20. Sick Boy

18.6K 720 6
                                    

Happy Reading 🖤

-

Meira terbangun karena merasa ada yang menganggu tidurnya. Entah darimana asalnya, tiba-tiba dia merasakan hawa panas di sekitar tubuhnya.

Mata lentiknya terbuka. Lampu tidur yang dibiarkan menyala membuat kamar tampak terlihat remang-remang. Lengannya terasa kaku dan menyadari bahwa ada seseorang yang tidur sambil memeluknya.

Meira menyingkirkan tangan Naren yang berada di atas perutnya. Mereka memang sepakat tidur di ranjang yang sama, tanpa aturan pemisahan dengan guling sebagai perantara.

Toh mereka sudah beberapa kali berciuman. Saling memeluk tidak masalah kan?

Meira sadar bahwa hawa panas itu berasal dari Naren. Tangannya terangkat untuk menyentuh dahi Naren dengan telapak tangannya. Terasa panas sekali.

Bangkit dari tidurnya dan menghidupkan lampu kamar. Matanya melirik jam digital yang menunjukkan pukul 04.00, kemudian mengecek kembali suhu tubuh Naren dan ternyata benar. Naren demam.

"Naren!" Panggilnya pelan.

Sang empu hanya melenguh pelan.

"Lo demam." Ucap Meira.

Sedikit demi sedikit mata Naren mulai terbuka. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah istri cantiknya yang menampilkan raut wajah sedikit khawatir.

"Kepala gue pusing banget Ra." Ucap Naren dengan tangan yang memegang kepalanya.

"Kan udah gue bilangin. Habis dari mall langsung istirahat. Bukannya malah netflix-an sampai tengah malam. Gini kan jadinya. Udah seharian capek malah tidurnya tengah malam." Omel Meira.

Naren terkekeh pelan. "Jangan ngomel mulu~" Rengeknya.

"Kita ke rumah sakit ya?"

"Gak usah! Gue cuman demam doang kok." Jawab Naren.

Meira tau Naren hanya demam. Tapi mengingat tubuh Naren yang tidak seperti manusia pada umumnya, bisa saja ini demam yang tidak biasa.

"Gue harus apa dong? Gue tanya mami kali ya."

Baru saja ingin meraih ponselnya, pergerakannya dihentikan oleh Naren.

"Jangan! Nanti mami khawatir." Ujar Naren.

"Lo temenin gue tidur aja." Lanjutnya.

"Bentar bentar."

Meira bangkit dari posisinya dan mengambil sesuatu di laci nakas. Tangannya mengeluarkan sebuah plester kompres dari kotak obat.

"Sini! Pakai ini dulu."

Dengan telaten, Meira menempelkan plester kompres itu ke dahi Naren.

"Eumm makasih!" Ucap Naren.

Naren jadi lebih lucu tau. Bener-bener kayak cowok manja. Mana Naren si cowok cool yang kemarin?!

"Sekarang tidur lagi. Nanti kalau udah agak siangan, gue bikinin lo sarapan terus minum obat." Ujar Meira sambil membenahi posisinya. Kembali tiduran di samping Naren dan langsung disambut pelukan dari suaminya itu.

Bukan pelukan sih. Lebih tepatnya tindihan. Tangan Naren yang menindih perut Meira dan kepalanya yang ditempelkan ke bahu Meira.

"Gue kelupaan sesuatu deh." Ucap Naren pelan.

"Hm?"

"Kayaknya jadwal gue buat transfusi darah udah kelewat 5 hari." Ucap Naren dengan mata yang terpejam, takut mendapatkan amukan dari istrinya.

NARENDRA, SPOILED HUSBAND (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang