Sesampainya di rumah sakit, Prince langsung membopong tubuh Alea dengan berlari. Prince menatap wajah pucat sang istri yang semakin kehilangan kesadarannya.
"S-sakit....." lirih Alea mulai memejamkan matanya.
"Hei sayang.....jangan tutup mata kamu" ucap Prince dengan dengan berlinang air mata.
Perawat yang ada disana langsung membawa brankar dan Prince dengan cepat menaruh tubuh Alea diatas brankar itu.
Saat menuju IGD, Prince terus merutuki dirinya. Penyesalan selalu datang terlambat. Prince akhirnya bersandar di dinding sambil memejamkan matanya erat, tetapi suara yang begitu ia kenal menyadarkannya.
"Prince, Alea dimana?" Tanya Shivam yang baru samapi ke rumah sakit.
Prince berlari menuju ruang IGD dengan mendobraknya dengan keras, Ia membeku di tempat melihat istrinya yang tengah di brankar.
"Sayang...." lirih Prince dengan setetes air mata yang jatuh begitu saja di pelupuk matanya.
Kilasan memori berputar secara acak di otaknya seperti kaset rusak, bahkan untuk berjalan menghampiri wanita itu kakinya terasa lemas seperti jelly.
Bahkan saat tubuhnya di tarik kebelakangan oleh beberapa perawat tak ia hiraukan, ia masih menatap lurus Alea air mata yang menggenang di pelupuk matanya.
Saat Prince sudah keluar dari ruangan itu, ia tersadar lalu mengetuk pintu itu dengan kencang sambil memanggil nama Istrinya.
"Alea!!" Prince terus berteriak sambil terisak, meski sudah di tegur oleh beberapa perawat karna mengganggu pasien yang lain.
"Pak mohon tenang"
Prince menoleh dengan mata yang menghunus seperti pisau. "Tenang? Istri saya dalam keadaan kritis, ia berada di ujung hidup dan matinya bagaimana saya bisa tenang!"
"Mohon maaf Pak, tapi jika memang pasien yang di dalam adalah Istri Bapak silahkan pergi ke resepsionis untuk menandatangi surat pernyataan setuju untuk operasi, keadaan pasien bisa semakin memburuk jika Bapak tidak segera mengambil tindakan"
"ARRGGH!!!"
Brukk
Mendengar itu membuat Prince berteriak keras sambil menendang kursi panjang yang berada di sana, kenapa alur di hidupnya semakin buruk dan tak bisa di tebak.
Ia kira semuanya akan baik-baik saja, tapi nyatanya ia salah. Waktunya bersama Alea semakin singkat, dan hidupnya semakin hancur perlahan-lahan.
Prince merosot ke lantai sambil terisak, kedua tangannya menutup wajahnya. Alea dalam keadaan kritis karnanya.
Prince tak mau kembali berpisah dengan Alea. Untuk sekarang ia harus bangun dan pergi mengurus operasi Alea. Berkali-kali Prince memaki dirinya sendiri. Bila terjadi apa-apa pada Alea, ia tidak akan memaafkan dirinya.
Setelah menandatangani surat pernyataan itu, Prince duduk sambil menundukkan kepalanya.
Selang beberapa menit, Prince langsung mendapat pelukan dari Fani dan perlahan membalas pelukan wanita paruh baya itu.
Fani yang melihat kerapuhan laki-laki itu pun ikut menangis. Ia tidak pernah melihat Prince menangis, terakhir ia melihat Prince menangis saat Zaviya meninggal. Dari sini juga Fani bisa melihat seberapa besar cinta Prince terhadap Alea.
"Bik Fani, Alea...." isak Prince dengan air mata yang terus berair dan wajah yang sudah basah, dan sesekali melirik ke ruang IGD.
"Kamu harus yakin kalau Alea itu kuat"
Tak berselang lama, Reviano dan Nivya sampai di rumah sakit. Nivya langsung memeluk Fani, dan menangis saat itu juga.
Pintu ruang IGD terbuka, menampilkan Dokter dengan stelan lengkapnya, tidak lupa masker yang menutupi wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Untuk Alea
Novela JuvenilBagaimana jadinya ketika kamu harus menikah dengan laki-laki yang belum selesai dengan masa lalunya dan harus hidup menjadi bayang-bayang orang lain? Begitulah yang dihadapi ALEA ELFASYA. Seorang gadis yang selalu mendapatkan perlakuan tak menyenang...