Setelah satu bulan lamanya tak bertemu dengan Erina secara langsung—kecuali menguntit dari luar rumah Erina beberapa kali—Erik sungguh merindukan Erina. Erik sampai tidak fokus bekerja dan menyerahkan pekerjaannya pada rekan yang lain, tidak mengambil kasus apa pun.
Erik bingung. Ia ingin bersama Erina, tetapi ia sadar bukan siapa-siapa bagi Erina. Ia bahkan tak yakin perasaan apa yang dimiliki pada Erina. Kalaupun ia menyadari sesuatu terkait apa yang dirasakan, semuanya sudah terlambat bukan? Erina belum tentu merasakan hal yang sama, belum lagi masalah Hendra yang tak menyukainya.
“Masih mikirin Erina?”
Erik yang sedang duduk diam di depan televisi pun menoleh, menatap Deon yang duduk di sebelahnya, baru beberapa menit yang lalu tiba di dalam unit apartemennya. Ia tak menyuruh Deon ke sini, tetapi sahabatnya itu yang datang sendiri.
“Hm,” angguk Erik, menjawab dengan jujur.
“Udahlah, Rik. Dibikin simpel aja. Lo nikahin Erina, kalian tinggal bareng tiap hari, nggak ada drama kangen-kangenan. Beres kan?”
“Lo pikir segampang itu?!” seru Erik. “Dan gue nggak mau nikah tanpa cinta. Gue mau nikah sama orang yang gue cintai dan dia juga cinta sama gue.”
“Lo udah cinta sama Erina kan? Dan gue yakin Erina juga cinta sama lo.”
Erik terdiam mendengar ucapan Deon, pria itu terlihat tengah berpikir mendalam.
Menyadari sesuatu, Deon terbelalak. “Rik! Jangan bilang lo … belum sadar sama perasaan sendiri?”
“Maksud lo?”
“Lo nggak yakin kalau udah jatuh cinta sama Erina?”
Erik menggaruk rambutnya. “Gue nggak tahu.”
“Si goblok emang!” seru Deon, mendadak kesal. “Lo nggak peka sama perasaan sendiri. Coba lo pikir, apa perasaan yang lo punya ke Erina?”
“Gue nggak tahu, terlalu rumit.”
Deon menghela napas. “Lo kangen sama dia, ngerasa kurang kalau nggak ada dia, pengin melindungi dia, nyaman sama dia, nggak bisa berhenti kepikiran tentang dia, dan terkadang jantung lo berdebar banget kalau lagi sama dia bahkan sampai salah tingkah. Pernah kayak gitu ke Erina nggak?”
“Pernah sih. Tapi cinta nggak sesimpel itu kan?”
“Terus menurut lo, cinta itu gimana? Harus yang kayak gimana biar bisa disebut lo jatuh cinta ke Erina?”
“Uhm … nggak tahu,” jawab Erik.
Deon mendengkus. “Ngeselin lama-lama ngobrol sama lo.”
“Lah, kok marah?” heran Erik saat melihat Deon seperti marah padanya.
“Kalau gitu, coba lo pikir jatuh cinta harusnya kayak gimana? Tapi jangan mikir kelamaan, entar keburu gajah bertelor,” ujar Deon yang sudah terlampau kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me vs Mr. Detective (TAMAT)
Romantiek"MALING! ADA MAL--HMMPPP!" "Ssttt! Diam atau saya cium?!" Berawal dari kasus kematian janggal yang menimpa tetangga samping rumah, Erina (23 tahun) terlibat dengan seorang detektif swasta bernama Erik (33 tahun), pria yang aneh dan menyebalkan. Hubu...