Warning! Mengandung konten dewasa! Read with caution.
"Kalian ngomongin apa di luar?! Sini masuk!" teriak Erik.
Pras dan Deon tak kunjung kembali masuk ke dalam rumah Erina. Entah apa yang mereka bicarakan begitu lama dengan raut serius. Sesekali Erik melihat mereka yang curi-curi pandang ke arahnya seperti sedang bergosip tentangnya.
"Temannya Mas Erik ngomongin kasus Bu Indri, ya? Mereka kelihatan serius banget," ucap Erina.
"Kayaknya enggak. Mungkin mereka lagi ngomongin saya, soalnya sambil ngelirik saya," jawab Erik.
Erina yang penasaran menatap ke luar. Ternyata benar, ia memergoki teman Erik yang bernama Deon menoleh ke arahnya dan Erik. Apa mungkin bukan hanya Erik yang sedang dibicarakan, tetapi ia juga?
Hening. Erina memperhatikan Erik yang tengah makan camilan sambil bermain ponsel. Mungkinkah di sini hanya ia yang merasa sedih jika berpisah dengan Erik? Sepertinya pria itu biasa saja, bahkan sekarang tampak santai.
"Mas Erik beneran mau pergi dari rumah saya?" tanya Erina. Wajahnya dibuat datar, tetapi sorot matanya yang memancarkan kesedihan tampak jelas.
Erik mendongak. Ia tertegun mendengar pertanyaan Erina. Apa mungkin Erina juga merasa sedih sepertinya karena hendak berpisah?
"Iya," angguk Erik dengan berat hati. "Saya nggak ada keperluan lagi di sini."
Erina menunduk sambil menatap jari-jari kakinya. Ia merasakan sesak di dada dan matanya juga memanas. Pandangannya memburam. Astaga, ia tak akan menangis 'kan? Bukankah perpisahan dengan seorang kenalan adalah hal yang biasa?
"Kenapa kamu tanya begitu? Senang ya mau pisah sama saya? Jadi nggak ada yang ganggu lagi," tanya Erik dengan nada bergurau.
"Apa saya kelihatan senang mau pisah sama Mas Erik?" tanya Erina balik. Ia mendongak dan menatap Erik dengan mata berkaca-kaca.
Erik yang melihat itu sontak tertegun. "E-eh, nggak sih."
Erik mengusap tengkuknya. Ia bingung harus bicara apa lagi. Bagaimana cara yang baik untuk berpamitan dengan Erina?
"Mungkin saya pergi besok, hari ini kemas-kemas dulu," ucap Erik.
Ucapan Erik malah makin membuat air mata menggenang di pelupuk mata Erina. Tanpa menanggapi, Erina beranjak berdiri lalu berjalan cepat pergi dari ruang tamu.
Melihat itu, Erik menghela napas lalu mengacak rambutnya. Ia bingung, apa yang harus dilakukan? Mungkin ini salahnya karena terlalu dekat dengan Erina, akhirnya ada kesedihan dalam perpisahan. Seharusnya sejak awal bertemu, ia menjaga jarak, bukan malah sedekat ini dengan Erina sampai pernah menyatukan tubuh.
"Erina di mana, Rik?" tanya Deon yang baru kembali bersama Pras, mereka lalu duduk bersebelahan.
"Pergi ke belakang kayaknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Me vs Mr. Detective (TAMAT)
Romance"MALING! ADA MAL--HMMPPP!" "Ssttt! Diam atau saya cium?!" Berawal dari kasus kematian janggal yang menimpa tetangga samping rumah, Erina (23 tahun) terlibat dengan seorang detektif swasta bernama Erik (33 tahun), pria yang aneh dan menyebalkan. Hubu...