"MALING! ADA MAL--HMMPPP!"
"Ssttt! Diam atau saya cium?!"
Berawal dari kasus kematian janggal yang menimpa tetangga samping rumah, Erina (23 tahun) terlibat dengan seorang detektif swasta bernama Erik (33 tahun), pria yang aneh dan menyebalkan.
Hubu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Kenapa?” tanya Erik.
Erina tak menjawab, melainkan bergegas mengemas barang-barangnya di rumah Erik, kemudian berganti pakaian dengan pakaiannya yang kemarin. Ia harus pulang sekarang, sepertinya Ethan dalam masalah karena dirinya.
Kemarin awalnya Erina hendak menemui Erik sejenak untuk sekadar menyatakan perasaannya, namun tak disangka malah berakhir dengan uh ah uh ah sampai menginap. Parahnya, Erina lupa tidak memberi tahu Ethan, bahkan tidak teringat soal Ethan dan Hendra ketika hanya sibuk bermesraan dengan Erik.
“Aku harus pulang sekarang, Mas,” ucap Erina.
Erik penasaran dan ingin bertanya, tetapi Erina tampak terburu-buru bahkan berjalan tergesa ke arah pintu unit apartemennya.
“Aku antar, Er,” ujar Erik sambil mengekori Erina.
Mereka tiba di depan pintu unit apartemen Erik, berdiri berhadapan.
“Nggak usah, Mas. Entar ketahuan kakek. Aku bisa pesen ojek online aja.”
Erik menatap Erina dengan raut sedih, padahal ia masih ingin bersama Erina lebih lama. Ia menatap Erina yang berjalan tergesa menuju lift.
Namun, tiba-tiba Erina berhenti melangkah lalu memutar tubuh ke arah Erik. Erina berjalan kembali menghampiri Erik dengan langkah cepat. Erik terdiam di tempat sambil mengangkat alis, menatap bingung Erina.
Tiba tepat di hadapan Erik, Erina menarik baju Erik agar Erik menunduk, kemudian berjinjit untuk mengecup bibir Erik.
“Hadiah dari aku. Bye!”
Erina tersenyum dan melambai, menyudahi kecupan singkatnya, kemudian berlari-lari kecil menuju lift.
Sementara itu, diberi kecupan singkat di bibir oleh Erina berhasil membuat Erik terdiam kaku bak patung. Erik menatap kepergian Erina, kemudian mengangkat tangannya dan menempelkan ke dadanya yang jedag-jedug tak keruan seperti sedang berdisko di dalam sana.
Saat sudah tersadar sepenuhnya, Erik mengusap wajahnya yang terasa panas, mendadak salah tingkah, kemudian senyum-senyum sendiri.
“Erina … gue suka banget. Gimana dong?” gumam Erik yang tak berhenti tersenyum.
***
Erina tiba di depan rumah, turun dari atas ojek online. Sebelum masuk ke dalam gerbang rumahnya, ia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya.
Dadanya berdebar begitu cepat dan telapak tangannya mengeluarkan keringat dingin. Ia yakin Hendra menunggu dengan raut marah di dalam sana. Astaga, apa yang harus ia lakukan? Ia bahkan belum menyusun kebohongan apa yang hendak diucapkan karena tidak pulang ke rumah.
Membuka pintu rumah. Benar saja, Hendra sudah menunggu di dalam, tetapi tidak terlihat marah, melainkan memasang raut penuh tanya. Di sebelah Hendra ada Ethan yang mempelototi Erina. Ah, ia yakin adiknya marah, ia tidak memberi tahu Ethan kalau hendak menginap di tempat Erik, pasti Ethan kebingungan mencari alasan agar ia tak ketahuan.