Happy Reading 🖤
-
Bulan malam kembali menampakkan wujudnya. Sebagai pertanda hari telah usai dan sudah saatnya berhenti beraktivitas.
Meira meletakkan baju ganti untuk suaminya di sebuah sofa bundar di tengah-tengah walk in closet. Setelahnya wanita itu keluar dari sana dan berjalan menuju meja rias sambil menyepol rambut panjangnya ke atas. Di depan kaca meja rias, tangannya dengan lihai mengaplikasikan tahap demi tahap skincare malam di wajahnya.
Naren sudah keluar dari walk in closet dengan mengenakan kaos santai yang sudah istrinya siapkan sebelumnya. Cowok yang rambutnya masih basah itu menghampiri Meira dan memeluknya dari belakang.
Dagunya ia letakkan di bahu Meira. Tangannya ia gunakan untuk memeluk perut Meira. Matanya terpejam.
"Ngantuk! Pengen langsung tidur." Gumamnya.
Meira memperhatikan wajah suaminya dari pantulan cermin. Tangannya terangkat untuk mengelus pipi Naren dengan lembut.
"Rambutnya masih basah." Ucap Meira.
"Humm... "
"Sini aku keringin!"
Dengan terpaksa Naren melepaskan pelukannya. Meira lalu mengarahkannya untuk duduk di kursi meja rias yang ia duduki tadi. Setelah menghubungkan hair dryer dengan aliran listrik, Meira bersiap mengeringkan rambut suaminya dengan posisi berdiri di antara kedua kaki Naren. Tak lupa tangan Naren yang senantiasa berada di pinggangnya.
"Gimana hari ini?" Tanya Meira sambil fokus dengan hari dryer dan rambut basah suaminya.
"Aku baru sadar kalau pekerjaan papi ternyata seberat itu."
Meira diam mendengarkan sambil fokus dengan rambut Naren.
"Papi udah berumur dan udah waktunya pensiun. Tapi aku masih belum punya banyak pengalaman."
Perkataan Naren hampir sama dengan perkataan mami tadi pagi.
"Nggak apa apa. Kan kamu udah belajar mulai dari sekarang."
Meira mematikan hair dryer ketika rambut Naren sudah 90% kering. Cewek itu mematikan sambungan listrik dan menyimpan kembali hair dryer di tempat semula.
Kemudian Meira mengambil skincare khusus laki-laki milik suaminya dan dengan telaten mengolesnya ke wajah Naren.
Meskipun cowok, wajah harus tetap dirawat kan?
Naren sih mau-mau aja. Apalagi rangkaian skincare itu dipakaikan langsung oleh istrinya.
Serasa dimanjakan ketika wajahnya di elus-elus dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Aku mau minta izin." Ujar Meira.
"Mau kemana?"
"Emm.. Om Gerald minta tolong sama aku buat jagain... ibu."
Naren memandang Meira dengan raut wajah minta penjelasan.
"Dia mau balik lagi ke Singapore. Besok pagi!"
"Dan dia takut kalau hal yang kemarin terjadi lagi."
Naren mengangguk-anggukkan kepalanya paham. Wajar sih jika Gerald takut terjadi apa-apa dengan istri dan anak-anaknya.
Tapi sedetik kemudian Naren membulatkan matanya.
"Jadi kamu mau minta izin tinggal sama ibu?" Tanya Naren.
"Iya."
Naren menunjukkan ekspresi cemberut.
"Kalau gitu aku ikut!" Ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARENDRA, SPOILED HUSBAND (END)
Novela Juvenil"Gue boleh cium lo nggak?" -Narendra Fabian Atharaksa - "Putus?" "Kamu bercanda kan?" "Ini pasti hari ulang tahun aku..." "Nggak-nggak! Ini pasti hari anniversary kita. Kamu mau surprise-in aku kan?" "Maaf, tapi aku serius. Aku mau kita putus." ...