Erina menatap langit-langit ruangan. "Gila."
"Apa?" tanya Erik, menoleh ke arah Erina.
"Kita udah gila."
"Kamu yang bikin saya gila. Saya pengin kamu terus, gimana ini?" tanya Erik sambil mendekap Erina.
Erina tak menyahut, memilih untuk membalas pelukan Erik, menyandarkan kepalanya ke dada bidang Erik sambil mendengarkan debaran jantung pria itu yang begitu cepat.
"Kalau kakek saya tahu, habislah saya."
"Sama, saya juga bisa habis di tangan Mama kalau ketahuan." Erik meringis saat membayangkan raut kaget mamanya kalau tahu ia sudah meniduri seorang wanita lebih dari satu kali.
Erina mendongak, menatap wajah Erik. "Terus kita harus gimana?"
Erik balas menatap Erina. "Kamu mau saya nikahi?"
"Hah?" kaget Erina dengan mata membulat. "Emangnya kita udah saling cinta?"
"Belum."
Erina terdiam, bingung. Ia tak tahu apa yang akan terjadi padanya dan Erik ke depannya. Sejak awal hubungan ini tidak jelas.
Pusing, Erina memutuskan untuk mandi air hangat agar membuatnya lebih rileks dan nyaman. Ia pun beranjak dari atas kasur dan masuk ke dalam kamar mandi terdekat, yaitu kamar mandi yang masih ada di dalam kamar ini, kamar yang Erik tempati.
Saat Erina hendak menutup pintu kamar mandi, Erik muncul dan turut masuk ke dalam.
"Ngapain?" tanya Erina. Sebisa mungkin ia fokus menatap wajah Erik, bukan menatap terong besar yang ada di bawah.
"Ikut mandi. Kamu mau mandi kan?"
Erina mengangguk. "Tapi cuma mandi. Nggak ada yang lain."
"Iya."
Erik menepati ucapannya, benar-benar hanya mandi bersama Erina. Padahal saat ini Erik sekuat tenaga tengah menahan diri agar tak menyerang Erina lagi. Satu kali sudah cukup untuk hari ini, Erik tak ingin membuat Erina takut padanya kalau melakukan anu-anu secara berlebihan. Namun, Erik tak bisa menjamin untuk ke depannya, apalah ia bisa menahan diri untuk tidak melakukan anu-anu lebih dari satu ronde?
Setelah mandi bersama, Erina langsung ke kamarnya untuk berpakaian. Di dalam kamar, berulang kali Erina mengumpat pada diri sendiri. Godaan Erik begitu besar, Erina tak bisa menahan diri kalau pria itu sudah menggodanya. Erina merasa kalau mungkin ia dan Erik saling membutuhkan, karena sejujurnya ia menginginkan Erik, mungkin sebesar pria itu menginginkannya.
"Er? Saya boleh masuk?"
Erina terkesiap kaget saat mendengar suara Erik dari balik pintu kamarnya. Ia bergegas menyelesaikan diri dalam berpakaian, kemudian membuka pintu kamarnya.
"Masuk aja," ujar Erina.
Erina menatap Erik sekilas. Masih ada perasaan canggung setelah berhubungan seksual, tetapi kecanggungan saat ini tak sebesar setelah melakukannya pertama kali. Erik pun tampak lebih santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me vs Mr. Detective (TAMAT)
Romance"MALING! ADA MAL--HMMPPP!" "Ssttt! Diam atau saya cium?!" Berawal dari kasus kematian janggal yang menimpa tetangga samping rumah, Erina (23 tahun) terlibat dengan seorang detektif swasta bernama Erik (33 tahun), pria yang aneh dan menyebalkan. Hubu...