Happy Reading🖤
-
Ellen.
Bayi kecil ini begitu cantik dan menggemaskan. Ketika dilihat dengan lebih seksama, Ellen lebih mirip ibunya dibandingkan dengan ayahnya.
Meira sedang berada di rumah sakit. Dia duduk di sebuah sofa di dalam ruang rawat inap dengan membawa Ellen digendongannya. Bayi itu baru saja selesai minum susu dan sekarang sudah tetidur dengan tenang.
Tangan Meira menepuk-nepuk Ellen dengan pelan, memastikan bayi itu tidur dengan nyenyak. Matanya memperhatikan seorang wanita yang terbujur di brankar rumah sakit.
Leukimia.
Itu yang ia ketahui setelah membaca apa yang mami berikan beberapa hari yang lalu.
Kalau boleh jujur, masih ada rasa khawatir. Meskipun itu muncul dari lubuk hatinya yang paling dalam. Bagaimana pun juga mereka tetaplah seorang ibu dan anak.
Ceklek!
Meira menoleh ke arah pintu masuk dan mendapati suaminya yang datang dengan menggandeng Leo di tangannya. Mereka baru saja kembali dari kantin rumah sakit untuk menemani Leo makan malam.
Pasangan suami istri itu mengambil alih tanggung jawab untuk menjaga Leo dan juga Ellen. Lidya tidak punya kerabat dan mereka tidak tahu menahu tentang Gerald.
Gerald, sekarang pria itu sedang berada di Singapura untuk urusan pekerjaan. Itulah yang dikatakan Leo ketika ditanya di mana ayahnya berada. Gerald sudah diberitahu kalau istrinya dirawat di rumah sakit dan pria itu sedang dalam perjalanan udara untuk kembali ke kota ini.
Naren duduk di sampingnya sedangkan Leo mendekati ibunya dan duduk di sana. Anak kecil itu tampak sedih.
"Dia mirip kamu. Tapi versi bule." Celetuk Naren.
Naren tidak salah. Lebih tepatnya Meira dan Ellen sama-sama mirip dengan Lidya.
"Tadi dia nangis." Ujar Meira.
"Dan nggak mau minum susu."
"Ternyata dia pup."
"Terus aku gantiin popoknya sambil lihat tutorial di internet."
Naren hanya tersenyum mendengar cerita istrinya. Tangannya terangkat untuk mengelus pipi istrinya dengan sayang. Wajah itu sangat cantik meskipun dalam keadaan bare face karena tadi tidak sempat siap-siap.
"Kayaknya aku harus banyak belajar."
"Buat jadi calon ibu yang baik."
Naren membawa Meira ke pelukannya. "Aku juga bakal banyak belajar." Ucapnya sambil mengelus rambut panjang Meira.
"Apa dia bakal baik-baik aja?" Tanya Meira, merujuk kepada kondisi Lidya di sana.
Naren menoleh ke arah di mana Lidya terbaring. Disampingnya ada Leo yang juga ikut berbaring sambil memeluk ibunya.
"Ibu pasti bakal baik-baik aja." Jawab Naren yakin.
"Maaf." Gumam Meira.
"Hei kenapa minta maaf?"
"Kamu punya istri yang latar belakang keluarganya nggak baik. Kalian keluarga terhormat. Seharusnya menantu keluarga Atharaksa adalah perempuan dari keluarga yang terhormat juga."
"Sst! Nggak boleh ngomong kayak gitu."
"Gimana kalau teman-teman papi sama mami tahu. Nama mereka pasti bakal rusak."
"Nggak ada nama yang bakal rusak!"
Meira terdiam.
"Papi sama mami sayang sama kamu apapun latar belakang kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
NARENDRA, SPOILED HUSBAND (END)
Teen Fiction"Gue boleh cium lo nggak?" -Narendra Fabian Atharaksa - "Putus?" "Kamu bercanda kan?" "Ini pasti hari ulang tahun aku..." "Nggak-nggak! Ini pasti hari anniversary kita. Kamu mau surprise-in aku kan?" "Maaf, tapi aku serius. Aku mau kita putus." ...