Kara duduk bersandar di sofa ruang bk dengan Kana yang sedari tadi memeluk perutnya posesif. Di sebelahnya ada Rafli dan orang tua serta salah satu guru perwakilan sekolah.
Kara sebenarnya marah pada Rafli atas kejadian di kantin yang hampir membuatnya kehilangan Kana.
Flashback...
Bugh..
Beberapa pukulan mendarat tepat di wajah Rafli hingga hidung dan sudut bibirnya berdarah. Kejadian sepersekian detik itu membuat suasana kantin semakin tegang.
"Sialan lo Kara! Pukulan lo lumayan juga untuk ukuran cowok yang kerjanya cuma nyusahin orang"
Kana tak terima dengan ucapan Rafli. Dia hendak melayangkan tinjunya namun lagi lagi Kara memintanya diam.
"Kana menonton saja oke? Aku akan baik baik saja kok, sudah lama juga aku tidak bermain "
"Tapi-"
"Tenang saja, aku hanya akan membuatnya patah tulang" ucap Kara sambil tersenyum lembut
Rafli berdecak kesal, niatnya memprovokasi sepertinya tidak mempan untuk Kara. Buktinya dia masih bersikap tenang seolah tidak terjadi apapun padahal jika itu Kana sudah dipastikan terjadi perkelahian seru. Rafli diam diam tersenyum smirk, entah apa yang dia rencanakan.
"Gue akui lo hebat Kara, lo ga gegabah kayak adek lo itu. Ah gue kasihan sama Isabel, padahal dia ga salah apa apa tapi dia dibenci cowok letoy kayak lo."
"Maksud gue, ayolah, dia gak sengaja dorong adek lemah lo. Lagian salah dia sendiri belain lo sampai dia jatuh dari tangga. Hey! Dia udah sehat kan? Isabel udah memohon maaf sama lo tapi lo kenapa ga mau maafin dia hah? "
Kara menghela nafasnya lelah meladeni Rafli yang entah mendapatkan informasi itu dari siapa. Dia mendekat, mencengkram kuat dagu Rafli hingga membiru.
"Hey, Rafli. Kau tahu? Kau itu orang asing, bagaimana bisa kau mendapatkan informasi tanpa dasar seperti itu? Apa,,, Isabel yang memberitahukan mu? "
Rafli menepis kasar tangan Kara dan mundur satu langkah. Murid lain hanya bisa menonton karena ingin membantu pun mereka takut.
"Kalo iya kenapa? Lo mau gue tutup mulut? HEY! KITA ADA DI TEMPAT UMUM! BANYAK SAKSI DI SINI! Kalaupun gue tutup mulut pasti akan ada berita tersebar kalau putra kesayangan Olivier membully murid lain"
Bisik bisik mulai terdengar banyak dari mereka yang tak percaya dengan fakta yang ada. Yang mereka tahu keluarga Olivier sangatlah tertutup karena memiliki banyak musuh bisnis. Baru Eksa dan Rean yang keberadaannya dipublikasikan jadi jelas ini merupakan berita yang menggemparkan.
"BERISIK!! Tujuan lo sebenarnya apa hah?! Gue bahkan ga pernah membuat masalah sama lo, KENAPA LO SELALU GANGGU GUE DAN ADEK GUE! "
Habis sudah kesabaran Kara. Emosi yang sedari tadi dia tahan seta kata kata kasar yang dia pendam dia keluarkan.
"Persetan dengan hukuman oma, gue ga peduli lagi"
Kara memukul Rafli hingga jatuh membentur lantai. Kara menduduki perut Rafli lalu kembali melayangkan pukulan.
"Lo tau selama ini gue diem! Gue mengalah! Gue sabar ngadepin lo cuma karena lo terlalu lemah buat jadi lawan gue! Harusnya gue denger kata Bastian buat bales lo hari itu. Tapi gue diem, GUE DIEM CUMA KARENA KASIHAN SAMA LO BANGSAT! "
Kana diam menyimak, dia sudah menduga akan hal ini. Salah Rafli sendiri menyinggung hal yang sensitif untuk Kara. Lama menonton membuat kana haus, dia meminum jus yang tadi dia pesan. Rafli melihat itu tersenyum smirk, menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/346085529-288-k747255.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ankara Si Antagonis Polos [ END √ ]
Teen FictionWARNING ⚠️ Di sarankan jika ingin menikmati cerita ini, jangan pakai logika! Jangan berpikir tentang alur yang ada. Nikmati saja tanpa banyak berpikir. Anggap aja cerita ini kayak air yang mengalir melalui banyak pertigaan atau perlimaan. Entah kali...