Pagi hari pun telah tiba, bulan sudah berganti menjadi matahari. Sinarnya pun tembus memasuki ruangan kamar yang didalamnya terdapat perempuan yang masih tertidur disana.
Perempuan cantik itu terusik tidurnya akibat sinar matahari yang mengenai matanya. Perlahan matanya terbuka dan ia pun mulai mengedarkan pandangannya. Sedetik kemudian, ia sadar bahwa ini bukan kamarnya.
Tunggu.....
Perempuan cantik itu langsung duduk dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Netra indahnya melihat pakaian yang ia kenakan.
"Apa gue diculik? Diperko____"
Huek
Alea langsung berdiri dan keluar dari kamar karena morning sickness nya. Hal rutin paginya sebelum memulai aktivitas.
"Bener-bener nyiksa banget" lemas Alea membasuh mulutnya.
"Udah bangun, nak?"
Alea yang tadinya berjalan cepat pun langsung berhenti mendadak. Ia langsung menoleh ke arah asal suara itu.
"Asataga.....bisa-bisanya gue lupa" Alea pun langsung teringat kejadian kemarin.
"Eh, ibuk....." Alea menggaruk tengguknya yang tak gatal, bisa-bisa nya ia berburuk sangka.
"Sini nak duduk, makan dulu udah ibuk siapin" ajak Zoya sambil menyusun piring di meja makan.
Alea pun mendekat ke arah sana dan duduk di meja makan. Memperhatikan makanan yang sudah tersedia disana.
"Silahkan di makan aja nak, jangan sungkan" Ucap Zoya.
Alea pun mengangguk dan perlahan mulai mengambil makanan. Alea bergidik ngeri menatap makanan itu karna takut ia akan mual.
"Al....ayo makan!" Teriak wanita paruh baya itu memanggil sang putra.
"Bentar buk, ini Al lagi ngerjain tugas. Mana pagi ini dikumpul lagi!" Balasnya dari dalam kamar.
Alea kemudian beranjak dari tempat duduknya, dan berjalan mendekati Aldefin yang tengah mengerjakan tugasnya itu.
"Emang tugas apaan?" Tanya Alea melihat buku Aldefin.
"Ini"
"Sini gue kerjain" ucap Alea kemudian mengambil alih buku laki-laki itu.
Sedangkan Aldefin hanya pasrah memberikan buku nya. Ia menatap Alea dari samping dan beralih menatap buku yang sedang dikerjakan Alea.
"Emang bisa?"
Alea hanya diam dan fokus mengerjakan tanpa menjawab pertanyaan Aldefin. Tidak butuh waktu lama, akhirnya tugas Aldefin sudah selesai dikerjakan Alea.
"Makasih"
"Hm"
"Emang lo udah kelas berapa, sih? Kalau kuliah gak mungkin, wajah lo belum cocok buat kuliah" tanya Aldefin seraya memasukkan buku itu ke dalam tas nya.
"Sama kayak lo"
"Kelas XII?"
"Hm"
"Lo sekolah dimana?"
"Inure High Scool"
Aldefin melebarkan mulutnya mendengar nama sekolah yang diucapkan Alea. Ia terkejut karna Alea bersekolah disana, sekolah impian semua orang. Meskipun awalnya Aldefin sudah menebak kalau Alea anak orang kaya.
"Gilak! Sekolah itu 'kan sekolah orang kaya. Berarti lo anak konglomerat dong" heboh laki-laki itu.
Sedangkan Alea tidak menjawab, ia kemudian menarik kursi dan mulai duduk disamping Zoya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Untuk Alea
أدب المراهقينBagaimana jadinya ketika kamu harus menikah dengan laki-laki yang belum selesai dengan masa lalunya dan harus hidup menjadi bayang-bayang orang lain? Begitulah yang dihadapi ALEA ELFASYA. Seorang gadis yang selalu mendapatkan perlakuan tak menyenang...