Belum ada dua jam terpejam, Erina terbangun. Ia sudah lama tak tidur siang dan tak terbiasa, jadi sulit untuk tidur siang terlalu lama. Saat ia mendongak, Erik masih memeluknya, pria itu masih terpejam dengan deru napas teratur.
Tangan Erina terulur, mengelus helaian rambut hitam Erik. Di saat seperti ini ia teringat dengan cerita pria itu tentang masa lalunya. Ia merasa makin dekat dengan Erik karena pria itu sudah terbuka padanya. Dan entah perasaan apa ini, mungkin iba. Ia tak akan galak lagi pada Erik.
Erina merasa kasihan pada Erik. Entah bagaimana rasanya melihat teman sendiri mati di depan mata, kemudian membunuh orang karena terbawa emosi, bahkan sampai pernah dipenjara. Sungguh masa lalu yang rumit, kalau ia ada di posisi Erik juga mungkin akan mengalami mimpi buruk seperti pria itu selama bertahun-tahun.
“Udah puas lihatin muka saya?”
Erina tertegun saat mendengar suara Erik dilanjut senyum pria itu yang terukir di wajah saat kedua matanya masih tertutup. Perlahan, kedua mata Erik terbuka dan menatap tepat pada mata Erina.
“Saya nggak mimpi buruk, tadi tidur nyenyak. Kayaknya emang harus tidur sama kamu terus buat ke depannya,” ujar Erik.
Erina berdehem. “Baguslah kalau nggak mimpi buruk lagi, saya ikut senang dengarnya.”
Erik tersenyum lebar lantas membenamkan wajahnya di gunung kembar Erina.
“Empuk.”
Erina terbelalak dengan mata membulat sempurna. Malu, ia memukul pundak Erik.
“Minggir! Saya mau kerja!”
Dengan terpaksa, Erik melepaskan Erina dari pelukannya. Padahal ia ingin lebih lama membenamkan wajahnya dengan nyaman di belahan gunung kembar Erina.
Erik masih rebahan sambil menatap Erina yang mulai serius di meja kerjanya. Tak ingin mengganggu, Erik memutuskan keluar dari kamar Erina.
Ini masih siang, Erik pun pergi ke markas untuk membicarakan kelanjutan kasus Indri, meskipun saat ini ia merasa menemui titik buntu, bahkan setelah menggali ingatannya tentang pria yang menghajarnya. Hasilnya nihil, Erik masih belum ingat siapa sosok pria yang menghajarnya, dan saat ini sedang berusaha melacak keberadaannya.
Di luar, hujan sudah reda, tetapi jalanan masih basah. Erik mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada Erina kalau ia hendak pergi ke markas. Setelah mengirim pesan, Erik memasuki mobilnya dan melajukannya, pergi dari rumah Erina.
***
Suara alarm berbunyi bersahutan dari dua ponsel dengan nada dering yang berbeda. Erina dan Erik terbangun bersamaan karena kaget. Mereka refleks mengulurkan tangan ke atas nakas dan mematikan alarm di ponsel masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me vs Mr. Detective (TAMAT)
Romansa"MALING! ADA MAL--HMMPPP!" "Ssttt! Diam atau saya cium?!" Berawal dari kasus kematian janggal yang menimpa tetangga samping rumah, Erina (23 tahun) terlibat dengan seorang detektif swasta bernama Erik (33 tahun), pria yang aneh dan menyebalkan. Hubu...