Dengan langkah hati-hati, Alea membuka pintu berwarna putih itu, matanya mengintip sedikit keluar, khawatir kalau ada bodyguard yang menjaga di pintu.
Lorong itu ternyata kosong. Dengan hati-hati Alea melangkah keluar. Suara gedoran-gedoran pintu kamar mandi dan teriakan Fani masih terdengar ketika Alea keluar, tetapi ketika Alea menutup pintu putih besar itu, suara itu tidak terdengar karna kamarnya kedap suara.
Alea melangkah lagi ke lift yang menuju ke lantai satu. Alea sudah berhasil menyeberangi ruangan berhasil berdiri di depan lift itu.
"Kamu pikir kamu berhasil kabur?"
Alea terkejut bulan main saat mendengar suara yang terkesan dingin itu, kemudian membalikkan badan dan hampir menabrak dada bidang Prince. Laki-laki itu berdiri dekat sekali di belakangnya, dan menekannya ke pintu, tatapannya menyala penuh kemarahan, seperti iblis yang kehausan.
"Berani sekali kamu mencoba melarikan diri dari rumah saya"
Tangan Prince mencengkeram lengan Alea dengan kasar kemudian menyeret paksa tubuh Alea.
Meskipun Alea berontak dan meronta-ronta, tetapi Prince tidak peduli, tetap menyeret Alea dengan kasar.
Hingga Alea terpaksa harus mengikuti Prince daripada tangannya putus. Prince menyeret Alea kembali menuju kamar tempat Alea tadi.
Di sana beberapa bodyguard Prince berkumpul, dan Shivam juga berdiri di sana. Prince kemudian melepaskan cengkeramannya dan mendorong Alea ke depan dengan kasar.
"Ini adalah peringatan untukmu, Alea. Kalau kamu membodohi salah satu pegawai saya lagi untuk melarikan diri, akan ada banyak nyawa yang mati sia-sia karnamu, karena saya akan langsung membunuh mereka"
Bugh
Bugh
Bugh
Karna sudah dikuasai emosi, tanpa aba-aba Prince langsung melayangkan pukulannya pada bodyguad yang berdiri disana.
"Kamu lihat itu Alea Elfasya Laurent? Setiap kamu mencoba melarikan diri, makan akan banyak nyawa yang berkorban untukmu. Mereka semua yang lengah hingga memberi kesempatan padamu untuk lari, mereka akan mati!"
Hingga tiba-tiba, Prince mengambil sebuah vas bunga dan melemparnya ke arah dinding dengan keras.
Prang!
"Gue cuma mau keluar dari sini!" teriak Alea penuh marah. Ia sudah frustrasi karena Prince menggunakan ancaman tidak masuk akal untuk mencegahnya melarikan diri.
"Kamu milikku, Alea"
"Gue bukan milik siapa-siapa, apalagi cowok kejam kayak lo. Gue cuma mau keluar dari sini, gue muak liat muka lo, muak atas semua yang ada di sini....Gue cuma mau keluar!!!"
Prince kemudian mencengkeram lengan Alea lagi, di tempat yang sama hingga Alea merasa lengannya memar.
Sedangkan Alea hanya diam dan tidak bisa lagi berontak. Sekuat apapun Alea menahan diri untuk tidak menangis, tetap saja pada akhirnya cairan bening itu jatuh.
Diusapnya air mata itu dengan cepat, Alea mendongak menatap Prince yang masih menatap tajam kepadanya. Tatapan yang sebenarnya sangat tidak disukai olehnya.
"Lepasin!"
"Ikut saya!! "
Alea hanya pasrah saat Prince menariknya keluar dari kamar itu. Alea pikir ia akan dibawa ke kamar Prince, namun ia salah. Prince justru membawanya ke tempat ruang bawah tanah.
Dugh
"Aw~ " Alea meringis kesakitan saat Prince menghempaskannya ke lantai yang dingin.
"Tetap disini dan jangan coba-coba untuk kabur!!! "
Prince hendak melangkahkan kakinya untuk pergi, namun terhenti saat sebuah tangan memegang erat salah satu kakinya.
"Kak Prince gue mohon jangan tinggalin gue disini! Gue takut! Tolong maafin gue" Mohon Alea dan memeluk erat kaki Prince.
Air matanya sudah tidak bisa ia bendung lagi. Ia sungguh takut berada di sini, ruangannya begitu gelap hanya ada sedikit cahaya remang. Di tempat ini juga ada banyak barang-barang tidak terpakai yang sudah berdebu.
Brakk
Seolah tuli, Prince tidak memperdulikan Alea yang memohon padanya. Tanpa rasa kasihan, pintu itu dibanting kasar oleh Prince, dapat Alea dengar suara pintu terkunci dari luar. Itu artinya Prince benar-benar mengurungnya di tempat ini.
"Hikss...hikss..." Alea terisak di ruangan yang sunyi itu.
"Maafin gue Prince......" lirihnya sambil menenggelamkan wajah pada lututnya.
Hanya kata maaf yang terus Alea lirihkan. Hingga tubuhnya terasa lemas dan kepalanya yang mulai pusing, Alea merasa semuanya semakin gelap. Sangat gelap sampai ia tidak bisa merasakan apapun dan akhirnya kehilangan kesadarannya.
♡♡♡♡♡♡♡
Karna sikap Alea yang menguras emosinya, Prince memutuskan untuk ke club menenangkan pikirannya.
Prince menghentikan mobil mahalnya di sebuah club yang sering ia kunjungi belakangan ini.
Prince sering datang ke club ini bersama dengan teman-temannya. Sekarang bahkan semua temannya sudah ada di dalam dan menunggunya.
Tanpa menunggu lama, Prince keluar dari mobilnya dan melemparkan kunci mobil itu pada salah satu bodyguard yang hendak menghampirinya.
Sesampainya di dalam club, ia langsung disambut dengan dentuman musik yang begitu keras. Bau alkohol yang sangat menyengat di indra penciuman.
Prince mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan teman-teman nya.
"Pak CEO!! Kemari!!" Prince menoleh, kemudian menghampiri ke tempat dimana semua temannya berkumpul.
"Ck! Darimana aja lo Prince?! Kita udah lama nungguin lo! " Tanya salah satu temannya.
"Lo lupa ya, kalau Prince baru nikah" sahut lainnya.
"Gue mau vodka" Prince menyodorkan gelas kecil, meminta temannya untuk menuangkan minuman beralkohol itu untuknya.
"Ini 'kan waktu lo sama istri lo, kenapa malah ke club?
Dalam sekali teguk, vodka di gelas mungil itu tandas. Merasa kurang, Prince mengambil alih botol vodka yang masih dipegang oleh temannya. Menenggaknya seperti sedang minum air putih biasa.
Teman-temannya hanya menatap Prince dan saling menatap satu sama lain, seolah mengisyaratkan sesuatu.
Jangan lupa vote and comment
Klik👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Untuk Alea
Teen FictionBagaimana jadinya ketika kamu harus menikah dengan laki-laki yang belum selesai dengan masa lalunya dan harus hidup menjadi bayang-bayang orang lain? Begitulah yang dihadapi ALEA ELFASYA. Seorang gadis yang selalu mendapatkan perlakuan tak menyenang...