Disinilah Prince berada, di ruang ICU tempat istrinya yang tak kunjung bangun dari mimpi indahnya. Prince duduk disana, kembali membawa tangan Alea untuk dikecup berkali-kali.
"Good morning, sayang....."
Prince tersenyum tipis memandang Alea seolah Alea sadar dan kembali membalas tatapannya. Entah sudah berapa kali Prince mengucapkan sayang kepada Alea, laki-laki itu merasa beruntung Alea berada di dekapannya sekarang.
"Sayang....kamu gak berniat ninggalin aku sekarang 'kan? Sekarang lagi hujan, aku tau kamu suka banget sama hujan. Jangan kemana-mana ya, sayang?" suara Prince begitu lirih. Air matanya seakan tak pernah habis untuk menangisi Alea. Padahal hampir setiap hari air mata itu keluar.
Dokter memberitahu bahwa kini kondisi Alea kritis. Lebih tepatnya koma. Dokter juga memberikan peringatan bahwa mereka harus siap dengan hal terburuk.
Prince memang sudah memupuk kekuatannya jauh-jauh hari. Tapi bukannya semakin tegar, dirinya justru semakin lemah.
CEO Laurent's Group itu selalu membohongi hatinya jika dia bisa menerima semua hal terburuk. Nyatanya, di titik ini dia ingin menyerah. Dia ingin mengumpat pada takdirnya.
"Gapapa kalau kamu masih marah sama aku. Tapi kamu harus bangun buat balas aku"
Prince tersentak kaget kala tangan Alea yang kini ada di genggamannya bergerak. Prince refleks berdiri dengan kasar sampai kursi yang sebelumnya di duduki terdorong menimbulkan suara yang cukup keras.
Sreek
"Alea?"
"Sayang kamu denger aku?"
"Alea?!"
Tangan Prince meraih tombol yang berada di dekat brankar Alea untuk memanggil Dokter.
Ada gerakan kecil di tangan Prince tetapi gadis itu belum kunjung membuka matanya. Kelopak mata Alea lama kelamaan mulai bergerak kecil dan genggaman tangan Prince semakin menguat kala Prince dapat melihat mata indah itu lagi.
Prince semakin menguat kala Prince dapat melihat mata indah itu lagi yang sekarang sudah membuka matanya. Pandangan Alea masih sayu dan terlihat bingung, terbukti ada beberapa lipatan di keningnya.
Prince membelai pipi mulus Alea yang semakin hari semakin tirus itu. Tangannya terulur untuk menyingkirkan helai rambut yang mengganggu.
"Sayang, ada yang sakit?" Prince sangat khawatir.
Alea diam tak bersuara, matanya tadi sempat menatap Prince sebelum kembali menatap langit-langit putih rumah sakit.
Tak lama Dokter bersama perawat datang. Prince diminta untuk bergeser menjauh selagi Dokter memeriksanya, kemudian perawat itu menyuntikkan ke selang infus Alea. Setelah itu mata Alea kembali tertutup lagi.
Dokter itu tersenyum. "Congratulations Alea for passing the coma period. Don't worry, he was still in shock. Maybe later Alea will fully wake up. (Selamat Alea sudah melewati masa koma. Kamu jangan khawatir, dia masih syok tadi. Mungkin nanti Alea akan sepenuhnya sadar)" tutur Dokter itu.
♡♡♡♡♡♡♡
Mata Alea berat tetapi perempuan cantik itu berusaha semampunya untuk membuka matanya. Penglihatan pertama yang dapat ia lihat adalah langit-langit ruangannya bewarna putih dan sebuah lampu. Mata Alea masih sayu tetapi dapat melihat laki-laki yang berada di sofa. Lelaki itu tertidur dengan tangan yang berada di atas mata menghalau cahaya masuk.
Alea melihat ke arah jam yang ada di dinding putih ruangannya menunjukkan pukul 2 dini hari.
Tenggorokan Alea tercekat, sakit. Mulutnya susah untuk di gerakkan karena ada alat pernapasan yang menutupi sebagian wajahnya. Tangannya yang lemah berusaha menggapai sebuah gelas yang berada di sampingnya, tepatnya di nakas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Untuk Alea
Genç KurguBagaimana jadinya ketika kamu harus menikah dengan laki-laki yang belum selesai dengan masa lalunya dan harus hidup menjadi bayang-bayang orang lain? Begitulah yang dihadapi ALEA ELFASYA. Seorang gadis yang selalu mendapatkan perlakuan tak menyenang...