Hasilnya nihil.
Erina tak mengingat apa pun tentang seseorang yang kemungkinan berkunjung ke rumah Indri pada hari kematian tetangganya itu. Lebih tepatnya, Erina tak terlalu peduli dengan orang sekitarnya, karena itulah ia tak tahu apakah ada yang berkunjung ke rumah sebelah atau tidak. Satu hal lagi, ia ingat sedang tidak di rumah saat kejadian itu.
“Saya nggak ingat, Pak. Maaf. Saya juga nggak punya dugaan apa pun. Selain itu, hari saat Bu Indri dikabarkan meninggal, saya sejak pagi nggak di rumah, sedang pergi jalan-jalan dan belanja,” jelas Erina.
Erik dan Bimo menghela napas, tampak kecewa.
“Kalau menurut Anda, apa benar istri saya dibunuh? Awalnya saya menduga seperti itu, tapi setelah yakin dia mengonsumsi racun, sepertinya dia bunuh diri,” ujar Bimo.
“Saya masih menduga kalau ini pembunuhan. Kita harus menemukan orang yang datang menemui Bu Indri pada hari itu sebelum Anda datang,” sahut Erik sambil menatap Bimo.
Bimo mengangguk. “Saya bersedia membantu kapan saja kalau dibutuhkan.”
Erik tak merespon. Sebenarnya ia kecewa karena merasa menemui titik buntu. Awalnya ia sudah yakin kalau Bimo lah pelakunya, apalagi hasil identifikasi sidik jari sudah keluar. Tak ia sangka ada orang lain yang datang pada hari itu, dan sialnya sepertinya tak ada saksi mata.
Suasana berangsur hening. Mereka bertiga menikmati makanan dan minuman masing-masing.
Erik menghabiskan makanannya lebih cepat dari yang lain. Mood-nya turun hari ini karena sepertinya kasus ini tak akan selesai secepat dugaannya.
“Apa ada yang mau Anda sampaikan?” tanya Erik pada Bimo. “Mungkin ada sesuatu yang Anda ketahui, tapi belum saya ketahui. Apa pun itu, hal sekecil apa pun juga nggak masalah.”
Bimo terdiam, mengingat-ingat. “Ada satu hal. Saya nggak tahu ini penting atau enggak. Selain uang dan perhiasan, sertifikat tanah juga hilang semua. Indri diberi banyak harta, termasuk punya tanah di beberapa tempat.”
“Sertifikat tanah?” beo Erik. Ia baru tahu soal itu, karena saat ia menyusup ke rumah Indri, ia tak melihat ada sertifikat tanah, jadi ia tak tahu kalau ternyata sebelumnya ada dan sudah hilang.
Bimo mengangguk. “Ya, ada beberapa dan semuanya hilang.”
Erik lanjut bertanya pada Bimo mengenai di mana saja lokasi tanah milik Indri yang sertifikatnya hilang. Untungnya Bimo mengingat semuanya dan memberi tahu Erik detailnya, Erik pun bergegas mencatatnya.
Setelah itu, Erik terpikirkan untuk langsung mengunjungi lokasi tanah yang sudah disebutkan. Ia dan Erina pun berpamitan kepada Bimo.
“Kalau istri saya benar dibunuh, tolong temukan pelakunya. Saya sangat merasa bersalah dengan perbuatan saya di masa lalu, dan saya akan melakukan apa pun untuk membantu,” ucap Bimo dengan raut serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me vs Mr. Detective (TAMAT)
Romance"MALING! ADA MAL--HMMPPP!" "Ssttt! Diam atau saya cium?!" Berawal dari kasus kematian janggal yang menimpa tetangga samping rumah, Erina (23 tahun) terlibat dengan seorang detektif swasta bernama Erik (33 tahun), pria yang aneh dan menyebalkan. Hubu...