Erina sendirian di rumah siang ini. Padahal tadi pagi amat berisik dengan adanya Ethan dan Erik, namun dalam waktu singkat suasana berubah sunyi.
Ethan pergi ke kampus, sedangkan Erik pergi untuk urusan pekerjaan entah ke mana-tak menjelaskan lengkapnya pada Erina. Tinggallah Erina seorang diri di rumah.
Erina terdiam menatap laptopnya yang menampilkan sebuah film. Di film itu, tokoh utama pria dan tokoh utama wanita tak berakhir bersama, namun malah diakhiri dengan perpisahan. Erina mulai memikirkan nasibnya, apakah ia juga akan mengalami perpisahan seperti itu suatu saat nanti dengan Erik?
Erina menatap ke arah luar rumahnya melalui jendela. Sepertinya mulai sekarang, ia harus mempersiapkan diri untuk berpisah dengan Erik, tak lagi menangis seperti sebelumnya.
Kalau boleh jujur, Erina kesepian. Suasana sunyi memang Erina sukai, karena itulah ia tak punya teman dekat karena tak ingin mereka sering berkunjung dan membuat suasana rumahnya ramai. Namun, sejak kedatangan Erik, ia lambat laun merasa nyaman padahal pria itu berisik. Erina tahu kalau ia akan merasa kehilangan jika Erik pergi dan rumahnya sunyi kembali.
Sepertinya agar tak merasa kesepian, Erina akan mulai mencari teman dekat. Ataukah ia suruh Ethan menginap di sini untuk seterusnya? Namun, ia sebal pada sang adik.
Erina bingung. Ia memasuki kamarnya dan duduk di meja kerja, lebih baik bekerja.
***
"Serius, Bang?!"
Ethan memekik kaget dengan raut senang. Pasalnya ia baru saja mendengar Erik bicara kalau katanya pria itu hendak mentraktirnya makan malam bersama Erina.
"Iya. Sana kalian siap-siap," suruh Erik.
Ethan melesat masuk ke dalam kamar dengan kecepatan super. Lelaki itu tampak amat antusias akan keluar untuk makan bersama malam ini. Berbeda dengan Erina yang hanya diam di tempat.
"Mas Erik serius? Nggak usah repot-repot, atau entar saya bayar sendiri aja."
"Beneran saya yang traktir. Sekali-kali nggak masalah," kata Erik.
Selama tinggal bersama Erina, belum pernah Erik mengajak Erina makan di luar bersama. Sebenarnya ia terpikirkan sejak kemarin, tetapi malu untuk mengutarakannya apalagi jika hanya makan berdua. Jadi, mumpung malam ini ada Ethan, ia pun berani mengajak Erina makan malam di luar bersama Ethan.
"Ayo, Bang! Kita berangkat!" ajak Ethan yang sudah rapi.
Erik mengangguk. Ia berjalan keluar rumah lebih dulu bersama Ethan, menunggu Erina di teras rumah. Tak lama, Erina menyusul. Mereka bertiga masuk ke dalam mobil Erik.
Dalam perjalanan menuju tempat makan malam yang berada di suatu restoran, Ethan yang cerewet tak berhenti mengoceh, Erik yang juga suka bicara pun menanggapi perkataan Ethan dengan antusias. Sedangkan Erina hanya duduk diam di belakang sambil menatap jalanan, ia tak terlalu memperhatikan percakapan adiknya dan Erik di depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me vs Mr. Detective (TAMAT)
Romance"MALING! ADA MAL--HMMPPP!" "Ssttt! Diam atau saya cium?!" Berawal dari kasus kematian janggal yang menimpa tetangga samping rumah, Erina (23 tahun) terlibat dengan seorang detektif swasta bernama Erik (33 tahun), pria yang aneh dan menyebalkan. Hubu...