Happy Reading 🖤
-
Meira mulai berpikiran yang tidak tidak. Dia yakin pelayan itu sengaja melakukan ini dan entah siapa yang menyuruhnya melakukaan ini. Entah siapa pula yang ingin menjebaknya dan berbuat jahat kepadanya seperti ini.
Mencium ada sesuatu yang tidak beres, tidak perlu berlama-lama lagi, dia mengambil tas selempangnya kemudian bangkit dan hendak berjalan pergi. Dia tidak peduli bagaimana pertemuannya dengan seseorang bernama Ayu itu. Dia harus pulang sekarang karena alarm di otaknya menunjukkan tanda-tanda bahaya.
Di tengah aktivitasnya memasukkan barangnya ke dalam tas, Meira dikejutkan dengan sebuah tangan yang menyentuh bahunya. Tubuhnya membeku.
Apa orang yang berniat menjebaknya menyadari kalau dirinya akan pergi? Tanyanya dalam hati.
Sampai pada akhirnya ia disadarkan oleh suara milik orang itu.
"Meiraaa!!" Ujarnya dengan frustasi. Lebih ke ujaran lega karena berhasil menemukan Meira dalam keadaan baik-baik saja.
Tubuhnya dipeluk oleh orang itu dan Meira tahu kalau orang itu adalah Naren, suaminya sendiri. Kemudian Meira membalas pelukan Naren dengan menghela nafas lega.
Meira mengurai pelukan itu.
"Ren, kita nggak boleh lama-lama ada di sini. Kita harus pergi. Kita-"
"Ayo kita pergi!" Ujar Naren sambil menarik tangan Meira dan membawanya keluar dari tempat itu. Keluar dari sini lebih penting,. Apa yang terjadi bisa dibicarakan nanti.
-
Brian berjalan dengan santai sambil memutar-mutar kunci di jari telunjuknya. Bibirnya sesekali bersiul.
Lumayan, nggak usah susah-susah cari teman tidur, udah ada yang nawarin, batinnya senang.
Sesampainya di depan kamar bernomor 12, Brian memasukkan kuncinya ke lubang kunci, memutarnya dua kali kemudian membuka gagang pintu dengan perlahan.
Brian menyeringai. Sudah terbayang di kepalanya, seorang perempuan mabuk yang menyambutnya di atas ranjang. Sungguh senang sekali.
Brian masuk tanpa menutup pintu kembali. Hal ini dikarenakan dia bingung sekaligus terkejut. Tidak ada seorang pun di atas ranjang. Bahkan seprai putih itu pun masih terlihat rapi.
Dilihatnya kamar mandi yang terletak tidak jauh dari pintu masuk, tapi nihil tidak ada seorang pun di sana. Kemudian mata Brian teralihkan ke pintu balkon yang terletak di sisi lain pintu masuk.
Brian berjalan ke arah balkon. Pintunya juga masih terkunci. Tidak ada seorangpun di sini.
Cowok itu berjalan tergesa sambil membuka ponselnya untuk menelepon seseorang.
"Hal-"
"Jangan coba-coba lo permainin gue, Callista!"
"Permainin gimana maksud lo?"
"Cewek itu nggak ada di kamar nomor 12."
"Maksudnya?"
"Lo bohongin gue. Nggak ada orang di kamar nomor 12. Nggak ada cewek satupun di kamar ini."
"Tapi anak buah gue-"
"Gue nggak mau tahu, datengin cewek itu ke sini sekarang juga atau balikin uang gue dua kali lipat karena lo udah main-main sama gue."
"Tap-"
Tut!
Brian mematikan teleponnya secara sepihak.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARENDRA, SPOILED HUSBAND (END)
Teen Fiction"Gue boleh cium lo nggak?" -Narendra Fabian Atharaksa - "Putus?" "Kamu bercanda kan?" "Ini pasti hari ulang tahun aku..." "Nggak-nggak! Ini pasti hari anniversary kita. Kamu mau surprise-in aku kan?" "Maaf, tapi aku serius. Aku mau kita putus." ...