1. Jessamine dan Dunianya

1.3K 44 0
                                    

Happy reading 🤍

ㅡㅡㅡㅡㅡ

2022

Suasana meja makan di sebuah ruangan nampak hangat. Meskipun menu yang tersedia jauh dari kata mewah, ketiga insan berbeda generasi itu menikmati sarapan dengan rasa syukur dan nikmat.

"Adek udah selesai sarapannya?" tanya wanita paruh baya yang berusia sekitar akhir 30-an sambil menatap putri bungsunya.

"Udah buk, sini biar Jessa yang nyuci piringnya. Sekalian sama piringnya mas, sini mas!" pinta si gadis sambil mengulurkan tangannya. Setelah mendapatkan apa yang ia mau, gadis itu ngacir ke wastafel.

"Ibu yakin mau ngantar adek ke sekolah?" tanya cowok berusia awal 20-an dengan setelan khas rumahan. Tangan kanan cowok itu dibalut gips sebab kecelakaan motor yang dia alami sebulan yang lalu.

"Iya Juan, ibu belum punya uang lebih buat ngasih uang ongkos adikmu ke sekolah. Ngebiarin adikmu bawa motor sendiri juga bahaya. Kamu tahu sendiri kan di jalan Muhammad Yamin lagi ada perbaikan jalan. Ibu gak mau adikmu kenapa - kenapa, cukup kamu aja yang kena musibah disana. Pokoknya ibu gak bisa tenang kalau gak ngantar adikmu sendiri kesana." jawab wanita berjilbab instan itu.

Kepala Juan kian tertunduk, "maafin Juan buk karena kurang hati  hati bawa motornya." ucapnya penuh sesal.

Jamila tersenyum hangat, "gak apa - apa, lain kali jangan diulangi ya kak?"

Juan mengangguk, "kepala ibu udah gak pusing lagi? Yakin masih kuat buat ngantar Jessa?" tanyanya khawatir.

"Ibu udah sembuh kak, rasa sakitnya udah mendingan. Pulang nganter adek kamu, ibu gak kemana - mana kok. Ibu mau istirahat dirumah," bohong wanita itu. Sebenarnya kepalanya masih terasa sedikit pusing, namun ia enggan membuat kedua anaknya khawatir.

"Buk, Jessa udah siap. Hayo berangkat," ucap si bungsu sambil menggendong ransel berwarna armynya.

"Ya udah, ayo!" jawab ibunya.

"Belajar yang bener, jangan malah nyari cowok!" ledek Juan pada adiknya.

"Hish! Diem kamu mas! Mending fokus sembuhin tanganmu biar gak ngedekem mulu di rumah!" jawab Jessa dongkol. Cewek itu menghentakkan kakinya kesal.

🍂🍂🍂🍂

Kini kedua perempuan berbeda generasi itu berada di teras rumah. Jessa memandangi ibunya yang sibuk menstarter motor matic hitamnya, namun motor itu tak kunjung menyala. Jamila menghela napasnya, kalau begini dirinya terpaksa menstandart tengah motornya.

Jamila turun dari motor yang ditungganginya, tiba - tiba kepala ibu dua orang anak itu terasa pusing.

Pandangannya terasa mengabur, tubuh Jamila terasa lemas. Wanita itu memegang kepalanya yang terasa nyut - nyutan, hampir saja ia jatuh ke tanah jika bahunya tak ditahan oleh seseorang.

"Ibu!" ucap Jessa panik.

"Kalau lagi gak enak badan jangan dipaksa keluar rumah mbak, kalau mbak kenapa - kenapa kan kasihan anak - anak." ucap tetangga yang kebetulan datang menolong Jamila.

"Makasih Janu," jawab Jamila singkat.

Wanita itu beringsut menjauh dari pria berusia 37 tahun itu. Ia tak ingin ada tetangga lain membuat gosip yang tidak - tidak perihal keduanya, mengingat status janda yang melekat pada dirinya dan duda yang melekat pada Janu.

"Jessa, bawa ibumu masuk dulu. Nanti berangkatnya bareng om sama Jena!" perintah pria berkaos abu - abu pudar itu.

"Iya om," jawab Jessa.

Possessive Jake ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang