Happy Reading 🖤
-
Weekend adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh semua orang, termasuk sepasang suami istri yang masih setia bergelung di bawah selimut meskipun matahari hampir berada di atas kepala.
Jam digital di nakas menunjukkan hampir pukul 10 pagi.
"Ra.."
"Udah siang..."
Sudah menjadi kebiasaan bahwa Naren lah yang bangun lebih dulu. Bahkan tanpa alarm. Instingnya lah yang memberitahu kalau hari ini sudah pagi.
"Bangun..."
Dengan suara lembut kayak gitu gimana Meira bisa cepat bangun Ren?
Tangannya terulur untuk menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah Meira.
"Lo gak laper apa?"
Meira sudah mulai menggeliat pelan. Meskipun insting tidak bisa membangunkannya, akan tetapi suara lembut Naren dan usapan di wajahnya mampu membuatnya terbangun.
Meira mengerjapkan matanya.
"Udah pagi?" Tanya Meira.
Naren mengangguk. "Udah hampir siang sih sebenarnya."
"Sorry banget, sarapan lo jadi telat lagi."
"Santai aja kali. Gue gak bakal mati cuman karena telat sarapan doang."
"Jangan ngomong kayak gitu terus." Ujar Meira.
Sudah beberapa kali Naren mengatakan hal seperti itu ketika Meira melakukan kesalahan yang menyangkut tentang kesehatannya.
Minta maaf karena gak bikinin sarapan.
Minta maaf karena telat sarapan.
Minta maaf karena makan pakai fast food.
Minta maaf karena lupa ingetin buat minum obat.
Dan lainnya.
Naren selalu bilang, 'gue gak bakal mati'.
"Gue gak suka dengernya." Lanjut Meira. Gadis itu kemudian bangun dari tidurnya.
"Gue mau cuci muka dulu. Habis itu baru bikin sarapan." Ucapnya sambil sesekali mengucek matanya. Kemudian Meira bangun dan beranjak ke kamar mandi.
Naren merasa salah tingkah akan ucapan Meira tadi. Rasanya seperti terbang di atas awan. Tanpa sadar bibirnya memunculkan senyum tipis.
-
Dengan menggunakan hot pants dan kaos over size, Meira berkutat di dapur, mencuci ayam karena yang dijumpai di lemari pendingin hanya itu saja.
Sesekali dirinya menghela napas. Sepertinya, pekerjaan rumah tangga akan menghajarnya habis-habisan setelah ini. Keluar dari kamar saja sudah melihat ruang tengah yang masih berserakan, mengingat semalam setelah makan mereka langsung tidur.
Belum lagi cucian yang sudah hampir seminggu numpuk karena tidak pernah dicuci.
Masak, cuci piring, nyapu, ngepel, belanja dan sebagainya.
Dia jadi semakin sadar kalau dirinya bukanlah seorang gadis bebas yang bisa melakukan segalanya dengan kebebasan. Walaupun sekarang dia tetap bebas melakukan apapun, tapi pekerjaan rumah seperti ini tidak bisa ia hindari lagi.
"Gue bisa ngapain?" Tanya Naren. Cowok itu berinisiatif untuk membantu. Walaupun dia gak bisa masak sih.
"Masak nasinya tuh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
NARENDRA, SPOILED HUSBAND (END)
Teen Fiction"Gue boleh cium lo nggak?" -Narendra Fabian Atharaksa - "Putus?" "Kamu bercanda kan?" "Ini pasti hari ulang tahun aku..." "Nggak-nggak! Ini pasti hari anniversary kita. Kamu mau surprise-in aku kan?" "Maaf, tapi aku serius. Aku mau kita putus." ...