jawaban. Dengan langkah tenang Anka keluar dari mansion.
....
Sunyi menyelimuti malam. Hanya ada cahaya bulan yang menerangi. Anka menatap bangunan besar di depannya. Bangunan yang terletak di tengah hutan terlihat sedikit terbengkalai. Perlahan kakinya melangkah masuk lebih dalam.
Ngomong ngomong menurut memori Elkana, tempat ini hancur tepat di hari dia melarikan diri bersama seorang wanita yang selalu mengurusnya selama disini. Sayangnya wanita itu dibunuh tepat setelah dia diserahkan pada laki laki yang selama ini menyiksa Elkana.
Anka menyelinap masuk melalui celah pagar yang sudah rusak. Bau menyengat dari bangkai serta darah menyeruak menusuk hidungnya. Anka sempat berhenti di depan mayat penjaga yang hanya tinggal tulang belulang. Anka berjongkok, mengambil pistol dan AK 47 dari mayat itu. Meski terbengkalai belum tentu sudah aman bukan?
"Ah Anka tahu maksud dari ucapan Ian. Manusia itu egois mengorbankan banyak lah demi kepuasan mereka pribadi. Haha manusia lucu sekali"
Anka kembali melanjutkan langkahnya tentu dengan pistol yang sudah stand by di tangannya. Anka masuk kedalam bangunan lewat celah pintu yang terbuka, bagian dalam bangunan sama kacaunya dengan bagian luar hanya saja lampu lorong masih ada yang menyala beberapa jadi Anka tidak terlalu kesulitan melihat sekitar.
Langkahnya pasti menuju salah satu ruangan yang ada dalam ingatan Elkana meski sedikit memudar. Jika saja tidak ada hal penting Anka tidak mau sampai harus berbohong pada keluarga barunya hanya untuk mengunjungi tempat penuh trauma ini.
Selama beberapa menit Anka menyusuri lorong penuh tulang belulang Anka sampai di depan salah satu ruangan bertuliskan dangerous. Menghela nafasnya beberapa kali sebelum akhirnya mendorong pintu berat itu. Sedikit susah memang karena pintu itu ditahan meja serta kekuatan Anka yang tak seberapa.
Setelah beberapa kali percobaan pintu itu terbuka sempurna memperlihatkan ranjang operasi yang berantakan. Kaki Anka seketika lemas untungnya ada dinding sebagai sandarannya. Trauma Elkana seakan menguasai Anka karena di ruangan ini banyak percobaan gila yang Elkana dapatkan.
Anka berusaha mengabaikannya dan berjalan menuju laci dimana banyak dokumen penting yang tersimpan rapih.
"Sebaiknya Anka cepat, Anka ga mau ada di sini lebih lama lagi"
Anka mengobrak abrik isi laci hingga akhirnya dia menemukan map coklat yang tertera nama Elkana disana. Anka mengeluarkan isinya, membaca dengan teliti agar dia tidak keliru.
![](https://img.wattpad.com/cover/346085529-288-k747255.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ankara Si Antagonis Polos [ END √ ]
Teen FictionWARNING ⚠️ Di sarankan jika ingin menikmati cerita ini, jangan pakai logika! Jangan berpikir tentang alur yang ada. Nikmati saja tanpa banyak berpikir. Anggap aja cerita ini kayak air yang mengalir melalui banyak pertigaan atau perlimaan. Entah kali...