“Mama nggak usah ngomong yang aneh-aneh. Erina jadi nggak nyaman tuh,” ucap Erik.
Mama Erik menatap Erina dengan sorot mengamati. Erina membalas dengan senyum canggung. Ah, apa mungkin Erina memang tak nyaman? Mama Erik awalnya mengira kalau Erik membawa perempuan yang akan menjadi menantunya, tetapi sepertinya mereka benar-benar hanya teman.
Saat Erik berpamitan untuk pulang karena sudah malam, Mama Erik pun terpaksa setuju karena merasa tak enak pada Erina. Wanita paruh baya itu mengantar sang anak dan Erina sampai ke depan rumah.
Mama Erik memeluk Erina sambil tersenyum sebagai salam perpisahan. Sejujurnya ia menyukai Erina, terlihat kalem dan baik, dari ceritanya terdengar seperti perempuan yang mandiri, sudah mencari uang sendiri sejak SMA dan sekarang punya rumah sendiri. Seandainya Erina hendak serius dengan Erik, ia akan sangat setuju.
“Kapan-kapan berkunjung lagi, ya.”
“Iya, Tan,” angguk Erina sebagai sopan santun.
Erik melajukan mobilnya. Ia menghela napas sesaat mengingat drama mamanya. Membuatnya malu pada Erina. Ditambah lagi mamanya banyak tanya.
“Maaf, ya. Mama saya terlalu cerewet, tadi banyak tanya ke kamu,” ucap Erik. Ia ingat mamanya bertanya macam-macam pada Erina, dari umur, pekerjaan, keluarga, dan hal lain.
“Nggak apa-apa, pertanyaannya masih bisa saya jawab.”
Setiap menemui lampu merah, Erik akan menatap Erina untuk memperhatikan raut wajah perempuan itu. Ia ingin memastikan apakah Erina marah atau tidak setelah diajak bertemu mamanya. Dan ternyata tidak, Erina tampak biasa saja.
Di rumah Erina, Ethan yang belum tidur langsung mengajak Erik bermain ML. Sedangkan Erina menyelesaikan pekerjaannya.
Suasana malam hari tak berbeda jauh seperti saat pagi hari. Erik dan Ethan kembali bermain game, suaranya berisik sampai Erina susah fokus dalam bekerja padahal ia sudah mengungsi ke dalam kamar dan menutup pintu rapat-rapat.
Selain tak fokus karena suara berisik dari dua orang yang sedang bermain ML, Erina juga tak fokus karena memikirkan pekerjaannya yang bisa terancam kapan saja karena semakin berkembangnya kecerdasan buatan alias AI. Sebab, kini cover bisa dihasilkan oleh AI.
Cukup lama Erina melamun sampai tak menyadari Erik dan Ethan sudah selesai bermain game.
“Lagi ngelamunin apa?”
Erina mengerjap kaget saat melihat Erik berdiri di sebelahnya. Sejak kapan?
“Soal kerjaan,” jawab Erina lalu meletakkan stylus pen di tangannya ke atas meja. Ia memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil meregangkan tubuhnya.
“Ada masalah?”
“Saya kan freelance cover design, tapi saya khawatir profesi ini terancam karena banyak yang pakai cover hasil AI.” Erina tak tahu mengapa ia menceritakan kerisauannya begitu saja pada Erik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me vs Mr. Detective (TAMAT)
Roman d'amour"MALING! ADA MAL--HMMPPP!" "Ssttt! Diam atau saya cium?!" Berawal dari kasus kematian janggal yang menimpa tetangga samping rumah, Erina (23 tahun) terlibat dengan seorang detektif swasta bernama Erik (33 tahun), pria yang aneh dan menyebalkan. Hubu...