Happy Reading 🖤
-
Terhitung sudah hari ketiga Naren dan Meira menginap di rumah papi dan mami. Sekalian menemani mami karena mbak Nah -asisten rumah tangga rumah ini- sedang pulang karena anaknya yang dikabarkan sedang di rawat di rumah sakit.
Sebenarnya masih ada 2 asisten rumah tangga lain yang masing-masing bertugas mengurus laundry dan membersihkan rumah secara keseluruhan. Akan tetapi 2 asisten rumah tangga itu hanya bekerja sampai pekerjaannya selesai, kemudian pulang. Begitu juga dengan seorang tukang kebun dan 4 satpam yang bekerja 24 jam, namun sesuai sift.
Mami bisa saja pergi ke kantor untuk membunuh rasa kesepiannya. Akan tetapi, akhir-akhir ini setelah pulang dari Los Angeles, mami jadi sering merasa kelelahan dan pegal-pegal. Apalagi punggungnya yang kerap sakit ketika duduk terlalu lama. Biasalah, mungkin faktor usia.
Seperti saat ini, mami berjalan agak terhuyung dari lantai dua kamarnya menuju dapur di lantai satu. Di tangannya terdapat sebuah botol obat yang ia genggam dengan erat.
Sesampainya di dapur, mami menuangkan air di gelas yang ada di meja. Kemudian duduk dan meminum obat itu, disusul dengan air putih yang membantu obat itu tertelan.
"Mami!"
Wanita itu agak sedikit terkejut ketika mendengar sebuah suara. Seingatnya tidak ada orang lain di rumah ini. Papi dan Naren pergi ke kantor. Sedangkan menantunya, pamit pergi ke kampus beberapa waktu yang lalu.
Ternyata Meira. Menantunya itu berdiri di ambang pintu dapur dengan tas selempang berwarna lilac yang senada dengan bajunya.
"Kenapa pulang lagi, Meira?" Tanya mami.
Mejra berjalan menghampiri mami. Menghiraukan pertanyaan mami sebelumnya. "Mami kenapa?"
"Mami nggak kenapa-napa. Cuman lagi minum vitamin aja." Jawab mami.
Meira meraih botol obat yang tergeletak di atas meja. Membaca tulisannya dan mengetahui kalau obat itu adalah...
"Obat tambah darah?" Tanya Meira dengan alis berkerut.
"Mami sakit? Kurang darah? Anemia? Atau..."
Mata Meira membulat. "Thalasemia?"
Mami tersenyum, berharap senyumannya tidak menambah rasa kepanikan di pikiran menantunya ini.
"Sini duduk dulu." Suruh mami, menepuk kursi di sampingnya.
Meira duduk dengan perlahan, melupakan sejenak keperluannya untuk pulang ke rumah.
"Iya! Mami punya thalasemia." Ujar mami dan berhasil membuat Mejra terkejut.
"Papi juga!" Lanjutnya yang menambah keterkejutan Meira.
"Tapi kamu tenang aja Meira. Kami berdua hanya penderita thalasemia minor. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Mami cuman minum tablet tambah darah secara rutin kayak apa yang dokter sarankan. Anggap saja seperti anemia." Jelas mami singkat.
"Mami yakin?"
"100% yakin. Mami nggak perlu transfusi darah, operasi transplantasi dan pengobatan lainnya kayak Naren. Kami sehat. Cuman mami udah tua. Sering pusing kalau lagi kecapekan. Kamu tenang aja ya."
Meira menghela napas pelan. Sedikit lega mendengar penjelasan dari mami.
"Thalasemia adalah penyakit keturunan. Jadi jangan heran jika papi ataupun mami menderita. Opa dan oma Naren juga menderita. Kemungkinan anak kalian juga akan menderita. Cuman kami menderita jenis thalasemia yang berbeda."
KAMU SEDANG MEMBACA
NARENDRA, SPOILED HUSBAND (END)
Fiksi Remaja"Gue boleh cium lo nggak?" -Narendra Fabian Atharaksa - "Putus?" "Kamu bercanda kan?" "Ini pasti hari ulang tahun aku..." "Nggak-nggak! Ini pasti hari anniversary kita. Kamu mau surprise-in aku kan?" "Maaf, tapi aku serius. Aku mau kita putus." ...