Erik dan Deon berjalan saling mendekat lalu berbisik-bisik.
“Jangan bilang ini kasus yang lagi lo tangani?” tanya Deon.
“Iya. Dan lo yang ambil kasus ini?” Erik balas bertanya.
Deon mengangguk-angguk. Sungguh kebetulan yang tak terduga, tetapi ia senang karena bertemu dengan Erik.
Pembicaraan berlangsung lancar karena Erik dan Deon sudah saling mengenal. Deon mulai bertanya pada keluarga Indri, Erik, Dewi, dan Bimo mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan kasus kematian Indri.
Setelah itu, Deon pergi dan kembali bicara berdua dengan Erik.
“Gue nggak nyangka bakal ketemu lo,” ucap Deon. Ia tahu Erik seorang detektif swasta, tetapi tak tahu detail kasus apa saja yang sedang Erik tangani.
“Gue juga nggak nyangka lo polisi yang ambil kasus ini. Tapi nggak terlalu kaget sih,” ujar Erik. Lagi pula, pekerjaan Deon memang seperti ini, tidak seratus persen mengejutkan jika bertemu Deon.
“Lo udah ngelepas kasus ini?”
Erik mengangguk. “Klien gue yang minta langsung diserahin ke polisi karena udah fix ini kasus pembunuhan.”
“Kita perlu ngobrol lebih lanjut biar kasus ini cepat selesai. Lo ada waktu kapan?”
“Gue hari ini bisa kapan aja. Temui gue di rumah Erina.”
Mendengar nama cewek itu, Deon langsung tersenyum penuh arti pada Erik. “Hubungan lo udah sejauh apa sama cewek itu? Pasti ngulangi lagi yang nyaris nyoblos dia.”
“E-enggaklah!” sangkal Erik. Kenyataannya, ia bukan mengulang nyaris menyoblos Erina, tetapi sudah benar-benar menyoblos lebih dari sekali. “Lo pikir gue cowok apaan?!”
Erik berdehem, tidak berani bicara jujur. Sebab, kalau Deon sampai tahu bisa saja mengadu pada Mama Erik. Nanti akan berbuntut panjang, tamatlah riwayat Erik karena mencoblos anak gadis orang.
“Santai dong, gue cuma nanya,” kata Deon sambil melirik Erik. Namun, ia curiga ada sesuatu yang terjadi di antara Erik dan Erina karena Erik terlihat gugup saat menjawab pertanyaannya.
“Gue balik dulu, kalau ada yang mau diomongin langsung temui gue di rumah Erina.”
Erik berpamitan dengan tergesa, pergi dari hadapan Deon.
***
Malam harinya, Erik baru saja selesai makan malam bersama Erina. Erik bersikap seperti biasa, ia tidak rela mengungkit soal perpisahan dan ingin menikmati waktu bersama Erina lebih lama. Namun, alasan apa yang harus digunakan agar bisa tetap tinggal di rumah Erina? Erik bingung.
“Er, teman saya kayaknya mau berkunjung hari ini,” beri tahu Erik.
“Oke.”
Erina merespon singkat sambil menonton televisi. Erik duduk di sebelah Erina, turut menonton televisi, tetapi lebih banyak curi-curi pandang ke arah Erina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me vs Mr. Detective (TAMAT)
Romantizm"MALING! ADA MAL--HMMPPP!" "Ssttt! Diam atau saya cium?!" Berawal dari kasus kematian janggal yang menimpa tetangga samping rumah, Erina (23 tahun) terlibat dengan seorang detektif swasta bernama Erik (33 tahun), pria yang aneh dan menyebalkan. Hubu...